Rabu, 21 Oktober 2015

Ya Alloh Tolonglah Janda Para Syuhada

بسم الله الرحمن الرحيم
Ya Alloh Tolonglah Para Janda Syuhada

الحمد لله وأشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمداً عبده ورسوله الله صل وسلم على محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين، أما بعد:
                Telah sampai surat sahabat saya Abu Abdillah Roid Al Hadhromiy hafizhohulloh yang menukilkan surat dari saudara kita Abdul Ghoni Al Khothib hafizhohulloh, dan saya memohon pertolongan pada Alloh untuk menerjemahkan surat tersebut sebagai nasihat untuk diri saya sendiri dan saudara-saudara yang lain.
            saudara kita Abdul Ghoni Al Khothib hafizhohulloh berkata:
والله العظيم إنني لم أنم ليلة أمس بسبب اتصال جائني رفعت السماعة
 السلام عليكم
 وعليكم السلام من معي؟
قالت: إني أرملة الشهيد فلان. قلت: أهلا أي خدمات؟ سامحونا على التقصير. المفروض نحن نتواصل معكم. ونسأل عن حالكم. قالت: والله إني لم أتصل لأحد إلا لك لأني كنت أسمع الشهيد يذكرك بخير. بحثت في تلفون الشهيد على رقمك. قلت: الله يرحمه. قالت: أريد منك طلب بسيط. ثم سكتت وسمعت بكائها بالتلفون ثم أغلقته. حاولت أتصل لم ترد. اتصلت ثانية، فردت إحدى قريباتها. قلت: أسألكم بالله أيش تحتاجون؟ قالت: تريد فلوس سلف لشراء دواء وماء. كان الشهيد دخله يومي وليس له مصدر رزق وتعيش على ما تصدق به عليهم إخوانها رغم فقرهم.
فسقط التلفون من يدي حتى افتصلت البطارية. والله بكيت وقهرت على حال أسر الشهداء. وكيف تخلى عنهم أصدقاؤهم ورفقاء دربهم وهذا حال أسرة أجبرتها الظروف القاهرة على البوح عن حاجتها، وأعتقد أن هناك الكثير من مثل هذه الحالات. فتذكرة المثل القائل: البعيد عن العين بعيد عن القلب. هذا المثل يناسب حال شهدائنا رحمهم الله. فأطلب من كل صديق وكل جار أن يتحسسوا عن حال أسر الشهداء. والله جريمة كبيرة أن نتفقد ونساعد الأحياء ونترك أسر الشهداء في ما نحسبهم والله حسيبهم 
و حسبنا الله ونعم الوكيل

عبدالغني الخطيب
Selesai penukilan.
Terjemah isi surat:
“Demi Alloh Yang Maha Agung, sungguh saya malam kemarin tidak tidur disebabkan oleh panggilan telpon yang mendatangi saya. Saya membesarkan volume loudspeaker.
Penelpon: “Semoga keselamatan tercurah pada Anda.”
Saya: “Semoga keselamatan tercurah pada Anda. Siapakah yang menelpon saya ini?”
Penelpon: “Saya adalah janda si syahid Fulan.”
[kita tidak memastikan bahwasanya si Fulan syahid, tapi ini sekedar harapan dari si penelpon dan untuk menyingkat kata].
Saya: “Selamat datang. Apa yang mampu saya bantu? Maafkanlah kami atas kekurangan kami. Seharusnya kami yang menelpon kalian dan bertanya akan keadaan kalian.”
Penelpon: “Demi Alloh, sungguh saya tidak menelpon seorang lelakipun selain Anda, karena sesungguhnya dulu saya sering mendengar si Syahid (suaminya) menyebut Anda dengan kebaikan. Saya mencari nomor telpon Anda di dalam HP si Syahid.”
Saya: “Semoga Alloh merohmatinya.”
Penelpon: “Saya mempunyai sedikit permintaan pada Anda.”
Kemudian si janda tadi terdiam. Dan saya mendengar isak tangisnya di dalam telpon. Lalu dia menutup telponnya.
Saya berusaha menelponnya lagi, tapi si janda itu tidak mau menjawab.
Lalu saya menelponnya pada kali yang kedua, maka salah seorang wanita yang menjadi kerabatnya yang menjawab.
Saya: “Saya meminta kalian dengan nama Alloh. Apakah yang kalian perlukan?”
Kerabat si janda: “Dia menginginkan uang pinjaman untuk membeli obat dan air. Dulu si Syahid punya penghasilan bersifat harian. Dan dia tidak punya sumber rizqi (yang tetap). Dan wanita ini hidup dengan shodaqh yang didapatkannya dari saudara-saudaranya sekalipun mereka juga miskin.”
            Maka jatuhlah telpon dari tangan saya sampai-sampai baterinya terlepas. Demi Alloh, saya menangis dan terpukul dengan keadaan keluarga para syuhada.
            Bagaimana sahabat-sahabat dan rakan-rakan seiring mereka sampai meninggalkan mereka? Dan inilah kondisi keluarga yang terhimpit oleh situasi yang tengah memukul, padahal mereka sangat jelas amat memerlukan bantuan. Dan saya yakin bahwasanya di sana sangat banyak keluarga yang kondisinya juga seperti ini.
            Maka saya ingat suatu pepatah: “Yang jauh dari mata, jauh juga dari hati.”
            Pepatah ini sesuai dengan kondisi (keluarga) para syuhada kita. Semoga Alloh merohmati mereka.
            Maka saya meminta pada setiap sahabat dan setiap tetangga untuk melihat-lihat kondisi keluarga-keluarga para syuhada.
            Demi Alloh, merupakan kejahatan yang besar bahwasanya kita melihat-lihat dan membantu orang-orang yang masih hidup tapi kita meninggalkan keluarga para syuhada, kami nilai mereka demikian, dan Alloh sajalah yang menilai.
            Cukuplah Alloh sebagai penolong kami. Dan Dialah sebaik-baik pelindung.
Ditulis oleh:
Abdul Ghoni Al Khothib.
(selesai terjemah).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar