بسم الله الرحمن الرحيم
Apakah
boleh menjuluki ulama zaman ini sebagai “imam” seperti Al Imam Al Albaniy dan
Al Imam Ibnu ‘Utsaimin dan yang lainnya?
Pertanyaan: apakah boleh menjuluki ulama zaman ini sebagai
“imam” seperti Al Imam Al Albaniy dan Al Imam Ibnu ‘Utsaimin dan yang lainnya?
Jawabannya dengan memohon pertolongan pada Alloh:
الحمد لله وأشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله اللهم صل وسلم على محمد وعلى آله أجمعين، أما بعد
Jika yang dimaksudkan dengan IMAM di sini adalah imam dalam
masalah ilmu syariat dan kebaikan agama, maka hal itu boleh, dengan bimbingan
para ulama.
Itu dikarenakan sesungguhnya imamah (menjadi imam) dalam suatu perkara
adalah keteladanan dalam perkara itu, orangnya diteladani dalam perkara tadi.
Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ
قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لَا يَنَالُ
عَهْدِي الظَّالِمِين﴾ [البقرة/124].
“Dan ingatlah ketika Ibrohim diuji oleh Robbnya dengan beberapa kalimat,
lalu dia menunaikannya dengan sempurna. Alloh berfirman: “Sesungguhnya Aku akan
menjadikan engkau sebagai imam bagi manusia. Dia menjawab: Dan juga dari
keturunan saya. Alloh berfirman: perjanjian-Ku ini tidak mengenai orang-orang
yang zholim.”
Al Imam Al Baghowiy berkata: Alloh ta’ala berfirman: “Alloh
berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikan engkau sebagai imam bagi manusia”
yaitu engkau diteladani dalam kebaikan.” (“Ma’alimut Tanzil”/1/hal. 162).
Dan para ulama Salafiyyin adalah panutan dan teladan bagi
Ahlussunnah dalam masalah ilmu, kebaikan dan ketaqwaan. Maka mereka adalah para
imam di zaman mereka.
Alloh subhanahu berfirman:
﴿وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا
قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا﴾ [الفرقان/74].
“Dan
orang-orang yang berkata: Wahai Robb kami, berilah kami dari istri-istri kami
dan keturunan kami penyejuk hati, dan jadikanlah kami sebagai imam bagi
orang-orang yang bertaqwa.”
Al Imam Makhul Asy Syamiy رحمه الله berkata dalam tafsir ayat ini: “Para imam dalam ketaqwaan, yang
mana orang-orang yang bertaqwa itu meneladani kami.” (“Jami’ Bayanil ‘Ilmi Wa
Fadhlih”/1/hal. 564/Dar Ibnil Jauziy/sanadnya shohih).
Al Imam Al Qurthubiy رحمه
الله berkata: “Firman Alloh ta’ala:
﴿وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا﴾ [الفرقان: 74]
“Dan
jadikanlah kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertaqwa.”
Yaitu sebagai teladan yang orang-orang mengikuti kami dalam kebaikan.
Dan ini tidak terjadi kecuali orang yang berdoa tadi adalah orang yang bertaqwa
dan menjadi teladan, dan ini adalah maksud orang yang berdoa tadi.” (“Al Jami’
Li Ahkamil Qur’an”/13/hal. 83).
Maka orang yang paling beruntung dengan keimaman dalam agama adalah
para ulama. Al Imam Al Ajurriy رحمه الله
berkata: “Dan sifat ini dan semisalnya di dalam Al Qur’an menunjukkan kepada
keutamaan para ulama, dan bahwasanya Alloh عز وجل
menjadikan mereka sebagai imam bagi para makhluk yang mana mereka itu
meneladani para ulama tadi.” (“Akhlaqul Ulama”/karya Al Ajurriy/hal. 11/cet. Darul
Atsar).
Maka dari itu bolehlah bagi kita untuk berkata bahwasanya Asy
Syaikh Al ‘Allamah Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albaniy rohimahulloh
adalah imam.
Al Imam Muhammad bin Sholih AL ‘Utsaimin rohimahulloh
berkata: “Al Albaniy adalah seorang pria dari Ahlussunnah –semoga Alloh
merohmati beliau-, pembela sunnah, imam dalam hadits. Kami tidak mengetahui ada
seseorang yang menandinginya di masa kita ini. Akan tetapi sebagian orang,
-kita mohon pada Alloh keselamatan- di dalam hatinya ada kedengkian, jika
melihat seseorang itu diterima, dia mulai menyindir-nyindirnya dengan sesuatu,
seperti perbuatan para munafiqin, … dst.” (sebagaimana dalam risalah “Ats
Tsamrud Dani Bi Jam’i Tsanai Ahlil ‘Ilm ‘Alasy Syaikh Muhammad Nashiriddin Al
Albaniy”/karya Mahir Al Qohthoniy).
Kementrian Waqf dan Urusan Islamiyyah Negri Kuwait
mengeluarkan pernyataan: “Kementrian Waqf dan Urusan Islamiyyah Negri Kuwait,
di samping mereka beriman pada ketentuan dan ketetapan Alloh ta’ala, mereka
juga mengharapkan pahala atas wafatnya Al ‘Allamah Al Mauhub Muhaddits zaman
ini, imam para ulama, salah satu tokoh dari para tokoh Ahli Hadits Samahatusy
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albaniy, … dst.” (sebagaimana dalam risalah “Ats
Tsamrud Dani Bi Jam’i Tsanai Ahlil ‘Ilm ‘Alasy Syaikh Muhammad Nashiriddin Al
Albaniy”/karya Mahir Al Qohthoniy).
Dan boleh juga untuk kita mengatakan: sesungguhnya Asy Syaikh
Al ‘Allamah Al Faqih Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rohimahulloh adalah imam.
Fadhilatusy Syaikh Sa’d bin Abdillah Al Humayyid rohimahulloh
berkata tentang beliau: “Beliau adalah Al Imam Syaikhul Islam, Faqih zaman ini,
Al Wari’ Al ‘Abid Az Zahid.” (sebagaimana dalam risalah “Al ‘Allamah Al Imam
Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin”/karya Muhammad Ziyad At Tuklah).
Demikian pula boleh bagi kita untuk mengatakan: “Sesungguhnya
Asy Syaikh Al ‘Allamah Al Muhaddits Muqbil bin Hadi Al Wadi’iy rohimahulloh
adalah imam.”
Al Imam Ibnu ‘Utsaimin رحمه الله
berkata: “Asy Syaikh Muqbil Imam” maka beberapa orang membantah beliau dengan
perkataan yang berisi cercaan pada Asy Syaikh Muqbil, maka Al Imam Ibnu
‘Utsaimin رحمه الله
berkata: “Asy Syaikh Muqbil Imam, Asy Syaikh Muqbil Imam.” (diceritakan oleh
Asy Syaikh Abdulloh bin ‘Utsman Adz Dzammariy وفقه الله sebagaimana
dinukilkan oleh Asy Syaikh Abdul
Hamid Al Hajuriy حفظه الله
dalam kitab “Al Bayanul Hasan” hal. 33 cet. Darul Imam Ahmad).
Abul Hasan Al Mishriy
al hizbiy pernah bertanya pada Al Imam Ibnu ‘Utsaimin رحمه الله saat di Mina tentang Asy Syaikh Muqbil: “Di sana ada orang yang
mengabari Asy Syaikh bahwasanya Anda berbicara tentang beliau. Apakah ini
benar?” maka beliau menjawab: “Ini tidak benar. Demi Alloh! Sungguh aku
berkeyakinan bahwasanya Asy Syaikh Muqbil itu adalah imam dari kalangan para
imam Muslimin.” (“Al Qoulul Amin Fi Rotsai Ibni ‘Utsaimin”/ “I’lamul Ajyal”
hal. 27, cet. Darul Atsar).
Fadhilatusy Syaikh Al ‘Allamah Hammad Al Anshoriy رحمه الله
berkata: “Sesungguhnya Muqbil Al Wadi’iy adalah muridku, dan akulah yang
memilihkan untuknya judul pembahasan untuk gelar Majister, dan dulu dia selalu
membacakan untukku pada hari-hari hurroh syarqiyyah. Dan dulu kukatakan
padanya: “Aku berharap engkau di Yaman di masa ini seperti Asy Syaukaniy di
masa beliau.” Dan Muqbil itu, belum pernah aku melihat ada seorang murid yang
seperti dia dalam kerajinannya dalam menuntut ilmu.” (“Al Majmu’ Fi Tarjumatil
‘Allamatil Muhadditsisy Syaikh Hammad bin Muhammad Al Anshoriy”/2/hal.
606-607/karya anak beliau Abdul Awwal bin Hammad).
Demikian pula boleh bagi kita untuk mengatakan bahwasanya
Fadhilatusy Syaikh Al ‘Allamah Al Muhaddits Al Mujahid Al Faqih Yahya bin Ali
Al Hajuriy hafizhohulloh itu adalah seorang imam.
Dan
Syaikh Robi’ -hafidhahulloh- berkata tentang beliau –sebelum munculnya
kedengkiannya pada Asy Syaikh Yahya-: "Dan keyakinan yang dengannya aku
menghambakan diri kepada Alloh bahwasanya Syaikh Al Hajuri itu adalah orang
yang bertaqwa, waro', zuhud, - kemudian
beliau mulai memuji Syaikh Yahya- dan beliau telah memegang dakwah Salafiyyah
dengan tangan dari besi. Dan tidaklah pantas untuk memegang dakwah tersebut
kecuali beliau dan yang semisalnya" ("Tsana' Imamil Jarh Wat
Ta'dil ala Syaikh Yahya Al Hajuri"/Abu Hammam Al Baidhoni/1426 H).
Akhunal Fadhil Abdulloh
Al Duba'i -hafidhahulloh- bercerita padaku bahwasanya dirinya pernah mendengar
Muhammad Al Imam –hadahulloh- berbicara tentang keluar untuk dakwah. Maka salah
seorang hadirin berkata,"Wahai Syaikh, Syaikh Yahya nggak keluar
dakwah?". Maka Syaikh Muhammad Al Imam berkata: "Tunggu dulu, Al
Hajuri imam." (dinukilkan juga dalam "Muammarotul Kubro"/Abdul
Ghoni Al qo'syami/hal. 24).
Asy Syaikh
Abdul 'Aziz Al Buro'i هداه الله
berkata: "Kami mengetahui bahwa Syaikh Yahya itu ada di atas ketaqwaan dan
muroqobah (senantiasa merasa diawasi Alloh ta’ala), dan beliau adalah
saudara kami di dalam agama Alloh, dan kami mencintainya karena Alloh. Dan
beliau adalah seorang alim dari kalangan ulama sunnah. Alloh memberikan manfaat
dengannya. Beliau adalah seorang singa dari singa-singa sunnah, serta
mahkota di atas kepala-kepala Ahlussunnah. kami mencintainya karena
Alloh." (dari kaset "Asilah Ashabi Qushoi'ar" tanggal 28/7/1428)
Dia
juga berkata,"Maka Syaikh Yahya adalah
ciri khas di wajah ahlussunnah
dan mahkota di atas kepala mereka." ("Muammarotul Kubro"/Abdul
Ghoni Al qosy'ami/hal. 24).
Fadhilatu Syaikhina Al ‘Allamah Al
Faqih Muhammad bin Ali bin Hizam Al Ba’daniy hafizholulloh berkata: Saya telah
melihat kitab saudara kita yang agung, penyeru ke jalan Alloh –‘Azza Wajalla-: *** yang dinamai dengan:
“Tadzkirul ‘Ibad ‘Ala Ahliyyatil ‘Alamain Al Wadi’iy Wal Hajuriy Lil Ijtihad Wa
Baroatuhuma Min Juhaiman Wa Jama’atil Fasad” maka saya melihat bahwasanya
kitab ini adalah kitab yang memberikan faidah, di dalamnya ada pembelaan untuk
para pembawa kebenaran dan pemikul sunnah, yaitu: Al Imam Al ‘Allamah Syaikhuna
Muqbil Al Wadi’iy, dan Al Imam Al ‘Allamah Syaikhuna Yahya Al Hajuriy.
Dan ini adalah kewajiban kita di hadapan para ulama kita untuk kita
membela mereka dengan benar, karena sungguh para pelaku kebatilan itu jika
ingin menjatuhkan kebenaran, mereka berupaya untuk menjatuhkan para pemikul
kebenaran tersebut agar menjadi mudahlah bagi mereka untuk mewujudkan cita-cita
mereka tadi. Akan tetapi Alloh tidak mau kecuali menyempurnakan cahaya-Nya
meskipun orang-orang kafir membenci.
Maka semoga Alloh membalas saudara kita *** dengan kebaikan, dan
memberikan manfaat dengannya Islam dan Muslimin.
Selesai.
والله
تعالى أعلم بالصواب
والحمد
لله رب العالمين.
Malaysia, 25 Muharrom 1437 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar