Jumat, 04 Desember 2015

Empat Puluh Tiga Kerugian Jika Sholat Wajib Ditinggalkan





Empat Puluh Tiga Kerugian
Jika Sholat Wajib Ditinggalkan

Dengan Kata Pengantar Fadhilatusy Syaikh:
Abu Abdirrohman Abdurroqib bin Ali Al Kaukabaniy
 –semoga Alloh menjaga beliau-


Penulis dan Penerjemah Al Faqir Ilalloh:
Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Indonesiy Al Qudsiy Ath Thuriy
–semoga Alloh memaafkannya-








Judul Asli:
“Nashihatun Mu’ajjalah Li Man Shoma Romadhon Wa Tarokash Sholatal Maktubah”


Terjemah Bebas:
“Empat Puluh Tiga Kerugian
Jika Sholat Wajib Ditinggalkan”


Dengan kata pengantar:
Asy Syaikh Al Fadhil Abu Abdirrohman Abdurroqib bin Ali Al Kaukabaniy
 –semoga Alloh menjaga beliau-

Penulis dan Penerjemah:
Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Indonesiy
Semoga Alloh memaafkannya

Maktabah Fairuz Ad Dailamiy
(Cetakan Pertama: Malaysia, Shofar 1437 H)
(Cetakan Kedua: Indonesia, Shofar 1437 H)



 


























Idzin Resmi Pencetakan Untuk Al Akh Fadhil Abu Abdirrohman Faishol Al Indonesiy Al Jawiy hafizhohulloh


بسم الله الرحمن الرحيم
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Abi Abdirrohman Abdurroqib bin Ali Al Kaukabaniy –semoga Alloh menjaganya-

            Segala puji bagi Alloh, pemelihara kita yang Mahamulia, Yang berfirman:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً﴾ [البقرة/208]
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan.”
Dan semoga sholawat dan salam tercurah kepada Rosul-Nya sang pemberi petunjuk lagi memberi kabar gembira, dan lentera yang menerangi, yang bersabda:
«بني الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله، وإقام الصلاة، وإيتاء الزكاة، والحج، وصوم رمضان».
“Islam itu dibangun di atas lima perkara: persaksian tiada sesembahan yang benar selain Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Alloh, menegakkan sholat, membayar zakat, berhaji, dan puasa Romadhon.”
Kemudian setelah itu:
            Saudara yang mulia: Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Aluth Thuri Al Jawiy Al Indonesiy telah menjumpaiku dengan membawa risalah yang ada di hadapan pembaca ini, kemudian aku melihatnya, ini adalah risalah yang bermanfaat di bidangnya. Sang penulis mulai masuk kepada penjelasan tentang keutamaan puasa yang mencakup pengerjaan kewajiban- kewajiban syar’iyyah yang lain, dan yang terpentingnya adalah sholat.
            Kemudian sang penulis masuk kepada bagian kedua dengan menyebutkan empat puluh hukuman bagi orang yang meninggalkan sholat dan orang yang meremehkannya.
            Kemudian masuk pada bagian ketiga dengan menyebutkan kengerian siksaan Alloh, dan kerasnya ketertipuan dan kerugian orang yang lalai dari Alloh dan dari perintah-perintah-Nya.
            Kemudian sang penulis menutup risalah yang indah ini dengan seruan untuk bertobat yang murni sebelum datangnya waktu (kematian) yang telah ditentukan, dan datangnya kesudahan yang membongkar aib pelakunya.
            Maka tersusunlah simpul-simpul risalah dengan susunan bab ini. Maka semoga Alloh mensyukuri sang penulis atas semangatnya untuk memberikan manfaat bagi umat Islam. Dan segala puji bagi Alloh pada akhirnya, sebagaimana kami memuji-Nya pada awalnya.

Ditulis oleh:
Abu Abdirrohman Abdurroqib bin Ali Al Kaukabaniy
Hari Senin 11 Romadhon 1433 H



بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله وأشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله، اللهم صل وسلم على محمد وآله أجمعين، أما بعد:
            Salah seorang saudara di tanah air telah mengirimkan surat kepada saya, meminta dari saya untuk saling menolong dalam menasihat orang-orang yang bersemangat untuk berpuasa Romadhon dalam keadaan mereka meninggalkan sholat lima waktu.
Maka saya senang untuk menyambut permintaan tadi karena pentingnya bab tersebut di tengah-tengah kaum Muslimin. Semoga Alloh menjadikan adanya keberkahan-keberkahan di dalam usaha yang sederhana ini. Dan risalah ini sekalipun terkait juga dengan puasa Romadhon, akan tetapi dia itu umum; mencakup pembahasan tentang agungnya sholat lima waktu dan besarnya kerugian orang yang meninggalkannya.
            Dan langkah saya dalam nasihat yang disegerakan ini إن شاء الله adalah sebagai berikut:
            Saya dalam risalah ini akan menyebutkan sebagian kecil dari kedudukan puasa Romadhon,
Kemudian saya akan menyebutkan sebagian dari kedudukan taqwa kepada Alloh,
Kemudian saya akan memaparkan penyebutkan bahaya-bahaya menyepelekan sholat lima waktu, sebatas dari apa yang dimudahkan oleh Alloh untuk saya sebutkan.
Kemudian saya akan sebutkan sebagian kecil dari kerasnya siksaan bagi para pelaku dosa, pada hari kiamat, dan selamatnya orang-orang yang takut pada kebesaran Robb mereka dan menahan diri mereka dari mengikuti keinginan hawa nafsu.
Kemudian nasihat ini akan saya tutup dengan seruan untuk bertobat.
            Dan saya bersyukur kepada Asy Syaikh yang mulia dan dermawan Abu Abdirrohman Abdurroqib bin Ali Al Kaukabaniy –semoga Alloh menjaga dan memelihara beliau-, sungguh beliau telah mencurahkan waktu beliau yang berharga untuk memeriksa risalah ini. Maka semoga Alloh menjadikan yang demikian itu di dalam timbangan kebaikan beliau.
Dan saya bersyukur kepada saudara kita yang mengirimkan surat permintaan tadi atas perhatiannya terhadap masalah ini, dan semoga Alloh menjadikan untuknya bagian dari sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam :
«من دعا إلى هدى كان له من الأجر مثل أجور من تبعه لا ينقص ذلك من أجورهم شيئا، ومن دعا إلى ضلالة كان عليه من الإثم مثل آثام من تبعه لا ينقص ذلك من آثامهم شيئا». (أخرجه مسلم (6980)).
“Barangsiapa menyeru kepada petunjuk, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya tanpa hal itu mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya tanpa hal itu mengurangi dosa mereka sedikitpun.” (HR. Muslim (6980) dari Abu Huroirohعنه   رضي الله).
Dan sekarang kita akan masuk kepembahasan.




            Sesungguhnya Alloh ta’ala telah memberkahi bulan Romadhon ini dengan keberkahan yang banyak, sebagaimana dalam firman-Nya ta’ala:
﴿شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ﴾ [البقرة/185].
“Bulan Romadhon yang diturunkan di dalamnya Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan dari petunjuk dan pembeda.”
            Alloh ta’ala juga berfirman:
﴿إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ﴾ [الدخان/3].
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab ini pada malam yang diberkahi. Sungguh Kami Yang memberi peringatan.”
            Dan di dalam bulan ini kejelekan sedikit, dan kebaikan itu banyak. Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة وغلقت أبواب النار وصفدت الشياطين»
“Jika telah Romadhon datang, dibukalah pintu-pintu Jannah, dan ditutuplah pintu-pintu Neraka, dan dibelenggulah para setan.” (HR. Al Bukhoriy (3277) dan Muslim (2547)).
            Dan dari beliau rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«إذا كان أول ليلة من شهر رمضان صفدت الشياطين ومردة الجن وغلقت أبواب النار فلم يفتح منها باب وفتحت أبواب الجنة فلم يغلق منها باب. وينادي مناد: يا باغي الخير أقبل، ويا باغي الشر أقصر. ولله عتقاء من النار وذلك كل ليلة». (أخرجه الترمذي (682) وابن ماجة (1331) وغيرهما بسند صحيح).
“Jika telah datang malam pertama dari bulan Romadhon, dibelenggulah para setan dan jin-jin pembangkang, ditutuplah pintu-pintu Neraka dan tidak ada dari pintunya yang terbuka, dan dibukalah pintu-pintu Jannah, dan tiada dari pintunya yang tertutup. Dan ada penyeru yang berseru: ”Wahai para pencari kebaikan, majulah! Wahai para pencari kejelekan, kurangilah!” dan Alloh memiliki orang-orang yang dimerdekakan dari Neraka. Dan yang demikian itu terjadi setiap malam.” (HR. At Tirmidziy (682), Ibnu Majah (1331) dan yang lainnya dengan sanad yang shohih).
            Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata: “… karena di bulan Romadhon hati-hati itu terbangkitkan kepada kebaikan dan amal-amal sholih.” (“Majmu’ul Fatawa”/14/hal. 167).
            Dan amal sholih itu dilipatkan pahalanya di bulan Romadhon. Alloh ta’ala berfirman:
﴿لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ﴾ [القدر/3].
“Malam Al Qodr (kemuliaan) itu lebih baik daripada seribu bulan.”
            Dan dari Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma:
أن النبي صلى الله عليه وسلم قال لامرأة من الأنصار يقال لها أم سنان: «ما منعك أن تكونى حججت معنا». قالت: ناضحان كانا لأبي فلان - زوجها - حج هو وابنه على أحدهما، وكان الآخر يسقى عليه غلامنا. قال: «فعمرة في رمضان تقضى حجة. أو حجة معي». (أخرجه مسلم (3098)).
Bahwasanya Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam berkata pada seorang wanita Anshor yang dipanggil dengan Ummu Sinan: “Apa yang menghalangi engkau untuk berhaji bersama kami?” maka dia menjawab: “Dua ekor onta milik Abu Sinan –suaminya-, dia dan anaknya berhaji dengan menaiki satu ekor, sementara yang satunya lagi dipakai pembantu kami untuk mengairi kebun.” Maka Rosululloh bersabda: “Maka umroh di bulan Romadhon itu bisa untuk membayar haji –atau: haji bersamaku-“ (HR. Muslim (3098)).
            Al Imam Ibnul ‘Arobiy rohimahulloh berkata: “Hadits umroh ini shohih, dan itu merupakan karunia dan nikmat dari Alloh. Umroh bisa mencapai derajat haji dengan digabungkannya Romadhon kepada umroh itu.” (“Umdatul Qori”/karya Badrud Din Al ‘Ainiy rohimahulloh/15/hal. 399).
            Ibnul Jauziy rohimahulloh berkata: “Dalam hadits ini ada  faidah bahwasanya pahala amalan itu bertambah dengan kemuliaan waktu, sebagaimana bertambahnya pahala dengan kehadiran hati dan keikhlasan maksud.” (sumber yang sama).
Dan tentunya hal itu diketahui dengan dalil syar’iy, bukan dengan sekedar dugaan dan perasaan. Wallohu a’lam.
            Maka jika datang bulan Romadhon. Umat Islam menyambutnya dengan gembira, lalu mereka berpuasa di siang harinya, dan sholat tarowih di malam harinya, untuk mencari keberkahan-keberkahan yang ditebarkan, dan keutamaan-keutamaan yang dijanjikan.

Pasal: Kedudukan Puasa Romadhon

            Puasa wajib, yaitu puasa Romadhon, memiliki kedudukan-kedudukan yang banyak dan agung, di antaranya adalah:
Pertama: puasa Romadhon adalah termasuk dari rukun Islam
            Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«بني الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله، وإقام الصلاة، وإيتاء الزكاة، والحج، وصوم رمضان». (أخرجه البخاري (8) ومسلم (16)).
“Islam itu dibangun di atas lima perkara: persaksian tiada sesembahan yang benar selain Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Alloh, menegakkan sholat, membayar zakat, berhaji, dan puasa Romadhon.” (HR. Al Bukhoriy (8) dan Muslim (16) dari Ibnu Umar rodhiyallohu ‘anhuma).

Kedua: Puasa itu adalah bagian dari iman kepada Alloh
            Dari Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma tentang kisah delegasi Abdul Qois:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «هل تدرون ما الإيمان بالله؟» قالوا: الله ورسوله أعلم. قال: «شهادة أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأن محمدا رسول الله ، وإقام الصلاة، وإيتاء الزكاة، وصيام رمضان، وتؤتوا من المغانم الخمس».
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tahukah kalian apa itu keimanan pada Alloh?” Mereka menjawab: “Alloh dan Rosul-Nya lebih tahu.” Beliau bersabda: Persaksian tiada sesembahan yang benar selain Alloh, tiada sekutu bagi-Nya dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Alloh, menegakkan sholat, membayar zakat, puasa Romadhon, dan menyerahkan seperlima dari rampasan perang.” (HR. Al Bukhoriy (7266) dan Muslim (125)).

Ketiga: Puasa Romadhon itu lebih utama dan lebih dicintai Alloh dari pada seluruh puasa yang lain
            Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
«أفضل الصلاة بعد الصلاة المكتوبة الصلاة في جوف الليل، وأفضل الصيام بعد شهر رمضان صيام شهر الله المحرم ». (أخرجه مسلم (2813)).
“Sholat yang paling utama setelah sholat wajib adalah sholat ditengah malam. Dan puasa yang paling utama setelah puasa bulan Romadhon adalah puasa di bulan Alloh: Muharrom.” (HR. Muslim (2813)).
            Hadits ini menunjukkan bahwasanya puasa Romadhon itulah yang paling utama, baru kemudian puasa di bulan Muharrom. Puasa Arofah dan Asyuro punya kedudukan yang agung di mana Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى الله أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى الله أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ ». (أخرجه مسلم (2803)).
“Puasa hari Arofah aku berharap dari Alloh untuk menghapus dosa tahun sebelumnya dan tahun yang sesudahnya. Puasa hari Asyuro aku berharap dari Alloh untuk menghapus dosa tahun sebelumnya.” (HR. Muslim (2803)).
            Sekalipun demikian maka puasa Romadhon itu lebih utama daripada puasa sunnah semuanya, karena puasa Romadhon itu wajib, dan kewajiban itu lebih dicintai Alloh daripada mustahab (ibadah yang sekedar dianjurkan).
            Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«إن الله قال: من عادى لي وليا فقد آذنته بالحرب. وما تقرب إلي عبدي بشـيء أحب إلي مما افترضت عليه. وما يزال عبدي يتقرب إلي بالنوافل حتى أحبه. فإذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به، وبصره الذي يبصر به، ويده التي يبطش بها، ورجله التي يمشي بها، وإن سألني لأعطينه، ولئن استعاذني لأعيذنه. وما ترددت عن شيء أنا فاعله ترددي عن نفس المؤمن يكره الموت وأنا أكره مساءته».
“Alloh ta’ala berfirman: Barangsiapa memusuhi seorang wali-Ku, maka sungguh Aku mengumumkan peperangan dengannya. Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih aku cintai daripada apa yang Aku wajibkan terhadapnya. Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri dengan nafilah-nafilah (mustahabbah) sampai Aku mencintainya. Maka jika Aku mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya dia mendengar, penglihatannya yang dengannya dia melihat, tangannya yang dengannya dia merenggut, dan kakinya yang dengannya dia berjalan. Jika dia meminta pada-Ku pastilah Aku akan memberinya. Dan jika dia minta perlindungan pada-Ku, pastilah Aku akan melindunginya. Dan tidaklah Aku ragu terhadap sesuatu yang hendak Kukerjakan sebagaimana keraguan-Ku terjadap jiwa mukmin. Dia benci kematian, dan Aku benci menyakitinya.” (HR. Al Bukhoriy (6502)).

Keempat: Puasa Romadhon menghapus kesalahan-kesalahan
            Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«الصلوات الخمس، والجمعة إلى الجمعة، ورمضان إلى رمضان مكفرات ما بينهن إذا اجتنب الكبائر ».
“Sholat yang lima, dari Jum’at ke Jum’at, dan dari Romadhon ke Romadhon adalah penghapus dosa-dosa di antaranya, jika dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim (574)).
Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«رغم أنف رجل ذكرت عنده فلم يصل عليّ ورغم أنف رجل دخل عليه رمضان فانسلخ قبل أن يغفر له ورغم أنف رجل أدرك عنده أبواه الكبر فلم يدخلاه الجنة».
“Sungguh rugilah orang yang diriku disebutkan di sisinya lalu dia tidak bersholawat untukku. Sungguh rugilah orang yang masuk kepadanya Romadhon lalu Romadhon itu pergi sebelum orang itu diampuni. Dan sungguh rugilah orang yang kedua orang tuanya di sisinya mendapati usia tua lalu keduanya tidak memasukkannya ke dalam Jannah.” (HR. Al Imam Ahmad (7451) dan yang lainnya. Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Ash Shohihul Musnad” (1282) berkata: hadits ini naik ke derajat shohih lighoirih).
Dan dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ».
“Barangsiapa sholat pada malam Al Qodar dengan keimanan dan mencari pahala Alloh, akan diampuni untuknya dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa berpuasa pada bulan Romadhon dengan keimanan dan mencari pahala Alloh, akan diampuni untuknya dosanya yang telah lalu.” (HR. Al Bukhoriy (1901) dan Muslim (760)).

Kelima: Puasa adalah perisai dari Neraka
            Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
«يقول الله عز وجل: الصوم لي وأنا أجزى به يدع شهوته وأكله وشربه من أجلي، والصوم جنة، وللصائم فرحتان فرحة حين يفطر وفرحة حين يلقى ربه...» الحديث.
“Alloh عز وجل berfirman: “Puasa itu adalah untuk-Ku, dan Aku yang akan membalas dengannya. Dia meninggalkan syahwatnya, makannya dan minumnya untuk diri-Ku. Dan puasa itu adalah tameng. Dan orang yang berpuasa itu punya dua kegembiraan. Kegembiraan ketika berbuka puasa, dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Robbnya, …” al hadits. (HR. Al Bukhoriy (7492) dan Muslim (1151)).
            Dan termasuk dalam bab ini adalah hadits yang telah lewat dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
ولله عتقاء من النار وذلك كل ليلة».
“Dan Alloh memiliki orang-orang yang dimerdekakan dari Neraka. Dan yang demikian itu terjadi setiap malam.” (HR. At Tirmidziy (682), Ibnu Majah (1331) dan yang lainnya dengan sanad yang shohih).

Keenam: Kegembiraan orang yang berpuasa
            Dan telah lewat hadits dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
«يقول الله عز وجل: الصوم لي وأنا أجزى به يدع شهوته وأكله وشربه من أجلى، والصوم جنة، وللصائم فرحتان فرحة حين يفطر وفرحة حين يلقى ربه...» الحديث.
“Alloh عز وجل berfirman: “Puasa itu adalah untuk-Ku, dan Aku yang akan membalas dengannya. Dia meninggalkan syahwatnya, makannya dan minumnya untuk diri-Ku. Dan puasa itu adalah tameng. Dan orang yang berpuasa itu punya dua kegembiraan. Kegembiraan ketika berbuka puasa, dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Robbnya, …” al hadits. (HR. Al Bukhoriy (7492) dan Muslim (1151)).

Ketujuh: Aroma mulut orang yang puasa lebih harum di sisi Alloh daripada misik
            Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
«كل عمل ابن آدم يضاعف الحسنة عشرة أمثالها إلا سبعمائة ضعف. قال الله عز وجل: إلا الصوم فإنه لي وأنا أجزي به، يدع شهوته وطعامه من أجلي، للصائم فرحتان فرحة عند فطره وفرحة عند لقاء ربه ولخلوف فيه أطيب عند الله من ريح المسك».
“Seluruh amalan anak Adam dilipatkan kebaikannya dengan sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat. Alloh  berfirman: “Kecuali puasa, karena dia itu adalah untuk-Ku, dan Aku yang akan membalas dengannya. Dia meninggalkan syahwatnya, makannya dan minumnya untuk diri-Ku. Dan puasa itu adalah tameng. Dan orang yang berpuasa itu punya dua kegembiraan. Kegembiraan ketika berbuka puasa, dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Robbnya, dan benar-benar bau mulut orang yang puasa itu lebih harum di sisi Alloh daripada misik. (HR. Al Bukhoriy (1954) dan Muslim (1151)).

Kedelapan: Puasa Romadhon itu lebih agung pahalanya daripada puasa yang lain([1])
Alloh ta’ala berfirman:
﴿إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ الله كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ الله لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا﴾ [الأحزاب/35].
“Sesungguhnya pria dan wanita yang muslim, pria dan wanita yang mukmin, pria dan wanita yang taat dalam ketenangan, pria dan wanita yang jujur, pria dan wanita yang sabar, pria dan wanita yang khusyu’, pria dan wanita yang bershodaqoh, pria dan wanita yang berpuasa, pria dan wanita yang menjaga kemaluan, pria dan wanita yang banyak mengingat Alloh, Alloh telah menyiapkan untuk mereka ampunan dan pahala yang agung.”
            Dan telah lewat hadits Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
«كل عمل ابن آدم يضاعف الحسنة عشرة أمثالها إلا سبعمائة ضعف. قال الله عز وجل: إلا الصوم فإنه لي وأنا أجزي به». الحديث.
“Seluruh amalan anak Adam dilipatkan kebaikannya dengan sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat. Alloh  berfirman: “Kecuali puasa, karena dia itu adalah untuk-Ku, dan Aku yang akan membalas dengannya... (HR. Al Bukhoriy (1954) dan Muslim (1151)).
            Ini adalah keadaan orang-orang yang berpuasa secara umum. Dan kita telah tahu bahwasanya puasa Romadhon itu lebih dicintai Alloh daripada puasa yang lain, maka pahalanya lebih besar.

Kesembilan: Pintu Royyan
            Dari Sahl rodhiyallohu ‘anh dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
«إن فى الجنة بابا يقال له الريان، يدخل منه الصائمون يوم القيامة، لا يدخل منه أحد غيرهم يقال: أين الصائمون؟ فيقومون، لا يدخل منه أحد غيرهم، فإذا دخلوا أغلق، فلم يدخل منه أحد».
“Sesungguhnya di Jannah ada satu pintu yang dinamakan sebagai Ar Royyan. Masuk darinya orang-orang yang berpuasa di hari Kiamat, tidak masuk dari pintu itu seorangpun selain mereka. Dikatakan: “Manakah orang-orang yang berpuasa?” lalu mereka berdiri, tidak masuk dari pintu itu seorangpun selain mereka. jika mereka telah masuk, pintu itu ditutup, maka tidak masuk dari pintu itu seorangpun.” (HR. Al Bukhoriy (1896) dan Muslim (1152)).

Kesepuluh: masuk Jannah
            Jika mereka telah masuk pintu Royyan, tidak diragukan bahwasanya mereka adalah penduduk Jannah. Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «من آمن بالله وبرسوله وأقام الصلاة وصام رمضان، كان حقا على الله أن يدخله الجنة جاهد فى سبيل الله، أو جلس فى أرضه التي ولد فيها». الحديث.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa beriman pada Alloh dan Rosul-Nya, menegakkan sholat dan berpuasa Romadhon, menjadi kewajiban atas Alloh untuk memasukkannya ke dalam Jannah, baik dia itu berjihad di jalan Alloh ataukah duduk di negrinya yang dia dilahirkan di situ.” Al hadits. (HR. Al Bukhoriy (2790)).

Kesebelas: Puasa memiliki kekhususan yang tidak ada pada ibadah yang lain
Dari Abu Umamah rodhiyallohu ‘anh bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«عليك بالصوم فإّنه لا مثل له...» الحديث
“Banyaklah berpuasa, karena sesungguhnya tiada yang semisal dengannya,…” (HR. Ahmad (22141) dan dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Ash Shohihul Musnad” (488)).
            Al ‘Allamah Munawiy rohimahulloh dalam syaroh hadits itu berkata: “… dikarena di dalam puasa itu ada penahanan diri dari memenuhi seruan syahwat dan hawa nafsu.” (“Faidhul Qodir” /4/hal. 437).

Kedua belas: mencapai derajat taqwa
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ﴾ [البقرة/183]
“Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa.”
            Al Imam Al Baghowiy rohimahulloh berkata dalam tafsir ayat ini: “Yaitu dengan puasa, karena puasa itu penghubung menuju kepada ketaqwaan, dikarena di dalamnya ada penundukan hawa nafsu dan pemotongan syahwat-syahwat.” (“Ma’alimut Tanzil”/hal. 89/Dar Ibni Hazm).
            Apa itu taqwa? Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Karena sesungguhnya hakikat taqwa adalah mengerjakan apa yang diperintahkan, dan meninggalkan apa yang dilarang.” (“Idatush Shobirin”/hal. 31).
            Abu Bakr Al Qostholaniy rohimahulloh berkata tentang hakikat taqwa: “Dia itu adalah penjagaan diri dari kesyirikan dan amalan-amalan yang jelek, dan membiasakan diri untuk mengerjakan amalan-amalan sholihah.” (“Irsyadus Sari”/1/hal. 89).

Pasal: Kedudukan Taqwa

            Maka barangsiapa berpuasa Romadhon sebagaimana yang diperintahkan, dia akan mencapai derajat orang-orang yang bertaqwa. Kedudukan taqwa itu banyak, di antaranya adalah:

Pertama: Orang yang bertaqwa akan mendapatkan solusi dan jalan keluar dari setiap masalah
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَمَنْ يَتَّقِ الله يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ﴾ [الطلاق: 2، 3].
“Dan barangsiapa bertaqwa pada Alloh, Alloh akan menjadikan untuknya jalan keluar, dan memberinya rizqi dari arah yang tak diduganya.”

Kedua: rizqi dari arah yang tak mereka duga
            Sebagaimana dalam ayat terdahulu. Dan Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُون﴾ [الأعراف/96].
“Seandainya penduduk kota-kota itu mau beriman dan bertaqwa pastilah Kami akan bukakan kepada mereka keberkahan-keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami siksa mereka disebabkan oleh apa yang mereka perbuat.”

Ketiga: permudahan urusan bagi orang yang bertaqwa
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَمَنْ يَتَّقِ الله يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا﴾ [الطلاق: 4]
“Dan barangsiapa bertaqwa kepada Alloh, Dia akan menjadikan untuknya kemudahan dari urusannya.”

Keempat: penghapusan dosa orang yang bertaqwa
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَمَنْ يَتَّقِ الله يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا﴾ [الطلاق: 5]
“Dan barangsiapa bertaqwa pada Alloh, Dia akan menghapus darinya kesalahan-kesalahannya, dan memperbesar pahala untuknya.”
Alloh ta’ala berfirman:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا الله يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَالله ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيم﴾ [الأنفال/29]
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian bertaqwa kepada Alloh, Alloh akan menjadikan untuk kalian pembeda (antara kebenaran dan kebatilan), dan menghapus dari kalian kesalahan kalian. Dan Alloh itu memiliki karunia yang agung.

Kelima: besarnya pahala orang yang bertaqwa
            Sebagaimana dalam ayat terdahulu. Alloh ta’ala juga berfirman:
﴿وَلَأَجْرُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ لِلَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ﴾ [يوسف/57].
“Dan sungguh pahala Akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa.”

Keenam: cepatnya pulihnya kesadaran ketika dibisiki setan
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُون﴾ [الأعراف: 201]
“Sesunggunya orang-orang yang bertaqwa jika terkena dorongan untuk berbuat dosa dari setan, mereka tersadar, maka tiba-tiba mereka bisa melihat.”
            Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Alloh ta’ala mengabarkan tentang orang-orang yang bertaqwa dari para hamba-Nya yang menaati-Nya dalam perkara yang diperintahkan-Nya, dan meninggalkan apa yang dicegah-Nya, bahwasanya mereka itu “jika terkena” yaitu: tertimpa “thoif” –sampai pada ucapan beliau:- di antara ahli tafsir ada yang menafsirkannya dengan “kemarahan”, ada yang menafsirkannya dengan “kesurupan dari setan” dan semisalnya, di antara mereka ada yang menafsirkannya dengan “keinginan untuk berbuat dosa”, di antara mereka ada yang menafsirkannya dengan “berbuat dosa”. Firman-Nya: “mereka segera sadar” yaitu: mereka ingat hukuman Alloh dan banyaknya pahalanya, ingat janji dan ancaman-Nya, maka merekapun bertobat dan kembali, memohon perlindungan pada Alloh, dan kembali pada-Nya dalam waktu dekat. “maka tiba-tiba mereka bisa melihat” yaitu: mereka telah lurus kembali, dan sehat kembali dari penyakit yang mereka semula ada di situ.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/3/hal. 534).

Ketujuh: orang yang bertaqwa itu dicintai Alloh
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿بَلَى مَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ وَاتَّقَى فَإِنَّ الله يُحِبُّ الْمُتَّقِين﴾ [آل عمران/76].
“Justru orang yang memenuhi perjanjiannya dan bertaqwa, maka sesungguhnya Alloh itu mencintai orang-orang yang bertaqwa.”

Kedelapan: sesungguhnya Alloh menyertai orang yang bertaqwa dengan pertolongan-Nya, dukungan-Nya dan penjagaan-Nya
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿إِنَّ الله مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ﴾ [النحل/128].
“Sesungguhnya Alloh bersama dengan orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang mereka itu berbuat kebaikan.”
            Alloh subhanah berfirman:
﴿وَإِنَّ الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَالله وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ﴾ [الجاثية/19]
“Dan sesungguhnya orang-orang yang zholim itu sebagiannya adalah wali bagi sebagian yang lain, dan Alloh itu adalah wali bagi orang-orang yang bertaqwa.”

Kesembilan: orang-orang yang bertaqwa itu adalah orang-orang yang dirohmati
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُون﴾ [الأعراف/156].
“Dan rohmat-Ku itu meliputi segala sesuatu, dan Aku akan menetapkannya untuk orang-orang yang bertaqwa, membayarkan zakat, dan orang-orang yang mereka itu beriman pada ayat-ayat Kami.”
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَاتَّقُوا الله لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ﴾  [الحجرات/10].
“Dan bertaqwalah kalian kepada Alloh agar kalian dirohmati.”

Kesepuluh: orang-orang yang bertaqwa mereka itulah orang-orang yang berakal, yang mengambil manfaat dengan ayat-ayat Alloh
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿إِنَّ فِي اخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ الله فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُون﴾ [يونس/6].
“Sesungguhnya di dalam pergantian malam dan siang, dan apa yang Alloh ciptakan di langit dan di bumi benar-benar ada ayat-ayat bagi orang-orang yang bertaqwa.”
            Al Imam Asy Syaukaniy rohimahulloh berkata dalam tafsir ayat ini: “Yaitu: orang-orang yang bertaqwa pada Alloh subhanah dan menjauhi kedurhakaan kepada-Nya. Alloh mengkhususkan mereka dengan ayat-ayat ini karena mereka itulah yang mencurahkan pandangan dan pikiran terhadap makhluq-makhluq Alloh Yang Mahasuci, karena mereka berusaha menghindar dari terjatuh kepada sedikit saja dari perkara yang menyelisihi keinginan Alloh Yang Mahasuci, dan dalam rangka memperhatikan kesudahan urusan mereka, dan apa yang membikin bagus di akhirat mereka.” (“Fathul Qodir”/Asy Syaukaniy/3/hal. 348).

Kesebelas: orang-orang yang bertaqwa dan beriman, mereka itulah para wali Alloh
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ الله لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ * الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُون﴾ [يونس/62، 63].
“Ketahuilah: sesungguhnya para wali Alloh itu tidak tertimpa ketakutan dan tidak bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa.”
            Syaikhul Islam rohimahulloh berkata: “… bahwasanya di kalangan manusia itu ada wali-wali Ar Rohman dan wali-wali setan. Maka wajib untuk membedakan antara mereka dan mereka, sebagaimana Alloh dan Rosul-Nya membedakan antara keduanya. Maka para wali Alloh adalah orang-orang yang beriman dan bertaqwa, sebagaimana dalam firman Alloh ta’ala: “Ketahuilah: sesungguhnya para wali Alloh itu tidak tertimpa ketakutan dan tidak bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa.” (“Majmu’ul Fatawa”/11/hal. 159).

Kedua belas: orang-orang yang bertaqwa adalah orang-orang yang akan mendapatkan kabar gembira di dunia dan akhirat
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا﴾ [مريم/97].
“Maka Kami hanyalah memudahkan Al Qur’an itu dengan lisan (bahasa) mu agar engkau memberikan kabar gembira dengannya untuk orang-orang yang bertaqwa, dan engkau memberikan peringatan pada kaum yang sangat zholim dan melenceng dari kebenaran.”
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ الله لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ * الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُون* لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ الله ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ﴾ [يونس/62-64].
“Ketahuilah: sesungguhnya para wali Alloh itu tidak tertimpa ketakutan dan tidak bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa. Bagi merekalah kabar gembira di kehidupan dunia dan di Akhirat. Tiada perubahan terhadap ketetapan-ketetapan Alloh. Yang demikian itulah keberuntungan yang agung.”
            Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Maka pujian merupakan kabar gembira. Mimpi yang baik merupakan kabar gembira. Berita gembira dari para malaikat untuknya saat kematian merupakan kabar gembira. Jannah merupakan termasuk kabar gembira yang terbesar. Alloh ta’ala berfirman:
﴿وبشر الذين آمنوا وعملوا الصالحات أن لهم جنات تجري من تحتها الأنهار
“Dan berikanlah berita gembira pada orang-orang yang beriman dan beramal sholih bahwasanya mereka itu akan mendapatkan Jannah-jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.”
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿وأبشروا بالجنة التي كنتم توعدون﴾.
“Dan bergembiralah dengan Jannah yang kalian dulu dijanjikan dengannya.”
(“Madarijus Salikin”/3/hal. 160).

Ketiga belas: orang yang bertaqwa akan mendapatkan kehidupan yang bagus di dunia sebelum Akhirat
                Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَقِيلَ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ قَالُوا خَيْرًا لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ﴾ [النحل/30].
“Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertaqwa: “Apakah yang diturunkan oleh Robb kalian?” Mereka menjawab: “Kebaikan.” Orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia ini akan mendapatkan kebaikan, dan benar-benar negri Akhirat itu lebih baik, dan itulah sebaik-baik negri orang-orang yang bertaqwa.”
            Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Dan sungguh Al Qur’an telah menunjukkan di lebih dari satu tempat bahwasanya setiap orang yang beramal sholih itu akan mendapatkan dua pahala: amalannya di dunia, dan akan disempurnakan untuknya pahalanya di Akhirat. Seperti firman Alloh ta’ala:
﴿للذين أحسنوا في هذه الدنيا حسنة ولدار الآخرة خير ولنعم دار المتقين
“Orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia ini akan mendapatkan kebaikan, dan benar-benar negri Akhirat itu lebih baik, dan itulah sebaik-baik negri orang-orang yang bertaqwa.”
Dan dalam ayat yang lain:
﴿ وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي الله مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَلَأَجْرُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ﴾ [النحل/41]
“Dan orang-orang yang berhijroh di jalan Alloh setelah mereka dizholimi, pastilah Kami akan menempatkan mereka di dunia dalam kebaikan. Dan benar-benar pahala akhirat itu lebih besar, seandainya mereka mengetahui.”
            Dan Alloh berfirman dalam surat ini:
﴿مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴾ [النحل/97]
“Barangsiapa beramal sholih baik dia itu lelaki ataupun perempuan dalam keadaan dia itu mukmin, pastilah Kami akan memberinya kehidupan yang bagus, dan pastilah Kami akan membalasi mereka pahala mereka dengan yang lebih baik daripada apa yang dulu mereka lakukan.”
            Dan berfirman dalam surat ini tentang kekasih-Nya:
﴿وَآتَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَإِنَّهُ فِي الْآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِين﴾ [النحل/122].
“Dan Kami berikan padanya kebaikan di dunia, dan sesungguhnya dia di Akhirat benar-benar termasuk dari orang-orang yang sholih.”
            Dan telah terulang makna ini dalam surat (Al Nahl) ini, bukan di surat yang lain, di empat tempat karena suatu rahasia yang bagus, karena sesungguhnya surat ini adalah surat kenikmatan yang Alloh merinci di dalamnya pokok-pokok kenikmatan dan cabang-cabangnya. Maka Alloh memperkenalkan pada para hamba-Nya bahwasanya mereka akan mendapatkan di sisi-Nya di Akhirat kenikmatan yang berlipat ganda dari yang ini, dengan kenikmatan yang tak bisa diketahui kadar perbedaannya, dan bahwasanya kenikmatan ini (yang di dunia) adalah bagian dari kenikmatan Alloh yang disegerakan pada mereka, dan bahwasanya mereka jika menaati-Nya, Dia akan menambahkan untuk mereka pada kenikmatan-kenikmatan yang ini kenikmatan-kenikmatan yang lain,  kemudian di Akhirat Dia akan mencukupi pahala amalan mereka dengan pencukupan yang sempurna.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/2/hal. 183).

Keempat belas: orang yang bertaqwa adalah orang yang mendapatkan hidayah
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِين﴾ [البقرة/2]
“Yang Kitab ini tiada keraguan padanya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.”
            Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Maka setiap kali sang hamba bertaqwa pada Robbnya, naiklah dirinya kepada hidayah yang lain, maka dia ada pada penambahan hidayah selama dirinya ada pada penambahan taqwa. Dan setiap kali meluputkan satu langkah dari ketaqwaan, luputlah darinya satu langkah dari hidayah sesuai dengan kadarnya.” (“Al Fawaid”/hal. 130).

Kelima belas: pakaian taqwa lebih baik daripada pakaian lahiriyyah
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ﴾ [الأعراف/26].
“Dan pakaian ketaqwaan itu lebih baik”
            Al Imam As Sa’diy rohimahulloh berkata: “… karena sesungguhnya pakaian taqwa itu lestari bersama sang hamba, tidak lusuh dan tidak binasa. Dan dia itu adalah kecantikan hati dan ruh. Adapun pakaian lahiriyyah, maka paling puncaknya adalah untuk menutup aurot, di suatu waktu, atau menjadi pakaian keindahan bagi manusia, dan tidak ada di belakang itu manfaat darinya.” (“Taisirul Karimir Rohman”/hal. 285).

Keenam belas: barangsiapa meninggalkan sesuatu dalam rangka bertaqwa pada Alloh, maka Alloh akan memberinya sesuatu yang lebih baik dari itu
            Dari salah seorang penduduk badui yang berkata:
أخذ بيدي رسول الله صلى الله عليه وسلم فجعل يعلمني مما علمه الله تبارك وتعالى، وقال: «إنك لن تدع شيئا اتقاء الله جل وعز إلا أعطاك الله خيرا منه».
“Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam mengambil tanganku, lalu beliau mulai mengajariku dari apa yang Alloh تبارك وتعالى ajarkan pada beliau. Dan beliau bersabda: “Sesungguhnya engkau tidaklah dirimu meninggalkan sesuatu dalam rangka bertaqwa pada Alloh عز وجل kecuali Alloh akan memberimu dengan sesuatu yang lebih baik dari itu.” (HR. Al Imam Ahmad (20758) dan dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Ash Shohihul Musnad” (1489)).
            Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Karena sesungguhnya barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Alloh, maka Alloh عز وجل akan memberinya ganti dengan sesuatu yang lebih baik dari itu.” (“Ighotsatul Lahfan”/hal. 47).

Ketujuh belas: keberuntungan adalah bagi orang-orang yang bertaqwa
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَاتَّقُوا الله لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴾ [البقرة/189].
“Dan bertaqwalah kalian pada Alloh agar kalian beruntung.”
            Al Imam Abu Ja’far Ath Thobariy rohimahulloh berkata: “Alloh Yang Mahatinggi penyebutan-Nya menginginkan dengan itu: Dan bertaqwalah kalian wahai manusia pada Alloh, dan takut dan gentarlah kalian pada-Nya, dengan ketaatan pada-Nya terhadap kewajiban-kewajiban yang Dia perintahkan, dan menjauhi apa yang dilarang-Nya, sehingga Kalian bisa sukses dalam pencarian kalian apa yang ada di sisi Alloh, dan kalian mendapatkan kekekalan di Janah-jannah-Nya, dan lestari di dalam kenikmatan-Nya.” (“Jami’ul Bayan”/3/hal. 561).

Kedelapan belas: keselamatan dari siksaan di dunia
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ أَنَّا دَمَّرْنَاهُمْ وَقَوْمَهُمْ أَجْمَعِينَ * فَتِلْكَ بُيُوتُهُمْ خَاوِيَةً بِمَا ظَلَمُوا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ * وَأَنْجَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ﴾  [النمل/51-53].
“Maka perhatikanlah bagaimana akibat tipu daya mereka: Kami menghancurkan mereka dan kaum mereka semuanya. Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan telah kosong disebabkan oleh kezholiman mereka. sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada alamat kekuasaan Alloh bagi orang-orang yang mengetahui. Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa.”
            Al Imam Ath Thobariy rohimahulloh berkata: “Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman” Alloh berfirman: Dan Kami selamatkan Sholih dan orang-orang yang beriman kepadanya dari hukuman dan siksaan Kami yang Kami turunkan kepada Tsamud. “dan senantiasa bertaqwa” Alloh berfirman: dan mereka dengan keimanan mereka, dan pembenaran mereka kepada Sholih, mereka senantiasa berusaha melindungi diri dari apa yang menimpa kaum mereka yaitu Tsamud, siksaan Alloh yang menimpa mereka. maka demikian Kami akan menyelamatkan dengan dan para pengikutmu wahai Muhammad, ketika Kami menurunkan hukuman Kami kepada orang-orang musyrik dari kaummu di tengah-tengah mereka.” (“Jami’ul Bayan”/19/hal. 481).

Kesembilan belas: orang-orang yang bertaqwa itu aman  dan tidak bersedih hati pada hari kiamat
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿فَمَنِ اتَّقَى وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُون﴾ [الأعراف/35]
“Maka barangsiapa bertaqwa dan perbuat perbaikan, maka mereka tidak tertimpa ketakutan dan tidak bersedih hati”
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَيُنَجِّي الله الَّذِينَ اتَّقَوْا بِمَفَازَتِهِمْ لَا يَمَسُّهُمُ السُّوءُ وَلَا هُمْ يَحْزَنُون﴾ [الزمر/61].
“Dan Alloh akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dengan ketetapan keberuntungan mereka, mereka tidak tertimpa kejelekan dan mereka tidak bersedih hati.”
Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Firman Alloh “Dan Alloh akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dengan ketetapan keberuntungan mereka” yaitu: ketetapan yang telah lalu akan kebahagiaan dan keberuntungan untuk mereka di sisi Alloh, “mereka tidak tertimpa kejelekan” yaitu: pada hari Kiamat, “dan mereka tidak bersedih hati” yaitu: mereka tidak dibikin sedih oleh hari Kejutan Yang Terbesar, bahkan mereka itu aman dari segala kejutan, terjauhkan dari segala kejelekan, diharapkan untuk mereka segala kebaikan.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/7/hal. 111).

Kedua puluh: taqwa adalah bekal terbaik yang menyampaikan kepada Alloh dan kenikmatan abadi
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى﴾ [البقرة/197]
“Dan berbekallah, karena sesungguhnya bekal terbaik adalah taqwa.”
            Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Alloh memerintahkan para jamaah haji untuk berbekal demi perjalanan mereka, dan jangan bepergian tanpa bekal. Kemudian Dia mengingatkan mereka akan bekal perjalanan ke Akhirat, yaitu taqwa. Maka sebagaimana musafir tak bisa sampai kepada maksudnya kecuali dengan bekal yang menyampaikannya kesitu, maka demikian pula orang yang berjalan ke Alloh dan negri Akhirat tidak akan sampai kecuali dengan bekal taqwa. Maka dia mengumpulkan dua macam perbekalan.” (“Ighotsatul Lahfan”/hal. 58).

Kedua puluh satu: keselamatan saat melewati Shiroth
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا * ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا﴾ [مريم/71، 72]
“Dan tiada seorangpun dari kalian kecuali akan melewati Jahannam itu. Itu merupakan kewajiban atas Robbmu yang pasti akan ditunaikan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan Kami akan biarkan orang-orang zholim di dalamnya dalam keadaan berlutut.”
Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Firman Alloh: “Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa” yaitu: jika seluruh makhluq telah lewat di atas neraka, dan telah jatuh ke dalamnya orang-orang yang jatuh dari kalangan orang-orang kafir dan pendurhaka, sesuai dengan  kadar mereka, Alloh ta’ala akan menyelamatkan orang-orang yang beriman dan bertaqwa dari Neraka sesuai dengan amalan mereka. maka proses lewatnya mereka di atas Shiroth, dan kecepatan mereka itu dengan kadar amalan mereka saat dulu dunia. Kemudian para pelaku dosa dari kalangan mukminin akan diberi syafaat, …” dst. (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/5/hal. 256).

Kedua puluh dua: orang-orang bertaqwa adalah delegasi yang terhormat yang menghadap Alloh pada Hari Kiamat
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقِينَ إِلَى الرَّحْمَنِ وَفْدًا * وَنَسُوقُ الْمُجْرِمِينَ إِلَى جَهَنَّمَ وِرْدًا﴾ [مريم/85، 86].
“Pada hari Kami menggiring orang-orang yang bertaqwa menuju kepada Ar Rohman sebagai delegasi, dan Kami menggiring orang-orang yang jahat menuju ke Jahannam dalam keadaan haus.”  
Al Imam As Sa’diy rohimahulloh berkata: “Alloh ta’ala mengabarkan tentang perbedaan dua kelompok: orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang jahat, dan bahwasanya orang-orang yang bertaqwa kepada Alloh itu –dengan menghindari syirik, bid’ah dan ma’shiyyat- Alloh akan mengumpulkan mereka ke tempat perhentian Kiamat dengan dimuliakan, dibanggakan dan dihormati, dan bahwasanya tempat kembali mereka adalah Ar Rohman, tujuan mereka adalah Al Mannan. Mereka sebagai delegasi-delegasi kepada Alloh. Telah diketahui bersama bahwa delegasi itu haruslah di hatinya ada harapan, dan dugaan yang bagus terhadap pihak yang dikunjungi. Maka orang-orang yang bertaqwa itu mengunjungi Ar Rohman dalam keadaan berharap dari-Nya rohmat-Nya dan keluasan kebaikan-Nya, dan keberuntungan dengan pemberian-Nya di negri keridhoan-Nya. Dan yang demikian itu disebabkan oleh amalan taqwa yang mereka kerjakan, dan mereka mengikuti perkara-perkara yang diridhoi-Nya, dan bahwasanya Alloh telah berjanji pada mereka dengan pahala itu melalui lisan para Rosul-Nya. Maka mereka bergerak ke arah Robb mereka dengan ketenangan hati dan kepercayaan akan karunia-Nya.
            Adapun orang-orang yang jahat, maka sungguh mereka digiring ke Jahannam dalam keadaan haus, yaitu: dahaga. Dan ini adalah keadaan yang paling buruk, mereka digiring dengan kehinaan, kerendahan ke penjara terbesar dan hukuman yang paling mengerikan, yaitu Jahannam, dalam keadaan mereka haus, capek, minta bantu tapi tidak dibantu, mereka berdoa tapi tidak dikabulkan, dan minta syafaat tapi tidak diberi syafaat.” (“Taisirul karimir Rohman”/hal. 500).

Keduapuluh tiga: masuk Jannah
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿لَكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نُزُلًا مِنْ عِنْدِ الله وَمَا عِنْدَ الله خَيْرٌ لِلْأَبْرَار﴾ [آل عمران: 198].
“Akan tetapi orang-orang yang bertaqwa kepada Robb mereka, mereka akan mendapatkan Jannah-jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, sebagai hidangan dari sisi Alloh bagi para tamu, dan apa yang di sisi Alloh itu lebih baik bagi orang-orang yang berbakti.”
            Alloh subhanah juga berfirman:
﴿جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ لَهُمْ فِيهَا مَا يَشَاءُونَ كَذَلِكَ يَجْزِي الله الْمُتَّقِينَ﴾ [النحل/30، 31].
“Yaitu Jannah-jannah ‘Aden yang mereka memasukinya, yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka di dalamnya akan mendapatkan apapun yang mereka inginkan. Demikianlah Alloh membalas orang-orang yang bertaqwa.”

Keduapuluh empat: mendapatkan ridho Alloh
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ الله وَالله بَصِيرٌ بِالْعِبَاد﴾ [آل عمران: 15].
“Katakanlah: maukah kalian untuk kukabari dengan yang lebih baik dari yang demikian itu? Bagi orang-orang yang bertaqwa di sisi Robb mereka Jannah-jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan istri-istri yang disucikan, dan keridhoan dari Alloh. Dan Alloh itu Maha Melihat para hamba-Nya.”

Keduapuluh lima: orang yang paling mulia adalah orang yang paling bertaqwa
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ الله أَتْقَاكُم﴾ [الحجرات/13].
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Alloh adalah orang yang paling bertaqwa di antara kalian.”
            Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Yaitu: Kalian itu berbeda-beda keutamaannya di sisi Alloh hanyalah dengan taqwa, bukan dengan derajat kebangsawanan.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/7/hal. 386).
            Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata:
قيل: يا رسول الله من أكرم الناس؟ قال: «أتقاهم».
Ditanyakan: “Wahai Rosululloh, siapakah orang yang paling mulia?” Beliau menjawab: Orang yang paling bertaqwa di antara mereka.” (HR. Al Bukhoriy (3353) dan Muslim (6311)).

Masih tersisa banyak keutamaan taqwa, dan masih tersisa banyak dari keutamaan puasa Romadhon. Dan yang telah saya sebutkan itu cukup sebagai pelajaran dan dorongan dengan seidzin Alloh.
            Dengan ini kita mengetahui bahwasanya Alloh itu mensyariatkan puasa Romadhon untuk para hamba-Nya adalah demi kemaslahatan mereka sendiri di dunia dan Akhirat mereka. Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Syari’ah itu dasar dan asasnya ada di atas hikmah dan maslahah para hamba dalam kehidupan dunia dan akhirat. Syari’ah ini semuanya adil, rohmah, maslahah, dan hikmah. Maka semua masalah yang keluar dari keadilan kepada kezholiman, dari rohmah kepada lawannya, dari maslahah kepada mafsadah, dan dari hikmah kepada kesia-siaan, maka itu bukanlah bagian dari syari’ah.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/3/hal. 5).




            Bersamaan dengan fenomena yang bagus ini –yaitu terdorongnya Muslimin untuk berpuasa Romadhon dan beramal kebajikan yang lainnya di bulan ini- kita mendapati sebagian orang meninggalkan sholat lima waktu dalam keadaan mereka berpuasa. Dan ini adalah perkara yang berbahaya karena perbuatan meninggalkan sholat lima waktu tadi merupakan sebab kerugian yang sangat besar.

Pasal: Empat Puluh Tiga Kerugian Menyia-nyiakan Sholat Lima Waktu

            Barangsiapa meninggalkan sholat lima waktu, maka dia terancam kerugian yang sangat besar, di antaranya adalah:

Pertama: orang yang meninggalkan sholat itu berada dalam kebodohan yang sangat dalam terhadap agungnya nilai sholat
            Sesungguhnya sholat itu adalah awal kewajiban dalam peribadatan, sebagaimana dalam hadits Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma :
لما بعث النبي صلى الله عليه وسلم معاذاً نحو اليمن قال له: «إنك تقدم على قوم من أهل الكتاب، فليكن أول ما تدعوهم إلى أن يوحِّدوا الله تعالى، فإذا عرفوا ذلك فأخبرهم أن الله فرض عليهم خمس صلوات في يومهم وليلتهم» الحديث.
“Bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam ketika mengutus Mu’adz rodhiyallohu ‘anh untuk berdakwah di Yaman, beliau bersabda: “Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab, maka hendaknya yang pertama kali engkau seru mereka kepadanya adalah agar mereka mentauhidkan Alloh ta’ala. Maka jika mereka telah mengetahui itu, maka kabari mereka bahwasanya Alloh mewajibkan mereka lima sholat di siang dan malam mereka…” (HR. Al Bukhoriy (1458) dan Muslim (132)).
            Dan dari Abu Malik Al Asyja’iy, dari ayahnya yang berkata:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أسلم الرجل كان أول ما يعلمنا الصلاة، أو قال: «علِّمه الصلاة».
“Dulu Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam jika ada orang yang masuk Islam, maka yang pertama kali beliau ajarkan pada kita adalah sholat, atau beliau berkata: “Ajarilah dia sholat.”” (HR. Al Bazzar (2765) dan dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa Fish Shohihain” no. (893)).
            Dan Alloh sendirilah yang mengurusi langsung pewajibannya dengan mengangkat Nabi-Nya dan kekasih-Nya shollallohu ‘alaihi wasallam ke atas langit yang tujuh, lalu Dia mewajibkan pada beliau dan pada umatnya lima sholat. Dalil-dalil tentang itu telah diketahui.
            Syaikhul Islam rohimahulloh berkata: “Sholat itu adalah awal ibadah yang Alloh wajib. Dan sholat lima waktu itu Alloh sendirilah yang mengurusi langsung pewajibannya dengan mengajak bicara Rosul-Nya pada malam Mi’roj.” (“Majmu’ul Fatawa”/3/hal. 428).
            Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh menyebutkan beberapa kekhususan sholat: “… dan karena Alloh itu mewajibkan sholat di langit pada malam Mi’roj.” (“Ash Sholah Wa Hukmu Tarikiha”/hal. 22/Darul Imam Ahmad).
            Dan ini semua menunjukkan agungnya nilai sholat di sisi Alloh, dalam keadaan Dia Mahakaya dan Maha Terpuji. Sedangkan orang yang meninggalkan sholat itu berada dalam kebutaan.

Kedua: orang yang meninggalkan sholat itu telah memutuskan hubungan antara dirinya dengan Robbnya عز وجل
            Sesungguhnya sholat itu adalah hubungan antara hamba dengan Robbnya. Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«قال الله تعالى: قسمت الصلاة بيني وبين عبدي نصفين، ولعبدي ما سأل، فإذا قال العبد: ﴿الحمد لله رب العالمين﴾، قال الله تعالى: حمدني عبدي، وإذا قال: ﴿الرحمن الرحيم﴾، قال الله تعالى: أثنى علي عبدي، وإذا قال: ﴿مالك يوم الدين﴾، قال: مجدني عبدي - وقال مرة: فوّض إلي عبدي - فإذا قال: ﴿إياك نعبد وإياك نستعين﴾ قال: هذا بيني وبين عبدي، ولعبدي ما سأل، فإذا قال: ﴿اهدنا الصراط المستقيم صراط الذين أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضالين﴾ قال: هذا لعبدي ولعبدي ما سأل». (أخرجه مسلم (395)).
“Alloh ta’ala berfirman: “Aku membagi sholat antara diri-Ku dan antara hamba-Ku menjadi dua bagian, dan hamba-Ku akan mendapatkan apa yang dimintanya. Jika hamba itu berkata: “Segala pujian adalah milik Alloh Robb semesta alam”, Alloh ta’ala berfirman: “Hamba-Ku memuji-Ku.” Jika dia berkata: “Yang Maha Luas Rohmat-Nya dan Maha mengasihi hamba-Nya”, Alloh ta’ala berfirman: “Hamba-Ku menyanjung-Ku.” Jika hamba itu berkata: “Yang menguasai Hari Pembalasan”, Alloh ta’ala berfirman: “Hamba-Ku mengagungkan-Ku.” –atau berkata: “Hamba-Ku menyerahkan diri kepada-Ku,” Jika hamba itu berkata: “Hanya kepada-Mu sajalah kami beribadah, dan hanya kepada-Mu sajalah kami mohon pertolongan”, Alloh ta’ala berfirman: “Ini adalah antara diri-Ku dan antara hamba-Ku, dan hamba-Ku akan mendapatkan apa yang dimintanya.” Jika hamba itu berkata: “Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat pada mereka, bukan jalan orang-orang yang dimurkai, dan bukan pula jalan orang-orang yang tersesat”, Alloh ta’ala berfirman: “Ini adalah untuk hamba-Ku, dan hamba-Ku akan mendapatkan apa yang dimintanya.” (HR. Muslim (395)).
            Al Imam Ibnu Rojab rohimahulloh berkata: “Dan sholat adalah hubungan antara hamba dengan Robbnya, karena orang yang sholat itu sedang berbisik-bisik dengan Robbnya.” (“Fathul Bari”/karya Ibnu Rojab/3/hal. 292).
            Jika demikian, maka wajib bagi hamba untuk menjaga hubungan yang paling agung ini. Alloh ta’ala berfirman:
﴿حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا الله قَانِتِين﴾ [البقرة/238].
“Jagalah sholat-sholat, dan jagalah sholat pertengahan (sholat Ashr), dan berdirilah untuk Alloh dengan taat dan tenang.”
            Al Munawiy rohimahulloh berkata: “Sholat adalah hubungan antara hamba dengan Robbnya, dan jika demikian, maka wajib bagi hamba untuk khusyu’ di dalamnya, …” (“Faidhul Qodir”/3/hal. 113).
Orang yang meninggalkan sholat itu itu telah memutuskan hubungan ini, dalam keadaan dia di puncak keperluan kepada Robbnya. Alloh ta’ala berfirman:
﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى الله وَالله هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ﴾ [فاطر/15]
“Wahai para manusia, kalian itulah yang sangat perlu kepada Alloh, dan Alloh itu Mahakaya dan Maha Terpuji.”
Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Yaitu: mereka perlu kepada-Nya di seluruh gerakan dan sikap diam. Dan Alloh itu secara mutlak tidak perlu pada mereka.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/6/hal. 541).

Ketiga: Orang yang meninggalkan sholat itu itu tidak mau mendekat pada Robbnya عز وجل , maka setan itu yang menjadi teman dekatnya
            Sesungguhnya mukmin itu setiap kali semakin bertambah pengetahuannya tentang Alloh, bertambahlah kecintaannya pada Alloh, dan bertambahlah pendekatan dirinya kepada-Nya dengan beraneka ragam ibadah yang disyariatkan, sebagaimana kata Syaikhul Islam rohimahulloh : “Sesungguhnya hamba itu setiap kali bertambah penelitiannya, bertambahlah kecintaannya pada Alloh, ibadahnya dan ketaatannya untuk-Nya, dan bertambahlah keberpalingannya dari ibadah pada yang lain, kecintaannya pada yang lain, dan ketaatannya pada yang lain.” (“Majmu’ul Fatawa”/10/hal. 218).
            Dan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam telah menjadikan sholat sebagai pendekatan diri kepada Alloh, sebagaimana dalam hadits Jabir rodhiyallohu ‘anh yang berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «يا كعب بن عجرة الصوم جنة، والصدقة تطفئ الخطيئة، والصلاة قربان -أو قال: برهان».
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda (pada Ka’b): “Wahai Ka’b bin ‘Ujroh, puasa itu perisai, shodaqoh itu memadamkan kesalahan, sholat adalah pendekatan diri –atau beliau bersabda: bukti.” (HR. Al Imam Ahmad (14481) dan dihasankan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa Fish Shohihain” no. (898)).
            Dan jika hamba mendekatkan diri kepada Alloh, Alloh akan mendekat kepadanya lebih banyak dan lebih bagus dari amalannya tadi. Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
«قال الله عز وجل: إذا تقرب عبدي مني شبرا تقربت منه ذراعا، وإذا تقرب مني ذراعا تقربت منه باعا - أو بوعا -، وإذا أتاني يمشي أتيته هرولة».
“Alloh عز وجل berfirman: Jika hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta. Jika hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekatinya sedepa. Jika dia mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan lari-lari kecil.” (HR. Al Bukhoriy (7537) dan Muslim (2675)).
Adapun orang yang meninggalkan sholat, dia itu menjauh dari Robbnya عز وجل , maka jadilah setan sebagai walinya dan teman akrabnya. Maka kembalinya urusan dia adalah kepada siksaan yang menghinakan. Alloh ta’ala berfirman:
﴿ وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ * وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ * حَتَّى إِذَا جَاءَنَا قَالَ يَا لَيْتَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ بُعْدَ الْمَشْرِقَيْنِ فَبِئْسَ الْقَرِينُ * وَلَنْ يَنْفَعَكُمُ الْيَوْمَ إِذْ ظَلَمْتُمْ أَنَّكُمْ فِي الْعَذَابِ مُشْتَرِكُونَ﴾ [الزخرف/36-39].
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan Ar Rohman, Kami akan kuasakan untuknya setan, maka setan itu menjadi teman seiring baginya. Dan sesungguhnya mereka benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang lurus, dan mereka mengira bahwasanya mereka itu mendapatkan petunjuk. Sampai jika dia datang pada Kami dia berkata: “Aduh, andaikata antara diriku dan dirimu adalah sejauh antara barat dan timur.” Maka setan itu adalah teman seiring yang paling jelek. Dan tidak bermanfaat bagi kalian pada hari ini perserikatan kalian, karena kalian telah berbuat zholim.”

Keempat: orang yang meninggalkan sholat itu tidak bersyukur kepada Alloh
            Telah lewat penjelasan bahwasanya seluruh syariat Alloh itu faidahnya dan manfaatnya kembali kepada kemaslahatan para hamba sendiri, dan bukan demi keperluan Robb عز وجل . bersamaan dengan itu Alloh telah meringankannya untuk umat Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam yang dirohmati ini, sehingga Alloh menjadikan agama ini mudah. Alloh ta’ala berfirman:
﴿يُرِيدُ الله بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ﴾ [البقرة/185]
“Alloh menginginkan untuk kalian kemudahan, dan tidak ingin kesulitan untuk kalian.”
            Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
«إن الدين يسر، ولن يشادّ الدين أحد إلا غلبه. فسددوا وقاربوا وأبشروا واستعينوا بالغدوة والروحة وشيء من الدلجة».(أخرجه البخاري (39)).
“Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidaklah ada orang beradu keras dengan agama ini kecuali agama ini akan mengalahkannya. Maka bersikap luruslah, mendekatlah pada kelurusan, bergembiralah, dan manfaatkanlah waktu pagi, sore, dan sedikit dari awal malam.” (HR. Al Bukhoriy (39)).
            Demikian pula penyariatan sholat lima waktu, telah diringankan dari lima puluh hingga menjadi lima saja. Dari Anas rodhiyallohu ‘anh dalam kisah Mi’roj, dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
«ففرض الله علي خمسين صلاة، فرجعت بذلك حتى أمرّ بموسى، فقال موسى: ما الذي فرض على أمتك؟ قلت: فرض عليهم خمسين صلاة. قال: فراجع ربك فإن أمتك لا تطيق ذلك. فرجعت فراجعت ربي، فوضع شطرها. فرجعت إلى موسى، فقال: راجع ربك. فذكر مثله فوضع شطرها، فرجعت إلى موسى فأخبرته، فقال: راجع ربك فإن أمتك لا تطيق ذلك. فرجعت فراجعت ربي فقال: هي خمس وهي خمسون، لا يبدل القول لدي فرجعت إلى موسى، فقال: راجع ربك. فقلت: قد استحييت من رب». (أخرجه البخاري (3342) ومسلم (433)).
“Maka Alloh mewajibkan kepadaku lima puluh sholat. Maka aku kembali dengan membawa itu hingga aku melewati Musa. Maka Musa bertanya: “Apa yang diwajibkan kepada umatmu?” aku menjawab: “Diwajibkan pada mereka lima puluh sholat.” Maka beliau berkata: “Mohonlah penawaran kepada Robbmu, karena umatmu tak akan sanggup mengerjakannya.” Maka aku kembali dan melakukan penawaran pada Robbku, maka Dia mengurangi separuhnya. Lalu aku kembali kepada Musa. Dia berkata:  “Mohonlah penawaran kepada Robbmu” lalu beliau menyebutkan yang seperti itu, maka Alloh mengurangi separuhnya. Lalu aku kembali kepada Musa dan mengabarinya. Dia berkata:  “Mohonlah penawaran kepada Robbmu, karena umatmu tak akan sanggup mengerjakannya.” Maka aku kembali dan melakukan penawaran pada Robbku, maka Dia berfirman: “Lima sholat saja. Dan dia itu bernilai lima puluh. Ketetapan di sisi-Ku tak akan dirubah lagi. Lalu aku kembali kepada Musa. Dia berkata:  “Mohonlah penawaran kepada Robbmu.” Maka aku menjawab: “Aku telah malu kepada Robbku.” (HR. Al Bukhoriy (3342) dan Muslim (433)).
            Lihatlah: dulu sholat wajib pada umat Musa عليه السلام lima puluh sholat sebagaimana telah dikenal bersama, lalu diperingan untuk umat ini sebagai rohmat untuk mereka, sehingga menjadi lima sholat saja. Dan pahalanya adalah lima puluh sholat di sisi Alloh sebagai karunia dan kedermawanan dari-Nya.
            Perkara ini mendatangkan syukur bagi orang-orang yang berakal dan pandai bersyukur. Adapun menurut orang yang meninggalkan sholat, maka tidak demikian. Barangkali jika mereka ada di posisi yang agung itu pada malam Mi’roj, mereka tidak malu untuk berkata: “Wahai Robb, kurangilah dari lima sholat menjadi nol sama sekali!”
            Zaid bin Tsabit rodhiyallohu ‘anhuma berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«إن الله عز وجل لو عذب أهل السماء والأرض عذبهم وهو غير ظالم ولو رحمهم كانت رحمته إياهم خيرا لهم من أعمالهم ولو أن لامرئ مثل أحد ذهبا ينفقه في سبيل الله حتى ينفده لا يؤمن بالقدر خيره وشره دخل النار».
“Sesungguhnya Alloh عز وجل jika menyiksa penduduk langit dan bumi, Dia akan menyiksa dalam keadaan Dia tidak menzholimi mereka. dan seandainya Dia merohmati mereka, pastilah rohmat-Nya itu lebih baik untuk mereka daripada harta-harta mereka. seandainya ada orang punya emas sebesar gunung Uhud, lalu dia menginfaqkannya di jalan Alloh hingga menghabiskannya, tapi dia tidak beriman pada taqdir baiknya dan buruknya, dia akan masuk Neraka.” (HR. Ahmad (5/hal. 185) dan Ath Thobroniy dalam “Musnadusy Syamiyyin” (1962), dan dihasankan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih” no. (416)).
            Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Dan penjelasannya sebagai berikut: bahwasanya bersyukur pada Alloh Yang Mahasuci adalah kewajiban mereka, dikarenakan Dia adalah yang mengatur dan memberi mereka seluruh keperluan mereka, dan juga karena mereka adalah hamba-Nya dan budak-Nya. Dan yang demikian itu mengharuskan mereka untuk mengenal-Nya, mengagungkan-Nya, mentauhidkan-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya, dengan pendekatan seorang hamba yang mencintai, yang berbolak-balik dalam kenikmatan-Nya, dan dia tidak mungkin untuk tidak perlu pada-Nya sekejap matapun. Hamba ini senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya dengan kerja kerasnya, mencurahkan segenap kemampuannya untuk itu, dan menyekutukan dengan-Nya sesuatu apapun, lebih mengutamakan ridho Tuannya di atas keinginannya dan hawa nafsunya. Bahkan dia tak punya hawa nafsu ataupun keinginan kecuali dalam perkara yang diinginkan dan dicintai oleh Tuannya. Dan ini menuntut adanya ilmu, amal, keinginan, dan keperluan yang tidak ditentang oleh yang lain, dan tidak tersisa untuknya bersama dengan itu keberpalingan kepada yang selain-Nya dari satu sisipun.
            Dan telah diketahui bahwasanya tabiat manusia itu tidak mencukupi untuk itu (untuk memurnikan pengabdian pada Alloh) dan hak-hak Robb ta’ala secara mutlak, dan bahwasanya Alloh itu berhak untuk disembah lebih besar daripada hak-Nya, karena kebaikan-Nya. Dialah Alloh yang berhak mendapatkan puncak ibadah, ketundukan, dan kehinaan karena Dzat-Nya, karena kebaikan-Nya dan karena kenikmatan-Nya. –sampai pada ucapan beliau:- dan termasuk dari kedermawanan-Nya dan rohmat-Nya adalah: Dia rela mendapatkan dari para hamba-Nya ibadah yang lebih ringan daripada yang seharusnya untuk Dia diibadahi, dan hak-Nya secara dzat-Nya dan kebaikan-Nya. Maka kenyataan ibadah mereka tak bisa dibandingkan kepada apa yang menjadi hak Alloh dari satu sisipun. Maka tidak mencukupi mereka selain maaf Alloh untuk mereka. Dan Dia Yang Mahasuci lebih tahu tentang diri mereka daripada mereka sendiri. Maka seandainya Alloh menyiksa mereka, dia pasti menyiksa mereka dengan apa yang diketahui-Nya dari mereka, sekalipun mereka tidak mengetahuinya. Seandainya Alloh menyiksa mereka sebelum Dia mengutus para Rosul-Nya kepada mereka berdasarkan amalan mereka, tidaklah Dia itu menzholimi mereka, sebagaimana Dia tidak menzholimi mereka dengan kemurkaannya kepada mereka sebelum Dia mengutus Rosul-Nya kepada mereka, disebabkan oleh kekufuran, kesyirikan dan keburukan mereka, karena Dia Yang Mahasuci melihat kepada penduduk bumi, maka dia memurkai mereka, yang arobnya ataupun yang ajamnya, kecuali sisa-sisa Ahli Kitab([2]). Akan tetapi Alloh mewajibkan terhadap dirinya sendiri karena telah menetapkan terhadap dirinya untuk memberikan rohmah, bahwasanya diri-Nya tidak menyiksa seorangpun kecuali setelah tegaknya hujjah terhadapnya dengan risalah-Nya.
Rahasia masalah ini adalah: manakala kewajiban mensyukuri Dzat yang memberi nikmat itu adalah sesuai dengan kadar Sang Pemberi dan kadar kenikmatan-Nya, dan tiada seorangpun yang sanggup melakukan itu, maka Alloh punya hak terhadap setiap orang, dan Dia berhak untuk menuntutnya. Jika Dia tidak mengampuni dan merohmatinya, Dia berhak menyiksanya. Maka keperluan mereka kepada ampunan, rohmat dan maaf-Nya itu seperti keperluan mereka kepada penjagaan-Nya, pemeliharaan-Nya dan rizqi-Nya. Seandainya Dia tidak menjaga mereka pastilah mereka binasa. Jika Dia tidak memberi mereka rizqi pastilah mereka binasa. Jika Dia tidak mengampuni dan merohmati mereka pastilah mereka binasa dan rugi. Oleh karena itu ayah mereka Adam dan ibu mereka Hawwa berkata:
﴿رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ﴾.
“Wahai Robb kami, kami telah menzholimi diri kami. Jika engkau tidak mengampuni dan merohmati kami, pastilah kami menjadi termasuk orang-orang yang merugi.”
(“Syifaul ‘Alil”/bab enam belas/hal. 18).
            Penjelasan ini cukup untuk menggerakkan manusia untuk bersyukur kepada Alloh. Akan tetapi orang-orang yang meninggalkan sholat, hawa nafsu mereka telah menyesatkan mereka sehingga mereka mengkufuri nikmat Alloh, sehingga mereka berhak untuk disiksa. Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ﴾ [إبراهيم/7].
“Dan ingatlah ketika Robb kalian mengumumkan: jika kalian bersyukur pastilah Aku akan menambahi untuk kalian. Tapi jika kalian kufur, maka sungguh siksaan-Ku itu benar-benar keras.”
            Dan Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَضَرَبَ الله مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ الله فَأَذَاقَهَا الله لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُون﴾ [النحل/112].
“Dan Alloh membuat permisalan suatu kota yang dulunya aman tentram, rizqinya mendatanginya dengan banyak dari segenap tempat, lalu kota itu mengkufuri kenikmatan-kenikmatan Alloh, maka Alloh menjadikannya merasakan pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan oleh apa yang mereka perbuat.”

Kelima: luput dari orang yang meninggalkan sholat persaksian para malaikat pada waktu sholat
            Sesungguhnya para malaikat itu menyaksikan sholat-sholat Muslimin, dan di dalam yang demikian itu ada keberkahan-keberkahan bagi orang-orang yang sholat. Maka barangsiapa meninggalkan sholat, luputlah darinya kebaikan yang banyak.
            Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«يتعاقبون فيكم ملائكة بالليل وملائكة بالنهار، ويجتمعون في صلاة الفجر وصلاة العصر. ثم يعرج الذين باتوا فيكم فيسألهم ربهم وهو أعلم بهم: كيف تركتم عبادي؟ فيقولون: تركناهم وهم يصلون، وأتيناهم وهم يصلون».
“Para malaikat di waktu malam dan malaikat di waktu siang mendatangi kalian silih berganti, dan mereka berkumpul di sholat shubuh dan ashr. Kemudian naiklah malaikat yang bermalam di antara kalian, lalu Robb mereka menanyai mereka padahal Dia lebih tahu tentang mereka: “Bagaimana kalian tinggalkan para hamba-Ku?” mereka menjawab: “Kami meninggalkan mereka dalam keadaan mereka sholat, dan Kami mendatangi mereka dalam keadaan mereka sholat.” (HR. Al Bukhoriy (3228) dan Muslim (1464)).
            Dari Amr bin Abasah As Sulamiy rodhiyallohu ‘anh bahwasanya dia berkata pada Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam : “Kabarilah saya tentang sholat. Maka beliau bersabda:
«صل صلاة الصبح، ثم أقصر عن الصلاة حتى تطلع الشمس حتى ترتفع، فإنها تطلع حين تطلع بين قرني شيطان، وحينئذ يسجد لها الكفار. ثم صل فإن الصلاة مشهودة محضورة، حتى يستقل الظل بالرمح ثم أقصر عن الصلاة، فإن حينئذ تسجر جهنم. فإذا أقبل الفيء فصل، فإن الصلاة مشهودة محضورة، حتى تصلى العصر ...». (أخرجه مسلم (1967)).
“Kerjakanlah sholat shubuh, kemudian berhentilah sholat hingga matahari terbit hingga meninggi, karena sesungguhnya dia itu terbit di antara dua tanduk setan, dan ketika itu orang-orang kafir sujud untuk matahari. Kemudian sholatlah karena sesungguhnya sholat tersebut disaksikan dan dihadiri, hingga bayangan menyendiri sepanjang satu tombak. Kemudian hentikan sholat, karena saat itu Jahannam dinyalakan. Jika kecondongan bayangan telah datang lagi (ke arah timur) maka sholatlah karena sesungguhnya sholat tersebut disaksikan dan dihadiri, hingga engkau sholat Ashr …” (HR. Muslim (1967)).

Keenam: orang yang meninggalkan sholat tidak mendapatkan besarnya kegembiraan Alloh terhadap orang yang datang ke masjid untuk sholat
            Sesungguhnya Alloh itu sangat bergembira dengan kedatangan hamba-Nya ke masjid untuk sholat. Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«لا يتوضأ أحد فيحسن وضوءه ويسبغه، ثم يأتي المسجد، لا يريد إلا الصلاة فيه، إلا تبشبش الله به كما يتبشبش أهل الغائب بطلعته».
“Tidaklah ada satu orang yang berwudhu dan memperbagus wudhunya dan menyempurnakannya, lalu dia mendatangi masjid, tidak menginginkan kecuali sholat di situ, kecuali Alloh menyambutnya dengan gembira sebagaimana orang yang ditinggal pergi menyambut gembira kedatangan orang itu.” (HR. Al Imam Ahmad (8051) dan dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa Fish Shohihain” no. (838)).
            Ibnul Atsir rohimahulloh berkata: Basysy adalah kegembiraan sahabat dengan sahabatnya, kelembutan dalam meminta, menghadapkan diri kepadanya. Ungkapan: (وقد بششت به أبشّ). Ini adalah permisalan untuk penerimaan orang itu dengan kebaikannya, mendekatkannya pada dirinya, dan memuliakannya.” (“An Nihayah Fi Ghoribil Atsar”/hal. 334).
            Sifat tabasybusy (التبشبش) itu tetap untuk Alloh, sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya. Dan keutamaan itu tadi tidak dicapai oleh orang yang meninggalkan sholat.

Ketujuh: Alloh membanggakan di hadapan malaikat dengan orang yang menanti sholat seusai sholat. Dan ini tidak didapatkan oleh orang yang meninggalkan sholat
            Sesungguhnya orang itu sangat gembira jika para pembesar membanggakan dirinya di hadapan para sahabatnya. Maka bagaimana jika dia dibanggakan oleh Robb alam semesta di hadapan para malaikat? Dari Abdulloh bin Amr rodhiyallohu ‘anhma yang berkata:
صلينا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم المغرب فعقّب من عقّب، ورجع من رجع، فجاء صلى الله عليه و سلم وقد كاد يحسر ثيابه عن ركبتيه فقال: «أبشروا معشر المسلمين، هذا ربكم قد فتح بابا من أبواب السماء يباهي بكم الملائكة، يقول: هؤلاء عبادي قضوا فريضة وهم ينتظرون أخرى».
“Kami sholat bersama Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam mahgrib, lalu duduklah orang yang duduk, dan pulanglah orang yang pulang. Lalu datanglah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam dan hampir-hampir bajunya tersingkap dari kedua lutut beliau. Lalu beliau bersabda: “Bergembiralah wahai Muslimun, ini Robb kalian telah membuka salah satu pintu langit membanggakan kalian di hadapan para malaikat. Alloh berfirman: Mereka adalah para hamba-Ku, mereka telah menunaikan satu kewajiban dan sedang menunggu kewajiban yang lain.” (HR. Al Imam Ahmad (6750) dan dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih” no. (868)).
            Orang yang meninggalkan sholat tidak mendapatkan keutamaan ini.

Kedelapan: luput dari orang yang meninggalkan sholat pahala-pahala yang agung
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَالْمُقِيمِينَ الصَّلَاةَ وَالْمُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالْمُؤْمِنُونَ بِالله وَالْيَوْمِ الْآخِرِ أُولَئِكَ سَنُؤْتِيهِمْ أَجْرًا عَظِيمًا﴾ [النساء/162].
“Dan orang-orang yang menegakkan sholat, orang-orang yang membayar zakar, dan orang-orang yang beriman pada Alloh dan Hari Akhir, mereka itu akan Kami beri pahala yang agung.”
            Jika pahala dua rekaat fajar saja lebih baik daripada dunia seisinya, sebagaimana hadits ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anhا bahwasanya Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«ركعتا الفجر خير من الدنيا وما فيها».
“Dua rekaat fajar itu lebih baik daripada dunia seisinya.” (HR. Muslim (1721)),
Maka bagaimana dengan sholat malam yang dia itu lebih utama daripada dua rekaat fajar? Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh :
سئل أيّ الصلاة أفضل بعد المكتوبة، وأيّ الصيام أفضل بعد شهر رمضان؟ فقال: «أفضل الصلاة بعد الصلاة المكتوبة الصلاة في جوف الليل، وأفضل الصيام بعد شهر رمضان صيام شهر الله المحرم ». (أخرجه مسلم (2813)).
bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam ditanya: sholat manakah yang lebih utama setelah sholat wajib? Dan puasa manakah yang lebih utama setelah puasa bulan Romadhon? Beliau bersabda: “Sholat yang paling utama setelah sholat wajib adalah sholat di tengah malam. Dan puasa yang paling utama setelah puasa bulan Romadhon adalah puasa di bulan Alloh: Muharrom.” (HR. Muslim (2813)),
            Maka bagaimana dengan pahala sholat lima waktu? Maka barangsiapa meninggalkan sholat lima waktu, luputlah darinya pahala yang agung sekali.
            Dari Abu Umamah Al Bahiliy  dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
«ثلاثة كلهم ضامن على الله عز وجل: رجل خرج غازيا فى سبيل الله فهو ضامن على الله حتى يتوفاه فيدخله الجنة أو يرده بما نال من أجر وغنيمة ورجل راح إلى المسجد فهو ضامن على الله حتى يتوفاه فيدخله الجنة أو يرده بما نال من أجر وغنيمة ورجل دخل بيته بسلام فهو ضامن على الله عز وجل».
“Ada tiga orang yang dijamin oleh Alloh عز وجل : “Orang yang keluar berperang di jalan Alloh, maka dia dijamin oleh Alloh hingga dimatikan untuk kemudian dimasukkan ke dalam Jannah atau dikembalikan dengan meraih pahala dan rampasan perang. Dan orang yang berangkat ke masjid, maka dia dijamin oleh Alloh hingga dimatikan lalu dimasukkan ke dalam Jannah, atau dikembalikan dengan meraih pahala dan rampasan perang. Dan orang yang masuk ke rumahnya dengan mengucapkan salam, maka dia dijamin oleh Alloh عز وجل.” (HR. Al Imam Ahmad (2496) dan dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa Fish Shohihain” no. (804)).
            Orang yang berangkat ke masjid untuk menegakkan sholat dijamin dengan pahala dan “harta rampasan perang”. Sementara orang yang meninggalkan sholat tidak mendapatkan dari itu sedikitpun.

Kesembilan: orang yang meninggalkan sholat tidak mendapatkan pahala menunggu sholat
            Telah kami sebutkan pahala sholat, maka kami katakan sekarang: sampai bahkan menunggu sholatpun punya pahala sholat. Dari Sahl bin Sa’d As Sa’idiy rodhiyallohu ‘anhuma yang berkata: aku mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«من كان في المسجد ينتظر الصلاة فهو في الصلاة».
“Barangsiapa di masjid menunggu sholat, maka dia itu ada di dalam sholat.” (HR. An Nasaiy (734) dan Ath Thobroniy dalam “Al Kabir” (5880) dan dihasankan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa Fish Shohihain” no. (869)).
Orang yang tidak sholat tidak mendapatkan keutamaan ini.

Kesepuluh: Orang yang tidak sholat akan luput darinya doa yang dikabulkan dalam bab ini
            Sesungguhnya di dalam sholat ada keadaan-keadaan yang mana doa di situ akan dikabulkan. Di antaranya adalah: saat membaca Al Fatihah([3]), sebagaimana telah lewat penyebutannya. Dan di antaranya juga: saat sujud. Dari Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«فأما الركوع فعظموا فيه الرب عز وجل، وأما السجود فاجتهدوا في الدعاء فقمن أن يستجاب لكم».
“Adapun ruku’ maka agungkanlah di dalamnya Robb عز وجل , adapun sujud, maka bersungguh-sungguhlah kalian berdoa, karena hampir-hampir akan dikabulkan untuk kalian.” (HR. Muslim (1102)).
            Dan termasuk dari itu adalah: sebelum salam. Dari Ibnu Mas'ud rodhiyallohu ‘anh yang berkata:
كنت أصلي والنبي صلى الله عليه وسلم وأبو بكر وعمر معه، فلما جلست بدأت بالثناء على الله، ثم الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم، ثم دعوت لنفسي. فقال النبي صلى الله عليه وسلم: «سل تعطه سل تعطه».
“Aku pernah sholat, dan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam dan Abu Bakr dan Umar bersama beliau. Ketika aku duduk, aku mulai dengan sanjungan pada Alloh, kemudian sholawat pada Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, kemudian aku berdoa untuk diriku sendiri. Maka Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Mintalah, engkau akan diberi. Mintalah, engkau akan diberi.” (HR. At Tirmidziy (595) dan dihasankan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa Fish Shohihain” no. (988)).
            Maka orang yang meninggalkan sholat itu telah menyia-nyiakan kesempatan dalam keadaan dia sangat perlu sekali pada Robbnya عز وجل.

Kesebelas: orang yang meninggalkan sholat itu luput darinya ketinggian derajat dari sisi sholat
Dari Abu Umamah  yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«اعلم أنك لن تسجد لله سجدة إلا رفع الله لك بها درجة، وحط عنك بها خطيئة».
 “Ketahuilah, sesungguhnya engkau tidaklah dirimu bersujud untuk Alloh satu kali, kecuali Alloh akan mengangkat untukmu dengannya satu derajat, dan menghapuskan darimu dengannya satu kesalahan.” (HR. Ahmad (22141) dan dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Ash Shohihul Musnad” (488)).
Dari Mi’dan bin Abi Tholhah Al Ya’muriy yang berkata: “Aku berjumpa dengan Tsauban pembantu Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam , maka kukatakan padanya: kabarilah saya dengan suatu amalan yang jika saya mengamalkannya, Alloh akan memasukkan saya dengannya Jannah. Atau berkata: dengan amalan yang paling disukai oleh Alloh. Maka beliau diam. Lalu saya tanya lagi, ternyata beliau diam. Lalu saya bertanya pada kali yang ketiga, maka beliau berkata: Aku bertanya tentang itu pada Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam maka beliau menjawab:
«عليك بكثرة السجود لله، فإنك لا تسجد لله سجدة إلا رفعك الله بها درجة، وحط عنك بها خطيئة»
“Engkau harus memperbanyak sujud untuk Alloh, karena sungguh tidaklah engkau bersujud satu kali untuk Alloh, kecuali Alloh akan mengangkat untukmu dengannya satu derajat, dan menghapuskan darimu dengannya satu kesalahan.”
Mi’dan berkata: kemudian aku berjumpa dengan Abud Darda rodhiyallohu ‘anh lalu kutanya beliau, maka beliau menjawabku seperti apa yang diucapkan Tsauban padaku.” (HR. Muslim (488)).
Ini adalah keutamaan yang dijanjikan untuk ahli sholat dan sujud yang disyariatkan. Adapun orang yang meninggalkan sholat, maka dia tak akan mendapatkannya.

Kedua belas: orang yang meninggalkan sholat itu tidak beruntung
            Alloh ta’ala telah menjanjikan keberuntungan bagi orang-orang yang sholat. Dia ta’ala berfirman:
﴿قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ * الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ إى قوله:- وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ﴾ [المؤمنون/1-9].
“Sungguh telah beruntung orang-orang mukmin yang orang-orang yang khusyu’ di dalam sholat mereka –sampai pada firman:- dan orang-orang yang menjaga sholat mereka.”
            Alloh subhanah berfirman:
﴿قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى * وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى﴾ [الأعلى/14، 15].
“Sungguh beruntung orang yang mensucikan diri, dan mengingat nama Robbnya lalu melaksanakan sholat.”
            Ibnul Atsir  berkata: “Falah adalah: keberuntungan, keselamatan, dan kekekalan dalam kenikmatan dan kebaikan.” (“Lisanul Arob”/hal. 547).
            Maka orang yang meninggalkan sholat itu tidak mendapatkan keberuntungan ataupun keselamatan di dua negri, Karena dirinya telah menyia-nyiakan hak-hak Robbnya عز وجل.

Ketiga belas: orang yang meninggalkan sholat itu tersesat
            Sesungguhnya Alloh ta’ala telah menjadikan penegakan sholat itu sebagai salah satu sebab datangnya hidayah, sebagaimana dalam firman-Nya:
﴿إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ الله مَنْ آمَنَ بِالله وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا الله فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِين﴾ [التوبة/18]،
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Alloh itu orang-orang yang beriman pada Alloh dan Hari Akhir, menegakkan sholat, membayar zakat, dan tidak takut kecuali kepada Alloh. Maka semoga mereka itulah yang akan menjadi orang-orang yang mendapatkan petunjuk.”
            Firman-Nya:
﴿ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ * الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُون﴾ [البقرة/2، 3].
“Yang Kitab ini tiada keraguan padanya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang beriman pada yang ghoib (tersembunyi), menegakkan sholat, dan mereka menginfaqkan sebagian dari apa yang Kami rizqikan pada mereka.”
            Dan dari Ibnu Mas’ud rodhiyallohu ‘anh yang berkata: “Barangsiapa suka untuk besok berjumpa Alloh sebagai seorang muslim, maka hendaknya dia menjaga sholat-sholat tersebut kapan saja dia  diseru untuk menunaikannya, karena sesungguhnya Alloh telah mensyariatkan untuk Nabi kalian shollallohu ‘alaihi wasallam sunnah-sunnah petunjuk, dan sesungguhnya sholat-sholat tadi termasuk dari sunnah-sunnah petunjuk. Seandainya kalian sholat di rumah-rumah kalian sebagaimana sholatnya orang yang tertinggal ini di rumahnya, sungguh kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian. Dan jika kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian, pastilah kalian itu tersesat. Dan tiada seorangpun yang bersuci, lalu memperbagus pensuciannya, kemudian sengaja berangkat ke masjid dari masjid-masjid ini, kecuali Alloh akan mencatat untuknya dengan setiap langkahnya satu kebaikan, dan mengangkat dengannya satu derajat, dan menghapuskan dengannya darinya satu kejelekan. Dan sungguh kami telah melihat tidak ada yang tertinggal dari sholat-sholat tadi kecuali munafiq yang telah diketahui kemunafiqannya. Dan sungguh dulu ada orang yang didatangkan dipapah di antara dua orang hingga diberdirikan dalam shoff (barisan).” (HR. Muslim (654)).
Maka orang yang meninggalkan sholat jama’ah, sungguh dia telah meninggalkan jalan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam . Dan barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh dia telah tersesat. Maka bagaimana dengan orang yang meninggalkan sholat sama sekali? Tidak diragukan lagi bahwasanya dirinya berada dalam kesesatan yang nyata.
Sementara itu, sang hamba itu sangat perlu pada hidayah (petunjuk) Alloh di setiap waktu.
Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Dan telah diketahui bahwasanya perkara yang tidak diketahui oleh hamba itu berlipat-lipat daripada apa yang telah diketahuinya, dan bahwasanya setiap perkara yang telah diketahuinya bahwasanya itu adalah benar, maka jiwanya tidak maau menaati dirinya untuk menginginkan perkara tadi. Seandainya dia menginginkan perkara yang benar tadi, pastilah dia tidak sanggup untuk melakukan kebanyakannya. Maka sang hamba amat perlu di setiap waktu kepada hidayah yang terkait dengan masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
Adapun untuk yang telah lalu: maka dia itu perlu untuk mengoreksi dirinya sendiri: apakah dia telah berjalan dengan lurus sehingga dia bersyukur pada Alloh atas taufiq untuk lurus tadi, dan memohon agar kelurusan tadi dilestarikan? Ataukah dia dalam perbuatan yang telah lalu justru keluar dari kebenaran, sehingga harus bertobat pada Alloh ta’ala dari itu, mohon ampunan pada-Nya dan bertekad untuk tidak kembali kepada kesalahan tadi?
Adapun hidayah yang terkait dengan yang terjadi sekarang: maka memang hidayah inilah yang sedang dicari, karena sang hamba adalah pelaku amalan pada masa sekarang, maka dia perlu untuk mengetahui hukum perbuatan-perbuatan yang sedang dilakukannya: benar ataukah keliru?
Adapun hidayah yang terkait dengan masa depan: maka keperluan sang hamba padanya lebih jelas lagi agar alur perjalanannya itu tepat di jalan yang benar.
Jika demikian inilah nilai hidayah, diketahuilah bahwasanya sang hamba itu memang paling amat perlu padanya, dan bahwasanya pertanyaan rusak yang didatangkan oleh sebagian orang yaitu: “Jika kita memang telah di atas petunjuk, maka apa perlunya kita untuk minta agar Alloh menunjuki kita lagi? Bukankah ini namanya menghasilkan perkara yang telah ada?” merupakan pertanyaan yang paling rusak dan paling jauh dari kebenaran. Dan ini menunjukkan bahwasanya yang bertanya itu tidak tahu makna hidayah, dan tidak mengerti hakikatnya dan kandungan dari istilah itu.” (“Miftah Daris Sa’adah”/1/hal. 87).

keempat belas: orang yang meninggalkan sholat itu berada dalam kegelapan
Sesungguhnya sholat adalah cahaya. Dari Abu Malik Al Asy’ariy rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«الطهور شطر الإيمان، والحمد لله تملأ الميزان، وسبحان الله والحمد لله تملآن - أو تملأ - ما بين السموات والأرض، والصلاة نور، والصدقة برهان، والصبر ضياء، والقرآن حجة لك أو عليك. كل الناس يغدو فبائع نفسه، فمعتقها أو موبقها». (أخرجه مسلم (556)).
“Bersuci adalah separuh keimanan, Alhamdulillah itu memenuhi timbangan, subhanalloh walhamdulillah itu memenuhi antara langit dan bumi. Sholat itu adalah cahaya, shodaqoh itu adalah bukti, kesabaran adalah cahaya panas, dan Al Qur’an adalah argumenntasi untuk mendukungmu atau membantahmu. Setiap orang berangkat lalu menjual dirinya sendiri, membebaskannya dari Neraka atau membinasakan dirinya sendiri.” (HR. Muslim (556)).
            Al Imam Ibnu Rojab rohimahulloh berkata: “Sholat itu adalah cahaya yang mutlak –sampai pada ucapan beliau:- dia itu untuk mukminin di dunia adalah cahaya di dalam hati dan mata hati mereka, yang dengannya hati mereka menjadi bersinar, mata hati mereka bercahaya. Oleh karena itulah sholat merupakan penyejuk jiwa orang-orang yang bertaqwa.
–sampai pada ucapan beliau:- sholat juga cahaya bagi mukminin di kuburan mereka, terutama sholat malam.
–sampai pada ucapan beliau:- sholat itu di akhirat juga cahaya bagi mukminin di kegelapan Kiamat, di atas Shiroth, karena cahaya-cahaya akan dibagikan untuk mereka sesuai dengan kadar amalan mereka.” (“Jami’ul Ulum Wal Hikam”/hadits keduapuluh tiga).

Kelima belas: tidak suka sholat merupakan sifat orang munafiq
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِالله وَبِرَسُولِهِ وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى وَلَا يُنْفِقُونَ إِلَّا وَهُمْ كَارِهُونَ﴾ [التوبة/54].
“Dan tidaklah menghalangi mereka untuk infaq-infaq mereka diterima kecuali karena kekufuran mereka pada Alloh dan pada Rosul-Nya, dan mereka tidak mendatangi sholat kecuali dalam keadaan mereka malas, dan tidaklah mereka berinfaq kecuali dalam keadaan mereka benci.”
            Syaikhul Islam rohimahulloh berkata: “Maka ini adalah keadaan orang yang berinfaq dalam keadaan benci. Maka bagaimana dengan orang yang meninggalkan infaq sama sekali?” (“Majmu’ul Fatawa”/28/hal. 439).
            Dan berdasarkan ini kita bilang: ini adalah keadaan orang yang bersholat dalam keadaan malas, maka bagaimana dengan orang yang meninggalkan sholat sama sekali?
            Al Imam Al Qurthubiy rohimahulloh berkata: “Maka kemunafiqan itu benar-benar mewariskan kemalasan di dalam ibadah.” (“Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an”/8/hal. 163).
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ الله وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ الله إِلَّا قَلِيلًا﴾ [النساء/142]
“Sesungguhnya orang-orang munafiq itu ingin menipu Alloh, dan Alloh yang membalas tipu daya mereka. Jika mereka bangkit untuk sholat, mereka bangkit dengan malas, mereka mencari pandangan dan pujian manusia dan tidak mengingat Alloh kecuali sedikit.”
            Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Ini adalah sifat orang munafiq terhadap amalan yang paling mulia, paling utama dan paling bagusnya yaitu: sholat. Jika mereka bangkit untuk sholat mereka bangkit dalam keadaan malas mengerjakannya, karena mereka tak punya niat di situ, tak punya iman dengan sholat dan tak punya rasa takut, serta tak memahami maknanya.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/2/hal. 438).
            Dan telah tetap bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«تلك صلاة المنافق، يجلس يَرْقُب الشمس، حتى إذا كانت بين قرني الشيطان قام فنقر أربعا لا يذكر الله فيها إلا قليلا».
“Itu adalah sholat munafiq, duduk mengintai matahari, sampai jika matahari telah ada di antara dua tanduk setan, bangkitlah orang ini lalu mematuk empat kali, tidak mengingat Alloh kecuali sedikit.” (HR. Muslim (1443) dan Anas rodhiyallohu ‘anh).
            Ini adalah sikap munafiq terhadap sholat Ashr, maka bagaimana dengan orang yang tidak sholat Ashr sama sekali?

Keenam belas: orang yang meninggalkan sholat itu menjauh dari rohmat Alloh
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ﴾ [النور/56].
“Dan tegakkanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Rosul agar kalian dirohmati.”
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ الله وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ الله إِنَّ الله عَزِيزٌ حَكِيمٌ﴾ [التوبة/71]
“Dan orang-orang mukmin lelaki dan perempuan, sebagian dari mereka adalah wali bagi sebagian yang lain. Mereka memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar, menegakkan sholat, menunaikan zakat, dan taat pada Alloh dan Rosul-Nya. Mereka itu akan dirohmati oleh Alloh, sesungguhnya Alloh Mahaperkasa lagi Maha Penuh Hikmah.”
            Alloh ta’ala menyebutkan bahwasanya orang-orang yang akan dirohmati oleh Alloh mereka itulah memiliki sifat-sifat yang indah tadi.
            Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Yaitu: Alloh akan merohmati orang-orang yang memiliki sifat-sifat ini.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/4/hal. 175).
            Maka orang yang meninggalkan sholat itu keluar dari kandungan dua ayat ini. Dan ini bahaya karena orang yang terbiasa menjauh dari sebab-sebab rohmat takut turun kepada laknat.

Ketujuh belas: orang yang meninggalkan sholat itu tidak mendapatkan ketentraman hati
            Sesungguhnya Alloh telah menjanjikan kehidupan yang baik untuk orang yang beriman dan bertaqwa, sebagaimana Firman-Nya subhanah:
﴿مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴾ [النحل/97]
“Barangsiapa beramal sholih baik dia itu lelaki ataupun perempuan dalam keadaan dia itu mukmin, pastilah Kami akan memberinya kehidupan yang bagus, dan pastilah Kami akan membalasi mereka pahala mereka dengan yang lebih baik daripada apa yang dulu mereka lakukan.”
            Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Maka mukmin yang ikhlas karena Alloh adalah termasuk orang yang paling bagus hidupnya, dan paling nikmat pikirannya, paling lapang dadanya dan paling gembira hatinya. Dan ini adalah Jannah yang disegerakan sebelum Jannah yang di Akhirat. –sampai pada ucapan beliau:- dan tiada sesuatupun secara mutlak yang lebih bermanfaat bagi hamba daripada konsentrasinya kepada Alloh, sibuknya dia dengan mengingat-Nya, bersenang-senang dengan mencintai-Nya, lebih mendahulukan keridhoan-Nya. Bahkan tiada kehidupan, kenikmatan, kesenangan, dan kegembiraan kecuali dengan itu. Maka ketiadaannya itu adalah sesuatu yang paling menyakitkan untuknya, dan siksaan yang paling keras terhadapnya.” (“Al Jawabul Kafi”/hal. 223).
            Dan termasuk sebab terbesar ketentraman hati adalah: penegakan sholat. Dari seorang Anshor rodhiyallohu ‘anh yang berkata: aku mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
« قم يا بلال أقم فأرحنا بالصلاة ».
“Bangkitlah wahai Bilal, kumandangkan iqomat, maka tentramkanlah kami dengan sholat.” (HR. Abu Dawud (4988) dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa Fish Shohihain” no. (907)).
            Syaikhul Islam rohimahulloh berkata: “Tidak ada satu orang mukminpun kecuali dia mendapatkan di dalam hatinya rasa cinta pada Alloh, ketenangan dengan mengingat-Nya, bersenang-senang dengan mengenal-Nya, keledzatan, kesenangan dengan mengingat-Nya dan berbisik-bisik dengan-Nya. Dan yang demikian itu bisa menguat dan melemah, bertambah dan berkurang sesuai dengan iman sang makhluq. Maka setiap orang yang imannya sempurna, kenikmatan dia dengan perkara ini adalah lebih sempurna. Oleh karena itulah Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan yang lainnya:
«حُبِّب إليّ من دنياكم النساء والطيب - ثم قال - وجعلت قرة عيني في الصلاة».
“Dijadikan pada diriku dari dunia kalian rasa cinta pada perempuan dan minyak wangi.” Lalu beliau bersabda: “Dan dijadikan kesejukan hatiku di dalam sholat.” ([4])
Dulu beliau shollallohu ‘alaihi wasallam berkata:
«أرحنا بالصلاة يا بلال»
“Wahai Bilal, tentramkanlah kami dengan sholat.” (“Majmu’ul Fatawa”/8/hal. 143).
            Adapun orang yang meninggalkan sholat maka sungguh dia itu dihalangi dari ketentraman syar’iyyah yang sejati, bahkan dia akan tertimpa kebalikan dari itu karena jauhnya dia dari Tuannya yang sebenarnya.

Kedelapan belas: orang yang meninggalkan sholat itu lupa pada Alloh ta’ala, sehingga akan kembali padanya buruknya akibat
            Alloh ta’ala telah menjadikan sholat untuk mengingat-Nya, sebagaimana firman-Nya:
﴿إِنَّنِي أَنَا الله لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي﴾  [طه/14]
“Sesungguhnya Aku adalah Alloh, tiada sesembahan yang benar selain Aku, maka sembahlah Aku, dan tegakkanlah sholat untuk mengingatku.”
            Syaikhul Islam rohimahulloh berkata: “Dan penegakan sholat untuk mengingat-Nya adalah termasuk ibadah pada-Nya yang paling agung.” (“Majmu’ul Fatawa”/10/hal. 176).
            Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Sesungguhnya seluruh amalan itu hanyalah disyariatkan ditegakkan untuk mengingat Alloh ta’ala. Dan yang dimaksudkan dengannya adalah untuk menghasilkan dzikrulloh ta’ala. Alloh سبحانه وتعالى  berfirman:
﴿وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي﴾  [طه/14]
“Dan tegakkanlah sholat untuk mengingatku.”
(“Al Wabilush Shoyyib”/hal. 102).
            Adapun orang yang meninggalkan sholat maka sungguh dia telah lupa pada Alloh ta’ala, maka hukumannya sesuai dengan jenis amalannya. Alloh ta’ala berfirman tentang orang yang melupakannya:
﴿نسوا الله فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ﴾  [التوبة/67]
“Mereka melupakan Alloh, maka Alloh melupakan mereka. sesungguhnya orang-orang munafiqin mereka itulah orang-orang yang fasiq.”
Dan Alloh subhanah berfirman:
﴿وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا الله فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ﴾ [الحشر/19].
“Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang melupakan Alloh sehingga Alloh menjadikan mereka lupa pada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasiq.”
            Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Maka Alloh Yang Mahasuci menghukum orang yang melupakannya dengan dua hukuman: Yang pertama: Dia Yang Mahasuci melupakan orang itu. Yang kedua: Alloh menjadikan orang itu lupa pada dirinya. Lupanya Alloh Yang Mahasuci pada hamba-Nya adalah: Alloh menelantarkannya, meninggalkannya, menyendiri darinya, menyia-nyiakannya, sehingga kebinasaan itu lebih dekat kepadanya daripada jarak tangan ke mulut.
            Adapun dijadikannya dia lupa pada diri sendiri yaitu: Alloh menjadikannya lupa pada bagian dirinya yang tinggi, dan sebab-sebab kebahagiaan dan keberuntungannya, perbaikannya, dan perkara yang dengannya dia jadi sempurna. Dijadikan dirinya melupakan itu semua, sehingga tidak terbetik di benaknya, tidak menjadikannya ingat, tidak mengarahkan keinginannya ke situ sehingga berminat padanya, karena perkara tadi tidak lewat di benaknya hingga meniatkan untuk meraihnya dan mengutamakannya.
            Dan juga dijadikannya dia lupa pada cacat, kekurangan dan penyakit diri, sehingga tidak terbetik di benaknya untuk menghilangkannya. Dan juga menjadikannya lupa pada penyakit-penyakit jiwa dan hatinya serta sakitnya penyakit tadi, sehingga tidak terbetik di benaknya untuk mengobatinya, dan tidak berupaya untuk menghilangkan penyakitnya yang bisa berakibat kerusakan dan kebinasaan. Maka orang ini sakit, penuh dengan penyakit. Dan penyakitnya melemparkan dirinya pada kehancuran, tapi dia tidak merasakan penyakitnya tadi, dan tidak terbetik di benaknya untuk mengobatinya. Dan ini termasuk hukuman yang paling besar secara umum dan khusus. Maka hukuman apa yang lebih besar daripada hukuman orang yang menelantarkan dan menyia-nyiakan dirinya, lupa kemaslahatan dirinya, penyakitnya dan obatnya, sebab-sebab kebahagiaan dan keberuntungan, kebaikannya dan kehidupannya yang abadi di kenikmatan yang kekal?” (“Al Jawabul Kafi”/hal. 144/Maktabah Ibadirrohman).

Kesembilan belas: orang yang meninggalkan sholat itu agamanya bengkok
Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا الله مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَة﴾ [البينة/5]
"Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali agar mereka beribadah kepada Alloh dalam keadaan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam keadaan condong dari kesyirikan kepada tauhid, dan menegakkan sholat serta menunaikan zakat, dan itulah agama yang lurus." (QS Al Bayyinah: 5(
            Al Imam As Sa’diy rohimahulloh berkata: “Maka tidaklah mereka diperintahkan dalam seluruh syariat kecuali agar mereka beribadah “kepada Alloh dalam keadaan memurnikan ketaatan kepada-Nya” yaitu: mereka memaksudkan dengan seluruh ibadah mereka yang lahiriyyah dan batiniyyah itu wajah Alloh, mencari kedekatan di sisi-Nya, “dalam keadaan condong dari kesyirikan kepada tauhid” yaitu berpaling dari seluruh agama yang menyelisihi agama tauhid. Alloh mengkhususkan penyebutan sholat dan zakat padahal keduanya itu telah masuk dalam firman-Nya “agar mereka beribadah kepada Alloh dalam keadaan memurnikan” karena keutamaan dan kemuliaannya, dan karena kedua perkara tadi adalah dua ibadah yang barangsiapa menegakkannya, dia akan menegakkan seluruh syariat agama.”
            “Dan itu” yaitu: tauhid dan ikhlas dalam agama ini, itulah “agama yang lurus” agama yang lurus yang menyampaikan kepada Jannah-jannah yan penuh kenikmatan. Adapun yang selainnya adalah jalan-jalan yang menyampaikan pada neraka Jahim.” (“Taisirul Karimir Rohman”/hal. 931).

Keduapuluh: orang yang meninggalkan sholat itu tidak bisa lepas dari akhlaq yang rendah
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا * إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا * وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا * إِلَّا الْمُصَلِّينَ * الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ دَائِمُون﴾ [المعارج/19-23].
“Sesungguhnya manusia itu diciptakan suka berkeluh kesah. Jika dia terkena kejelekan resah dan takut, dan jika dia terkena kebaikan dia sangat pelit. Kecuali orang-orang yang sholat, yang terus-menerus mengerjakan sholat.”
            Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Alloh ta’ala berfirman mengabarkan tentang manusia dan akhlaq rendah yang dirinya tercipta demikian: “Sesungguhnya manusia itu diciptakan suka berkeluh kesah” kemudiaan menafsirkan dengan firman-Nya: “Jika dia terkena kejelekan resah dan takut” yaitu: jika tertimpa bahaya dia takut dan gelisah, hatinya lepas karena amat ketakutan, dan putus asa akan adanya kebaikan setelah itu. “dan jika dia terkena kebaikan dia sangat pelit” yaitu: jika dia mendapatkan kenikmatan dari Alloh dia pelit terhadap yang lain, dan menghalangi hak Alloh di dalam kenikmatan tadi.
-sampai pada ucapan beliau:-  kemudian Dia berfirman: “Kecuali orang-orang yang sholat” yaitu: manusia secara aslinya memiliki sifat tercena kecuali orang  yang dilindungi Alloh dan diberi-Nya taufiq, dan dibimbing-Nya kepada kebaikan, dan dimudahkan untuknya sebab-sebabnya, dan mereka adalah orang-orang yang sholat. “orang-orang yang terus-menerus mengerjakan sholat” dikatakan maknanya: mereka menjaga waktu-waktu mereka dan kewajiban-kewajiban mereka. ini perkataan Ibnu Mas’ud, Masruq, Ibrohim An Nakho’iy.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/8/hal. 226).

Keduapuluh satu: orang yang meninggalkan sholat itu mudah berbuat kekejian dan kemungkaran
            Sesungguhnya penegakan sholat itu melindungi pelakunya dari kemungkaran-kemungkaran sesuai dengan kadar bagusnya sholat-sholat dia. Alloh ta’ala berfirman:
﴿اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ﴾ [العنكبوت/45].
“Bacalah Kitab yang diwahyukan kepadamu, dan tegakkanlah sholat, sesungguhnya sholat itu mencegah dari kekejian dan kemunkaran.”
            Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata:
جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: إن فلانا يصلي بالليل، فإذا أصبح سرق. قال: «إنه سينهاه ما يقول».
Bahwasanya ada orang yang datang kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam seraya berkata: “Sesungguhnya si Fulan itu sholat di waktu malam, tapi jika masuk waktu pagi dia mencuri.” Maka beliau bersabda: “Sholat yang dikerjakannya itu akan mencegahnya (dari mencuri).” (HR. Al Imam Ahmad (9777) dan dihasankan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih” no. (901)).
            Yaitu: sholatnya akan menjaganya dari kedurhakaannya.
            Al Imam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata: “Firman-Nya: “sesungguhnya sholat itu mencegah dari kekejian dan kemunkaran” penjelasan terhadap apa yang dikandungnya yaitu menolak kerusakan dan bahaya, karena sesungguhnya jiwa itu jika dzikrulloh dan doa kepada-Nya itu berdiri dengan jiwa itu –terutama dengan sisi kekhususan- yang demikian itu akan memberi jiwa tadi celupan yang bagus, yang mencegahnya dari kekejian dan kemunkaran, sebagaimana dirasakan oleh manusia dari dalam dirinya.” (“Majmu’ul Fatawa”/20/hal. 192).
            Adapun orang yang meninggalkan sholat, maka kemungkinannya berbuat batil itu sangat besar.

Kedua puluh dua: orang yang meninggalkan sholat itu persaksiannya tidak diterima
            Orang yang meninggalkan sholat itu fasiq. Dan definisi kefasiqan adalah sebagaimana ucapan Al Imam Al Qurthubiy rohimahulloh: “Dan kefasiqan secara kebiasaan penggunaan dalam syariat adalah: keluar dari ketaan pada Alloh عز وجل. Terkadang istilah ini ditimpakan pada orang keluar dengan kekafiran, dan kepada orang yang keluar dengan kedurhakaan.” (“Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an”/1/hal. 246).
            Orang fasiq itu persaksiannya tidak diterima. Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَلَا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ﴾ [النور/4].
“Dan janganlah kalian menerima persaksian buat mereka selamanya, dan mereka itulah orang-orang yang fasiq.” (QS An Nur 4)
            Syaikhul Islam rohimahulloh berkata: “Dan orang yang terus-terusan meninggalkan sholat jama’ah dia adalah orang yang jelek, harus diingkari, dan dicegah dari perbuatannya tadi. bahkan dia harus dihukum atas perbuatannya tadi, dan persaksiannya ditolak sekalipun dikatakan: “Bahwasanya itu adalah sunnah yang ditekankan. Adapun orang terkenal dengan kefasiqan, menyia-nyiakan sholat, maka masuk pada firman Alloh:
﴿فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا﴾ [مريم/59]
“Maka datanglah sepeninggal mereka para pengganti yang menyia-nyiakan sholat dan mengikuti syahwat-syahwat, maka mereka akan berjumpa dengan siksaan keras yang berlipat”
            Dan wajib menghukumnya atas perbuatannya itu dengan hukuman yang bisa mengajaknya kepada meninggalkan keharoman dan mengerjakan kewajiban-kewajiban.” (“Majmu’ul Fatawa”/23/hal. 252).

Kedua puluh tiga: orang yang meninggalkan sholat akan gugurlah amalannya.
            Dari Buroidah rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«من ترك صلاة العصر فقد حبط عمله». (أخرجه البخاري (553)).
“Barangsiapa meninggalkan sholat Ashr maka sungguh amalannya gugur.” (HR. Al Bukhoriy (553)).
            Jika dia meninggalkan ashr saja, amalannya di hari itu akan gugur. Tapi jika dia meninggalkan seluruh sholat lima waktu semuanya, gugurlah seluruh amalannya. Dia telah mencapekkan dirinya sendiri dengan puasa Romadhon, lalu dia kembali dengan kerugian yang jelas dengan gugurnya amalan dengan ditinggalkannya sholat-sholat.
Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Alloh lebih tahu akan maksud Rosul-Nya, bahwasanya meninggalkan sholat itu ada dua macam: meninggalkan secara keseluruhan, tidak sholat sama sekali, maka ini menghapus seluruh amalan. Dan meninggalkan sholat tertentu di hari tertentu, maka ini menghapus amalan pada hari itu. Maka penghapusan amalan secara umum sebagai balasan terhadap peninggalan sholat secara umum, sementara penghapusan amalan tertentu sebagai balasan terhadap peninggalan sholat tertentu.” (“Ash Sholah Wa Hukmu Tarikiha”/hal. 85).

Kedua puluh empat: orang yang meninggalkan sholat bagaikan orang yang kehilangan harta dan keluarga
            Dari Ibnu Umar rodhiyallohu ‘anh bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«الذي تفوته صلاة العصر كأنما وتر أهله وماله».
“Orang yang luput darinya sholat Ashr, seakan-akan dia kehilangan hartanya dan keluarganya.” (HR. Al Bukhoriy (552) dan Muslim (1448)).
            Al Imam Ibnu Rojab rohimahulloh berkata: “Maka maknanya adalah: hilangnya seluruh harta dan keluarganya.” (“Fathul bari”/Ibnu Rojab/3/hal. 118).
            Beliau rohimahulloh juga berkata: “Dan di dalam hadits ini ada dalil tentang pengagungan nilai sholat Ashr di sisi Alloh عز وجل dan kedudukannya dalam agama ini, dan bahwasanya orang yang luput darinya sholat ini sungguh dirinya terkena musibah dalam agamanya dan dengan apa yang hilang darinya, sebagaimana orang yang tertimpa bencana dari hilangnya keluarga dan hartanya.” (sumber yang sama).
            Syaikhul Islam rohimahulloh berkata: “Maka jika ancaman ini adalah bagi orang yang luput darinya satu sholat, maka bagaimana dengan orang yang luput darinya lebih dari satu sholat? Maka bagaimana dengan orang yang meninggalkan sholat?” (“Jami’ul Masail Li Ibni Taimiyyah”/4/hal. 140).
Maka bagaimana dengan orang yang meninggalkan sholat lima waktu seluruhnya?

Kedua puluh lima: tiada persaudaraan dengan orang yang meninggalkan sholat
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَنُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ﴾ [التوبة/11].
“Maka jika mereka bertobat, menegakkan sholat dan membayar zakat, maka mereka adalah saudara kalian dalam agama ini. Dan Kami merinci ayat-ayat bagi orang-orang yang mengetahui.”
            Maka syarat persaudaraan dalam Islam di sisi Alloh adalah: bertobat dari kesyirikan dan kekufuran, menegakkan sholat dan menunaikan zakat. Maka orang yang meninggalkan sholat bukanlah saudara kita di jalan Alloh.
            Syaikhul Islam rohimahulloh dalam tafsir ayat ini berkata: “Maka Alloh menggantungkan persaudaraan dalam agama kepada tobat dari kesyirikan, menegakkan sholat dan menunaikan zakat, sebagaimana Dia menggantungkan tidak diperanginya mereka kepada yang demikian itu dengan firman-Nya:
﴿فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوا سَبِيلَهُمْ﴾.
“Maka jika mereka bertobat, menegakkan sholat dan membayar zakat, maka bebaskanlah jalan mereka.”
(“Jami’ul Masail Li Ibni Taimiyyah”/4/hal. 105).
            Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Maka Alloh menggantungkan persaudaraan mereka dengan mukminin dengan pengerjaan sholat. Maka jika mereka tidak mengerjakan itu, maka mereka bukanlah saudara bagi mukminin, maka mereka bukanlah mukminin, berdasarkan firman Alloh ta’ala:
﴿إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ﴾.
“Hanyalah mukminin itu saudara.”
(“Ash Sholah Wa Hukmu Tarikiha”/hal. 22).

Kedua puluh enam: rusaknya iman orang yang meninggalkan sholat
            Dalil-dalil di atas cukup untuk menjelaskan rusaknya iman orang yang meninggalkan sholat. Dan sholat adalah bagian dari iman, sebagaimana firman Alloh ta’ala:
﴿وَمَا كَانَ الله لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ الله بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ﴾  [البقرة/143]
“Dan Alloh itu tidak akan menyia-nyiakan keimanan kalian, sesungguhnya Alloh itu Rouf (Yang memiliki puncak sifat rohmat) dan Rohim (sangat penyayang) kepada manusia.”
            Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Firman Alloh “Dan Alloh itu tidak akan menyia-nyiakan keimanan kalian” yaitu: sholat kalian ke Baitul Maqdis sebelum itu (sebelum pemindahan kiblat), pahalanya tidak hilang di sisi Alloh.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/1/hal. 458).
            Dan sholat adalah termasuk perkara keimanan yang paling besar, sebagaimana diambil dari hadits Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma tentang kisah delegasi Abdul Qois:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «هل تدرون ما الإيمان بالله؟» قالوا: الله ورسوله أعلم. قال: «شهادة أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأن محمدا رسول الله ، وإقام الصلاة، وإيتاء الزكاة، وصيام رمضان، وتؤتوا من المغانم الخمس».
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tahukah kalian apa itu keimanan pada Alloh?” Mereka menjawab: “Alloh dan Rosul-Nya lebih tahu.” Beliau bersabda: Persaksian tiada sesembahan yang benar selain Alloh, tiada sekutu bagi-Nya dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Alloh, menegakkan sholat, membayar zakat, puasa Romadhon, dan menyerahkan seperlima dari rampasan perang.” (HR. Al Bukhoriy (7266) dan Muslim (125)).
            Maka jika telah tetap bahwasanya sholat adalah termasuk perkara keimanan yang paling besar, maka barangsiapa meninggalkan sholat berarti rusaklah keimanannya.

Kedua puluh tujuh: orang yang meninggalkan sholat itu telah meninggalkan simpul/gantungan Islam yang terakhir
Kemudian sesungguhnya orang yang meninggalkan sholat itu telah menghilangkan agamanya karena dirinya telah meninggalkan perkara yang dengannya agamanya itu tergenggam, sehingga dia membatalkan agamanya. Dari Abu Umamah rodhiyallohu ‘anh bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«لينقضن عرى الإسلام عروة عروة فكلما انتقضت عروة تشبث الناس بالتي تليها وأولهن نقضا الحكم وأخرهن الصلاة».
“Pastilah simpul-simpul –atau gantungan- Islam itu akan terurai (terbatalkan) satu persatu. Setiap kali ada satu simpul teruraikan, manusia berpegang dengan yang berikutnya. Yang pertama kali terurai adalah hukum Islam, dan yang terakhirnya adalah sholat.” (HR. Al Imam Ahmad (22214) dan dihasankan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih” no. (892)).
            Al Munawiy rohimahulloh berkata: “simpul-simpul Islam” makna simpul pada asalnya adalah sesuatu yang timba, bejana dan semisalnya itu digantungkan dengannya. Kemudian lafazh ini dipinjam untuk mengungkapkan sesuatu yang perkara agama itu dipegang dengannya, dan cabang-cabang Islam bergantung dengannya.” (“Faidhul Qodir”/no. (7232)).

Kedua puluh delapan: orang yang meninggalkan sholat itu telah kehilangan agamanya
            Jika gantungan Islam terakhir telah hilang, maka orang yang meninggalkan sholat itu telah kehilangan Islamnya. Dari Ibnu Mas'ud rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«أول ما تفقدون من دينكم الأمانة، وآخر ما تفقدون من دينكم الصلاة».
“Yang pertama kali kalian akan kehilangan dengannya dari agama kalian adalah amanah, dan yang terakhir kali kalian akan kehilangan dengannya adalah sholat.” (HR. Ath Thobroniy dalam “Al Mu’jamul Kabir” (9638)) ([5]).
            Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh menyebutkan beberapa kekhususan sholat: “… dan karena sholat itu adalah perkara agama yang terakhir kali orang akan kehilangan dengannya.” (“Ash Sholah Wa Hukmu Tarikiha”/hal. 23/Darul Imam Ahmad).

Kedua puluh sembilan: orang yang meninggalkan sholat itu telah meruntuhkan agamanya, sehingga di akhirat dia tak punya bagian pahala apapun
            Sholat adalah rukun Islam yang terbesar setelah dua kalimat syahadat. Dari Ibnu Umar rodhiyallohu ‘anhuma: dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
«بني الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله، وإقام الصلاة، وإيتاء الزكاة، والحج، وصوم رمضان». (أخرجه البخاري (8) ومسلم (16)).
“Islam itu dibangun di atas lima perkara: persaksian tiada sesembahan yang benar selain Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Alloh, menegakkan sholat, membayar zakat, berhaji, dan puasa Romadhon.” (HR. Al Bukhoriy (8) dan Muslim (16)).
            Maka runtuhnya sholat merupakan keruntuhan agama. Syaikhul Islam rohimahulloh berkata: “Islam itu adalah tiang agama, maka kapan saja dia itu hilang, jatuhlah agama. Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«رأس الأمر الإسلام وعموده الصلاة وذروة سنامه الجهاد في سبيل الله».
“Kepala urusan ini adalah Islam, tiangnya adalah sholat, dan puncak tertingginya adalah jihad di jalan Alloh.” ([6])
(“Majmu’ul Fatawa”/3/hal. 428).
Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Adapun meninggalkan sholat secara total, maka sungguh tiada amalan apapun yang akan diterima bersamaan dengan itu, sebagaimana tiada amalan apapun yang akan diterima bersamaan dengan syirik, karena sholat adalah tiang Islam, sebagaimana telah shohih dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam. Dan seluruh syariat itu bagaikan tali-tali kemahnya dan sebagainya. Jika kemah itu tak punya tiang, dia tak bisa mengambil manfaat dari bagian-bagiannya yang lain sedikitpun. Maka diterimanya seluruh amalan itu tergantung pada diterimanya sholat. Jika sholatnya tertolak, maka tertolak pulalah seluruh amalan.” (“Ash Sholah Wa Hukmu Tarikiha”/hal. 84).
Jika tiang ini runtuh, maka yang selainnya lebih pantas untuk runtuh di sisi pemiliknya. Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Dan jika mereka menyia-nyiakan sholat, mereka itu lebih akan menyia-nyiakan kewajiban yang lain, karena sholat itu adalah tiang agama, penopangnya, dan amalan hamba yang terbaik.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/5/hal. 243).

Ketigapuluh: orang yang meninggalkan sholat itu dikafirkan oleh Alloh dan Rosul-Nya
            Dari Jabir rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Aku mendengar Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«إن بين الرجل وبين الشرك والكفر ترك الصلاة». (أخرجه مسلم (256)).
“Antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan sholat.” (HR. Muslim (256)).
            Dan dari Buroidah rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Aku mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«العهد الذي بيننا وبينهم الصلاة فمن تركها فقد كفر».
“Perjanjian yang ada antara kita dan mereka adalah sholat. Maka barangsiapa meninggalkan sholat, maka sungguh dia telah kafir.” (HR. Al Imam Ahmad (22987)).
Hadits ini dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa Fish Shohihain” no. (908)) dengan memberikan judul: “Kufurnya orang yang meninggalkan sholat.”
Dan dari Ummu Salamah istri Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam :
عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: «إنه يستعمل عليكم أمراء فتعرفون وتنكرون. فمن كره فقد برئ، ومن أنكر فقد سلم، ولكن من رضى وتابع» قالوا: يا رسول الله ألا نقاتلهم؟ قال: «لا ما صلوا».
Dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda: “Sesungguhnya akan dipekerjakan terhadap kalian para penguasa, kalian mengenalinya dan mengingkarinya. Maka barangsiapa membenci, berarti dia telah berlepas diri. Dan barangsiapa mengingkari, sungguh dia telah selamat. Akan tetapi orang yang ridho dan mengikuti mereka (itulah yang celaka).” Mereka bertanya: “Wahai Rosululloh, apakah tidak sebaiknya kami memerangi mereka?” beliau menjawab: “Jangan, selama mereka masih sholat.” (HR. Muslim (1854)).
Dalil-dalil ini menunjukkan Kufurnya orang yang meninggalkan sholat. Dan selama seorang muslim itu sholat, darah dan hartanya itu harom kecuali jika dia melakukan perkara yang menyebabkan bolehnya darahnya ditumpahkan atau hartanya diambil secara syar’iy.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh ditanya tentang orang yang umroh selama tujuh puluh tahun, dan dia tinggal di negrinya selama tiga tahun, tapi tiada seorangpun yang melihatnya sholat dan zakat.
Maka beliau rohimahulloh menjawab:
“Orang ini wajib untuk diminta tobat, untuk menegakkan sholat dan membayar zakat. Jika dia tak mau sholat dia harus dibunuh menurut pendapat kebanyakan ulama. Dan apakah dia dibunuh karena berbuat kufur ataukah kefasiqan? Ada dua pendapat.
Jika dia tak mau membayar zakat, maka zakat itu diambil darinya secara paksa. Jika dia menyembunyikan hartanya dan menolak membayarnya, dia dibunuh juga menurut salah satu pendapat ulama. Menurut pendapat yang lain: dia harus dipukuli terus sampai hartanya itu nampak lalu diambil darinya zakat. Dan barangsiapa mengetahui kedaan orang ini, dia harus menjauhi orang ini, tidak menyalaminya, tidak bergaul dengannya, tapi mencercanya dan berkata kasar dengannya sampai dia menegakkan sholat dan membayar zakat.
Umar ibnul Khoththob –rodhiyallohu ‘anh- berkata:
لا حظّ في الإسلام لمن ترك الصلاة.
“Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan sholat.” [Diriwayatkan oleh Al Marwaziy dalam “Ta’zhim Qodrish Sholah” (923) dan Ibnu A’robiy dalam “Al Mu’jam” (1893) dengan sanad yang shohih].
            Ibnu Mas’ud –rodhiyallohu ‘anh- berkata:
ما تارك الزكاة بمسلم.
“Bukanlah orang yang meninggalkan zakat itu muslim.” ([7])
            Dan Alloh ta’ala telah berfirman:
﴿فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوا سَبِيلَهُمْ﴾.
“Maka jika mereka bertobat, menegakkan sholat dan membayar zakat, maka bebaskanlah jalan mereka.”
Dan dalam ayat lain:
﴿فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَنُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ﴾ [التوبة/11].
“Maka jika mereka bertobat, menegakkan sholat dan membayar zakat, maka mereka adalah saudara kalian dalam agama ini.”
            Dan dalam “Shohihain” dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda:
«أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله ويقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاة فإذا فعلوا عصموا منى دماءهم وأموالهم إلا بحقها وحسابهم على الله».
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang benar Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Alloh, dan menegakkan sholat serta menunaikan zakat. Maka apabila mereka mengerjakan itu mereka melindungi dariku darah dan harta mereka, kecuali dengan haknya. Dan perhitungan mereka adalah jadi tanggungan Alloh.” [HR. Al Bukhoriy (25) dan Muslim (138)].
            Dan Alloh telah menjelaskan dalam kitab-Nya dan sunnah Rosul-Nya bahwasanya hanyalah mereka itu tidak diperangi, dan hanyalah mereka itu menjadi saudara seagama jika mereka itu bersamaan dengan tobat mereka dari kekufuran, mereka itu menegakkan sholat dan membayar zakat. Maka barangsiapa tidak menegakkan sholat dan tidak membayar zakat, maka dia itu bukanlah dari mereka (orang yang menjadi saudara kita seagama dan tak boleh diperangi). Maka dia harus dihukum atas perbuatannya dari berdasarkan kesepakatan Muslimin, sekalipun terjadi perbedaan pendapat tentang sifat hukumannya.” (“Jami’ul Masail Li Ibni Taimiyyah”/4/hal. 114).
            Dan barangsiapa mati kafir, maka amalannya gugur, dan jadilah dia termasuk orang-orang yang merugi. Alloh ta’ala berfirman:
﴿مَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ لَا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُوا عَلَى شَيْءٍ ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ﴾ [إبراهيم/18]
“Permisalan orang-orang yang kufur kepada Robb mereka, amalan mereka itu seperti abu yang dihantam angin dengan keras di hari angin kencang, mereka tak berkuasa sedikitpun dari apa yang mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.”
            Dan Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ الله عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَالله سَرِيعُ الْحِسَابِ﴾ [النور/39].
“Dan orang-orang yang kafir, amalan mereka itu seperti fatamorgana di suatu tanah lapang yang tandus. Orang yang kehausan mengiranya air, sampai jika dia mendatanginya, dia tidak mendapatkan air sedikitpun, dan dia mendapati Alloh ada di sisinya dan memenuhi perhitungan amalnya. Dan Alloh itu Mahacepat perhitungannya.”
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا﴾ [الفرقان/23].
“Dan Kami hadapi amalan yang mereka kerjakan, maka Kami menjadikannya bagaikan debu halus yang bertebaran.”

Ketiga puluh: orang yang meninggalkan sholat itu, pemerintah berhak untuk membunuhnya
            Ini berdasarkan dalil-dalil yang telah lewat dan yang lainnya.
            Syaikhul Islam rohimahulloh berkata: “Adapun orang yang meninggalkan sholat, maka sungguh dia itu berhak untuk dihukum berdasarkan kesepakatan para imam. Dan kebanyakan mereka –seperti Malik, Asy Syafi’iy dan Ahmad- berkata: “Dia itu dimintai tobat. Jika tobat maka dilepaskan. Jika tidak bertobat harus dibunuh.” Apakah dia dibunuh sebagai orang kafir murtad ataukah sebagai orang fasiq seperti pelaku dosa besar yang lainnya? Ada dua pendapat. Jika tidak bisa ditegakkan hukum terhadap semisal orang ini, maka dikerjakanlah yang masih mungkin seperti: dia dijauhi, dicerca sampai mengerjakan perkara yang diwajibkan dan meninggalkan perkara yang dilarang.” (“majmu’ul Fatawa”/34/hal. 217).

Ketiga puluh satu: orang yang meninggalkan sholat itu keluar dari jaminan Alloh
      Sesungguhnya shoat merupakan jaminan keamanan Alloh untuk pelakunya. Dari Jundub bin Abdillah rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
من صلى الصبح فهو في ذمة الله فلا يطلبنكم الله من ذمته بشيء فيدركه فيكبه في نار جهنم ». (أخرجه مسلم (1525)).
"Barangsiapa sholat Shubh maka dia itu ada dalam jaminan Alloh. Maka perhatikanlah jangan sampai Alloh menuntut kalian sedikitpun dari jaminan-Nya, sehingga Dia akan mendapatkannya lalu menelungkupkannya ke dalam Jahannam." (HR. Muslim (1525)).
            Al Qurthubiy rohimahulloh berkata: “Yaitu: tuntutan tentang keamanan dari Alloh, tentang perlindungan-Nya untuk orang yang sholat tadi, yaitu: orang yang sholat ini telah berlindung pada Alloh ta’ala, dan Alloh ta’ala telah menjamin perlindungannya, maka tidak boleh bagi siapapun untuk coba-coba menimpakan bahaya atau gangguan padanya. Barangsiapa berbuat itu maka Alloh ta’ala akan menuntut hak-Nya. Dan barangsiapa dituntut oleh Alloh, dia tak akan mendapatkan tempat lari atau tempat berlindung. Dan ini adalah ancaman yang keras terhadap orang yang coba-coba mengganggu orang-orang yang sholat. Dan di sini juga ada anjuran untuk menghadiri sholat Shubuh. Sabda beliau: “lalu menelungkupkannya ke dalam Jahannam” yaitu: membalikkannya ke Jahannam di atas wajahnya.” (“Al Mufhim”/6/hal. 68).
            Maka barangsiapa meninggalkan sholat, dia keluar dari jaminan Alloh sehingga tertimpa kerugian yang besar sekali.
            Dari Abud Darda rodhiyallohu ‘anh yang berkata:
أوصاني رسول الله صلى الله عليه وسلم بتسع: «لا تشرك بالله شيئا وإن قطعت أو حرقت، ولا تتركن الصلاة المكتوبة متعمدا؛ ومن تركها متعمدا برئت منه الذمة،...» الحديث.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam berwasiat padaku dengan sembilan perkara: “Janganlah engkau menyekutukan dengan Alloh sesuatu apapun sekalipun engkau dipotong-potong atau dibakar, dan janganlah engkau sekali-kali meninggalkan sholat wajib dengan sengaja. Dan barangsiapa meninggalkannya dengan sengaja, lepaslah darinya jaminan, …” (HR. Al Bukhoriy dalam “Al Adabul Mufrod” (18), Al Baihaqiy dalam “Syu’abul Iman” (5200) dan Al Marwaziy dalam “Ta’zhim Qodrish Sholah” (911)) ([8]).

Ketiga puluh dua: meninggalkan sholat adalah termasuk penghalang datangnya pertolongan Alloh
            Banyak muslimin yang mengeluhkan tiadanya pertolongan dari Alloh ketika memerangi orang-orang kafir, padahal Alloh ta’ala telah menjanjikan pertolongan pada mereka dalam ayat yang banyak. Dan Alloh itu tidak akan menyelisihi janji. Hanya saja yang menjadi sebab terhalangnya pertolongan adalah tersebarnya kebodohan, jauhnya mereka dari ilmu tentang kebenaran dan pengamalannya, dan mereka meninggalkan perkara yang Alloh wajibkan kepada mereka yang berupa pengerjaan perintah dan penjauhan larangan. Dan di antaranya adalah sholat. Berapa banyak orang yang meremehkan sholat dan menyia-nyiakannya, dan mereka menampakkan penyelisihan terhadap Alloh dan Rosul-Nya shollallohu ‘alaihi wasallam, sehingga Alloh membalas mereka sesuai dengan jenis amalan mereka, maka musuh-musuh mereka menyerang mereka dan menghinakan mereka sebagaimana mereka menghinakan perintah-perintah Alloh.
            Dari Jubair bin Nufair rohimahulloh yang berkata:
لما فتحت قبرس، وفرّق بين أهلها، فبكى بعضهم إلى بعض، رأيت أبا الدرداء جالسا وحده يبكي. فقلت: يا أبا الدرداء، ما يبكيك في يوم أعز الله فيه الإسلام وأهله؟ قال: ويحك يا جبير، ما أهون الخلق على الله إذا هم تركوا أمره. بينا هي أمة قاهرة ظاهرة، لهم الملك، تركوا أمر الله عز وجل، فصاروا إلى ما ترى.
“Ketika Siprus ditaklukkan (oleh Muslimin), penduduknya dipisah-pisah, satu sama lain saling menangis, aku melihat Abud Darda duduk sendirian sambil menangis. Maka aku berkata: “Wahai Abud Darda, apa yang membikin Anda menangis pada hari Alloh memuliakan Islam dan Muslimin?” beliau menjawab: “Semoga Alloh mengasihanimu, wahai Jubair. Alangkah hinanya makhluq di pandangan Alloh jika mereka meninggalkan perintah-Nya. Ketika penduduk Siprus ini adalah suatu umat yang kuat dan unggul, mereka memiliki kekuasaan, mereka meninggalkan perintah Alloh عز وجل , maka jadilah mereka seperti apa yang engkau lihat.” (“Az Zuhd” karya Al Imam Ahmad/hal. 142/ sanadnya shohih).
            Al Imam Al Qurthubiy rohimahulloh berkata dalam tafsir surat Al Baqoroh (249): “Maka ini adalah sebab-sebab dan syarat-syarat pertolongan, dan dia itu hilang di sisi kita, tidak ada di antara kita. Maka Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un atas musibah yang menimpa kita! Bahkan tidak tersisa dari Islam kecuali penyebutannya, dan tidak tersisa dari agama ini kecuali istilahnya([9]), karena tersebarnya kerusakan, dan karena banyaknya sikap melampaui batas, sedikitnya kelurusan, hingga musuh menguasai wilayah barat dan timur, daratan dan lautan, fitnah meluas, ujian membesar, dan tiada perlindungan kecuali bagi orang yang dirohmati Alloh!” (“Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an”/3/hal. 255).
            Iya, di antara sebab-sebab datangnya pertolongan Alloh adalah: penegakan sholat dan kewajiban-kewajiban yang lain dari agama Alloh. Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَلَيَنْصُرَنَّ الله مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ الله لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ * الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَالله عَاقِبَةُ الْأُمُور﴾ [الحج/40، 41].
“Dan pastilah Alloh akan menolong orang yang menolong-Nya, sesungguhnya Alloh itu benar-benar Mahakuat lagi Maha Perkasa. Yaitu orang-orang yang jika Kami kuasakan mereka itu di bumi mereka menegakkan sholat, membayar zakat, memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar. Dan hanya milik Alloh saja kesudahan seluruh perkara.”
            Al Imam As Sa’diy rohimahulloh berkata: “Alloh ta’ala berfirman tentang janji-Nya yang jujur dan sesuai dengan kenyataan: “Dan pastilah Alloh akan menolong orang yang menolong-Nya” yaitu: orang itu menolong agama-Nya, ikhlas untuk-Nya dalam amalan tadi, berperang di jalan-Nya, agar kalimat Alloh itulah yang tertinggi. “sesungguhnya Alloh itu benar-benar Mahakuat lagi Maha Perkasa” yaitu: sempurna kekuatannya, perkasa tak bisa dikejar, Dia telah mengalahkan seluruh makhluq, dan memegang ubun-ubun mereka. Maka bergembiralah wahai Muslimin, karena sungguh kalian sekalipun jumlah dan persenjataan kalian itu lemah, sementara jumlah dan persenjataan musuh kalian itu kuat, sesungguhnya pendukung kalian adalah Yang Mahakuat lagi Maha Perkasa, dan bertopangnya kalian adalah kepada Yang menciptakan kalian dan menciptakan apa yang kalian amalkan. Maka kerjakanlah sebab-sebab yang diperintahkan, lalu mohonlah dari-Nya pertolongan untuk kalian, maka pastilah Dia akan menolong kalian.
            -sampai pada ucapan beliau:- kemudian Alloh menyebutkan ciri-ciri orang yang akan ditolong-Nya, dan dengan ciri-ciri tadi orang itu akan dikenal, dan bahwasanya barangsiapa mengaku-aku bahwasanya dia itu menolong Alloh dan menolong agama-Nya tapi dirinya tidak memiliki sifat ini, maka dia itu pembohong. Alloh berfirman: “Yaitu orang-orang yang jika Kami kuasakan mereka itu di bumi” yaitu: Kami menguasakan mereka terhadap bumi, dan Kami jadikan mereka menguasainya, tanpa ada orang yang menentang mereka ataupun membantah mereka, “mereka menegakkan sholat” pada waktu-waktunya, batasan-batasannya, rukun-rukunnya dan syarat-syaratnya, di hari Jum’at dan jama’ah-jama’ah.
            “membayar zakat” yang diwajibkan terhadap mereka pada khususnya, dan terhadap rakyat mereka pada umumnya, menyampaikannya pada orang-orang yang memang berhak menerima. “memerintahkan yang ma’ruf” dan ini mencakup seluruh perkara yang telah dikenal kebaikannya secara syariat dan akal dari hak-hak Alloh dan hak-hak manusia. “dan melarang dari yang munkar” seluruh perkara yang diingkari secara syariat dan akal, tapi dikenal keburukannya.
            Dan perintah terhadap suatu perkara dan larangan terhadapnya itu masuk ke dalamnya perkara-perkara yang tidak sempurna urusan tadi kecuali dengannya. Maka jika perkara yang ma’ruf dan mungkar itu tergantung pada belajar dan mengajar, hendaknya pemerintah memaksa manusia untuk belajar dan mengajar. Dan jika hal tadi tergantung juga pada pemberian hukuman yang telah ditentukan secara syariat, atau yang belum ditentukan, seperti jenis-jenis pukulan, hendaknya pemerintah menegakkannya. Dan jika hal itu tergantung juga pada adanya pegawai yang mengurusi itu, maka itu harus dilakukan. Dan seperti itulah perkara-perkara yang amar ma’ruf dan nahi munkar itu tidak sempurna kecuali dengannya.” (“Taisirul Karimir Rohman”/hal. 539).

Ketiga puluh tiga: siksaan kubur terhadap orang yang meninggalkan sholat
            Dari Samuroh bin Jundab rodhiyallohu ‘anh yang bercerita tentang mimpi Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bahwasanya beliau pada suatu pagi berkata:
«إنه أتاني الليلة آتيان، وإنهما ابتعثاني، وإنهما قالا لي : انطلق ، وإني انطلقت معهما ، وإنا أتينا على رجل مضطجع ، وإذا آخر قائم عليه بصخرة ، وإذا هو يهوي بالصخرة لرأسه ، فيثلغ رأسه ، فيتهدهد الحجر هاهنا ، فيتبع الحجر فيأخذه ، فلا يرجع إليه حتى يصح رأسه كما كان ، ثم يعود عليه ، فيفعل به مثل ما فعل المرة الأولى ، قال : قلت لهما : سبحان الله ، ما هذان ؟ قال : قالا لي : انطلق ، قال : فانطلقنا إلى قوله:- قالا لي : أما إنا سنخبرك ، أما الرجل الأول الذي أتيت عليه يثلغ رأسه بالحجر ، فإنه الرجل يأخذ القرآن فيرفضه ، وينام عن الصلاة المكتوبة» الحديث. (أخرجه البخاري (7047)).
وفي رواية له: «يفعل به إلى يوم القيامة». (أخرجه البخاري (1386)).
“Sungguh datang padaku tadi malam dua orang, keduanya membangunkan aku dan berkata padaku: “Berangkatlah,” dan akupun berangkat bersama keduanya. Dan kami mendatangi seseorang yang berbaring. Tiba-tiba ada orang lain yang berdiri di sampingnya dengan membawa batu karang. Tiba-tiba saja dia melemparkan batu karang tadi ke kepala orang itu hingga pecahlah kepalanya. Lalu batu itu menggelinding ke sana, seraya dikejar oleh orang tadi dan diambilnya. Dan tidaklah dia kembali kepada orang yang berbaring tadi hingga kepalanya sehat kembali seperti semula. Kemudian orang itu kembali kepadanya, dan melakukan seperti apa yang dikerjakannya kali pertama. Maka kutanyakan pada kedua orang yang membawaku: “subhanalloh, siapa kedua orang itu?” keduanya menjawab: “Ayo berangkat.” Maka kamipun berangkat. –sampai pada sabda beliau:- kedua berkata padaku: “Kami akan menceritakan padamu. Adapun orang pertama yang engkau datangi, yang kepalanya dipecahkan oleh batu, sesungguhnya dia itu adalah orang yang mengambil Al Qur’an lalu menolaknya, dan tidur tidak sholat wajib.” Al hadits. (HR. Al Bukhoriy (7047)).
Dalam riwayat yang lain dari Al Bukhoriy (1386): “Dia diperlakukan demikian sampai hari Kiamat.”
            Al Hafizh Ibnu Hajar rohimahulloh berkata: “Di dalam hadits ini ada penjelasan bahwasanya sebagian pendurhaka itu disiksa di alam kubur, –sampai pada ucapan beliau:- dan peringatan dari tidur dari sholat wajib, dan peringatan dari menolak Al Qur’an bagi orang yang menghapalnya.” (“Fathul Bari”/12/hal. 445).
            Wahai manusia, janganlah kalian meremehkan siksaan kubur, karena sungguh dia itu berat sekali. Dari Hani pembantu Utsman bin Affan yang berkata:
كَانَ عُثْمَانُ إِذَا وَقَفَ عَلَى قَبْرٍ بَكَى حَتَّى يَبُلَّ لِحْيَتَهُ فَقِيلَ لَهُ تُذْكَرُ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ فَلاَ تَبْكِى وَتَبْكِى مِنْ هَذَا، فَقَالَ: إِنَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: «إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ ». قَالَ: وَقَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم: «مَا رَأَيْتُ مَنْظَرًا قَطُّ إِلاَّ وَالْقَبْرُ أَفْظَعُ مِنْهُ ».
“Dulu Utsman jika berdiri di kuburan, beliau menangis hingga membasahi jenggot beliau. Maka dikatakan pada beliau: “Anda jika disebutkan Jannah dan neraka tidak menangis, tapi kenapa Anda menangis karena kuburan?” maka beliau menjawab: “Sesungguhnya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya kuburan adalah persinggahan pertama di akhirat. Jika dia selamat darinya, maka apa yang setelahnya lebih mudah darinya. Tapi jika tidak selamat darinya, maka apa yang setelahnya lebih keras daripadanya.” Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Tidaklah aku melihat suatu pemandangan satupun kecuali dalam keadaan kuburan itu lebih mengerikan daripadanya.” (HR. At Tirmidziy (2478/Ahwadzi), dan dihasankan oleh Al Imam Al Albaniy rohimahulloh dalam “Misykatul Mashobih” no. (132), dan Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Ash Shohihul Musnad” no. (909)).

Ketiga puluh empat: orang yang meninggalkan sholat itu terancam ketakutan dan kesedihan pada hari Kiamat
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُون﴾ [البقرة/277]
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal sholih, menegakkan sholat dan membayar zakat, mereka itu akan mendapatkan pahala mereka di sisi Robb mereka. Mereka tidak tertimpa ketakutan dan tidak bersedih hati.”
            Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Kemudian Alloh ta’ala berfirman memuji orang-orang yang beriman pada Robb mereka, taat pada perintah-perintah-Nya, menunaikan syukur pada-Nya, berbuat baik pada makhluq-Nya dalam menegakkan sholat dan membayar zakat, Alloh mengabarkan tentang apa yang disediakan-Nya untuk mereka, yang berupa kemuliaan, dan bahwasanya mereka itu pada hari Kiamat aman dari tuntutan-tuntutan.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/1/hal. 716).
            Orang-orang yang punya sifat yang indah tersebut, mereka itu aman dari kerasnya hari kiamat. Adapun orang-orang yang meninggalkan sholat, maka yang terjadi adalah sebaliknya.

Ketiga puluh lima: Orang yang meninggalkan sholat berarti telah menyombongkan diri dan meninggikan diri di dunia, maka dirinya dihukum dengan kehinaan dan kerendahan di padang Mahsyar
            Sesungguhnya orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja itu telah menyombongkan diri terhadap Alloh dan meninggikan dirinya di muka bumi, sebagaimana sifat orang-orang kafir. Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ارْكَعُوا لَا يَرْكَعُونَ * وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِين﴾ [المرسلات/48، 49].
“Dan jika dikatakan kepada mereka “Ruku’lah” mereka tidak mau ruku’. Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.”
            Alloh subhanah berfirman:
﴿وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا لِلرَّحْمَنِ قَالُوا وَمَا الرَّحْمَنُ أَنَسْجُدُ لِمَا تَأْمُرُنَا وَزَادَهُمْ نُفُورًا﴾ [الفرقان/60].
“Dan jika dikatakan pada mereka: “Sujudlah pada Ar Rohman” mereka berkata: “Siapa itu Ar Rohman? Apakah kami akan sujud pada sesuatu yang engkau perintahkan kami untuk sujud padanya?” dan hal itu membikin mereka tambah lari.”
            Maka barangsiapa keadaannya seperti ini, dia akan dihukum pada hari Kiamat dengan kerendahan dan kehinaan, kebalikan dari keinginannya untuk meninggi dan menyombongkan diri. Alloh ta’ala berfirman:
﴿يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ وَيُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ فَلَا يَسْتَطِيعُونَ * خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ وَقَدْ كَانُوا يُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ وَهُمْ سَالِمُون﴾ [القلم: 42-43].
“Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk sujud, maka mereka tidak sanggup mengerjakannya. Pandangan mata mereka tertunduk dan mereka diliputi oleh kehinaan. Dulu mereka telah  diseru untuk bersujud dalam keadaan mereka sehat.”
            Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Firman Alloh “Pandangan mata mereka tertunduk dan mereka diliputi oleh kehinaan” yaitu: di negri Akhirat disebabkan oleh kejahatan dan kesombongan mereka di dunia, maka mereka dihukum dengan kebalikan dari apa dulu menjadi kebiasaan mereka. ketika  di dunia mereka  diseru untuk sujud mereka tidak mau padahal mereka itu sehat dan selamat, seperti itulah mereka dihukum dengan ketidakmampuan untuk bersujud di Akhirat, bahkan belakang salah seorang dari mereka kembali seperti satu cetakan, setiap kali salah seorang dari mereka ingin bersujud, tersungkurlah di tengkuknya sendiri([10]), kebalikan dari sujud saat masih di dunia, dan berbeda dengan kebiasaan kaum mukminin dulunya.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/8/hal. 200).

Ketiga puluh enam: orang yang meninggalkan sholat tidak akan melihat Robb mereka pada hari Kiamat
            Dari Jarir rodhiyallohu ‘anh yang berkata:
كنا عند النبي صلى الله عليه وسلم فنظر إلى القمر ليلة، -يعني: البدر فقال: «إنكم سترون ربكم كما ترون هذا القمر، لا تضامون في رؤيته، فإن استطعتم أن لا تغلبوا على صلاة قبل طلوع الشمس وقبل غروبها، فافعلوا». ثم قرأ: ﴿وسبح بحمد ربك قبل طلوع الشمس وقبل الغروب﴾. (أخرجه البخاري (554) ومسلم (1466)).
Kami pernah ada di sisi Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam , lalu beliau melihat ke bulan pada suatu malam –yaitu: bulan purnama-, lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya kalian akan melihat Robb kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini, kalian tidak saling berdesakan dalam melihatnya. Maka jika kalian sanggup untuk tidak dikalahkan dari sholat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, maka kerjakanlah.” Lalu beliau membaca: “Dan sucikanlah dengan pujian Robbmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya.” (HR. Al Bukhoriy (554) dan Muslim (1466)).
            Al Hafizh Ibnu Hajar rohimahulloh berkata: “Al Khoththobiy berkata: Ini menunjukkan bahwasanya melihat Alloh itu bisa diharapkan untuk didapatkan dengan cara menjaga kedua sholat ini. –sampai pada ucapan Al Hafizh:- Para ulama berkata: Dan sisi kesesuaian penyebutan kedua sholat ini ketika menyebutkan melihat wajah Alloh itu adalah: bahwasanya sholat itu adalah ketaatan yang paling utama. Dan telah tetap bahwasanya kedua sholat ini punya keutamaan di atas sholat-sholat yang lain yang berupa berkumpulnya para malaikat pada kedua sholat ini, amalan diangkat, dan yang lainnya. Kedua sholat ini adalah sholat yang paling utama, maka cocoklah untuk orang yang menjaga kedua sholat ini akan dibalas dengan pemberian yang paling utama, yaitu: melihat wajah Alloh ta’ala.” (“Fathul Bari”/ 2/hal. 34).
            Maka orang yang meninggalkan sholat itu diharomkan untuk mendapatkan keutamaan yang tertinggi ini.

Ketiga puluh tujuh: luput dari orang yang meninggalkan sholat kebersamaan dengan orang-orang sholih, maka bagiannya adalah kebersamaan dengan orang-orang jahat
            Sesungguhnya orang-orang yang taat itu akan dikumpulkan ke Jannah bersama dengan rombongan orang sholih. Alloh ta’ala berfirman:
]وَمَنْ يُطِعِ الله وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ الله عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا[ [النساء/69]
“Dan barangsiapa taat pada Alloh dan Rosul, maka mereka bersama dengan orang-orang yang Alloh beri nikmat pada mereka dari kalangan para Nabi, Shiddiqin, syuhada dan Sholihin. Dan mereka itulah teman seiring yang baik.”
            Dari Amr bin Murroh Al Juhaniy rodhiyallohu ‘anh yang berkata:
جاء رسول الله صلى الله عليه وسلم رجل من قضاعة، فقال: يا رسول الله، إن شهدتُ أن لا إله ألا الله، وأنك رسول الله، وصليت الصلوات، وصمت رمضان، وقمت الشهر، وآتيت الزكاة ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «من فعل ذلك كان مع الشهداء والصديقين».
“Ada orang dari Qudho’ah yang mendatangi Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam seraya berkata: “Wahai Rosulloh, sesungguhnya saya bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang benar selain Alloh dan bahwasanya Anda adalah utusan Alloh, saya mengerjakan sholat-sholat, berpuasa Romadhon, dan sholat malam pada bulan itu, dan saya membayar zakat.” Maka Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam berkata: “Barangsiapa mengerjakan yang demikian itu, maka dia akan bersama para syuhada dan shiddiqin.” (HR. Ibnu Abi ‘Ashim dalam “Al Ahad Wal Matsani” (2558) dan dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa Fish Shohihain” no. (904)).
Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata dalam tafsir ayat di atas: “Yaitu: Barangsiapa mengerjakan apa yang diperintahkan Alloh dan Rosul-Nya, dan meninggalkan apa yang dilarang oleh Alloh dan Rosul-Nya, maka Alloh عز وجل akan menempatkannya di negri kemuliaan-Nya, dan menjadikannya sebagai teman pengiring bagi para Nabi, kemudian yang setelah mereka dalam derajat, yaitu Shiddiqin, kemudian syuhada, kemudian keumuman mukminin, dan mereka adalah Sholihin, yang lahir dan batin mereka itu baik. Kemudian Alloh ta’ala memuji mereka seraya berfirman: “Dan mereka itulah teman seiring yang baik.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/2/hal. 353).
Adapun orang-orang yang meninggalkan sholat, mereka itu akan digiring ke Jahannam bersama dengan orang-orang yang sekarakter dengan mereka dari kalangan orang-orang jahat. Alloh ta’ala berfirman:
﴿احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ * مِنْ دُونِ الله فَاهْدُوهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ﴾ [الصافات/22، 23].
“Giringlah orang-orang yang zholim dan orang-orang yang seperti mereka, dan juga apa yang dulu mereka sembah selain Alloh, lalu bimbinglah mereka ke jalan menuju Jahim.”
            Dari Umar ibnul Khoththob rodhiyallohu ‘anh yang berkata: “Giringlah orang-orang yang zholim dan orang-orang yang seperti mereka” yaitu: bersama dengan orang-orang yang semisal dengan mereka.” (diriwayatkan oleh Ath Thobariy dalam “Jami’ul Bayan” (19/hal. 519) dengan sanad yang shohih).

Ketiga puluh delapan: masuk ke dalam neraka Saqor
            Orang-orang yang meninggalkan sholat itu terancam dengan neraka pada hari Kiamat. Alloh ta’ala berfirman:
﴿مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ * قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّين﴾ [المدثر/42، 43].
“Apa yang menyebabkan kalian masuk ke dalam neraka Saqor? Mereka menjawab: dulu kami bukan termasuk dari orang-orang yang sholat.”
            Al Imam Asy Syaukaniy rohimahulloh berkata dalam tafsir “Mereka menjawab: dulu kami bukan termasuk dari orang-orang yang sholat” yaitu: bukan termasuk mukminin yang sholat untuk Alloh di dunia.” (“Fathul Qodir”/7/hal. 358).
            Jamaluddin Al Qosimiy rohimahulloh berkata: “Yaitu: dulu kami disifati dengan kehinaan-kehinaan ini karena lebih memilih santai-santai badan, cinta harta, meninggalkan ibadah-ibadah badan, berbincang-bincang di dalam kebatilan, olok-olokan, igauan, pendustaan terhadap balasan, dan mengingkari hari kembalinya para hamba.” (“Mahasinut Ta’wil”/9/hal. 360).
            Maka sholat adalah termasuk sebab keselamatan dari Neraka. Umaroh bin Ru’aibah rodhiyallohu ‘anh berkata: aku mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«لن يلج النار أحد صلى قبل طلوع الشمس وقبل غروبها». يعنى الفجر والعصر. (أخرجه مسلم (1498)).
“Tidak akan masuk ke dalam Neraka orang yang sholat sebelum terbitnya matahari dan sebelum terbenamnya.” Yaitu sholat fajar dan ashr. (HR. Muslim (1498)).

Ketiga puluh sembilan: orang yang meninggalkan sholat dalam keadaan mabuk pada kali yang keempat, dia akan mendapatkan perahan badan penduduk Neraka
            Ini adalah hukuman khusus bagi orang yang meninggalkan sholat dalam keadaan mabuk, orang yang mengumpulkan dua dosa besar ini: Dari Abdulloh bin Amr rodhiyallohu ‘anhuma :
عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال: «من ترك الصلاة سكرا مرة واحدة فكأنما كانت له الدنيا وما عليها فسلبها. ومن ترك الصلاة سكرا أربع مرات كان حقا على الله عز وجل أن يسقيه من طينة الخبال». قيل: وما طينة الخبال يا رسول الله؟ قال: «عصارة أهل جهنم».
Dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda: “Barangsiapa meninggalkan sholat dalam keadaan mabuk satu kali, maka seakan-akan dia punya dunia seisinya lalu dirampas darinya. Dan barangsiapa meninggalkan sholat dalam keadaan mabuk empat kali, wajiblah bagi Alloh عز وجل untuk memberinya minum dari Thinatul Khobal.” Ditanyakan pada beliau: “Apa itu Thinatul Khobal wahai Rosululloh?” Beliau menjawab: “Perasan penduduk Jahannam.” (HR. Al Imam Ahmad (6659) dengan sanad yang hasan).
            Selezat apapun makanan penduduk dunia, tetap saja keringat mereka itu tidak enak. Maka bagaimana dengan cairan penduduk Neraka yang makan dari pohon Zaqqum dan selainnya? Alloh ta’ala berfirman:
﴿أَذَلِكَ خَيْرٌ نُزُلًا أَمْ شَجَرَةُ الزَّقُّومِ * إِنَّا جَعَلْنَاهَا فِتْنَةً لِلظَّالِمِينَ * إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِي أَصْلِ الْجَحِيمِ * طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ * فَإِنَّهُمْ لَآكِلُونَ مِنْهَا فَمَالِئُونَ مِنْهَا الْبُطُون﴾ [الصافات/62-66].
“Apakah yang demikian itu sajian yang lebih baik untuk tamu, ataukah pohon Zaqqum? Sungguh Kami menjadikan pohon itu sebagai fitnah bagi orang-orang yang zholim. Sesungguhnya dia adalah pohon yang keluar dari dasar Jahim, mayangnya bagaikan kepala-kepala setan. Sesungguhnya mereka itu benar-benar akan memakan darinya, hingga memenuhi perut-perut mereka.”
            Alloh Yang Mahasuci berfirman tentang penduduk neraka:
﴿لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلَّا مِنْ ضَرِيعٍ﴾ [الغاشية/6].
“Mereka tak punya makanan kecuali dari Dhori’ (pohon yang berduri).”

Keempat puluh: orang yang meninggalkan sholat akan menjumpai “Ghoyy” (siksaan keras yang berlipat)
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا﴾ [مريم/59]
“Maka datanglah sepeninggal mereka para pengganti yang menyia-nyiakan sholat dan mengikuti syahwat-syahwat, maka mereka akan berjumpa dengan siksaan keras yang berlipat”
            Syaikhul Islam rohimahulloh berkata setelah menyebutkan ayat ini: “Bersamaan dengan bahwasanya menyia-nyiakan sholat adalah mengakhirkannya dari waktunya. Maka bagaimana dengan orang yang meninggalkannya?” (“Majmu’ul Fatawa”/34/hal. 217).
            Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Yang benar adalah: bahwasanya menyia-nyiakan sholat itu mencakup: meninggalkan sholat, meninggalkan waktunya, meninggalkan kewajiban-kewajiban dan rukun-rukun yang terkait dengan sholat. Dan juga, sesungguhnya orang yang mengakhirkannya dari waktunya dengan sengaja itu telah melampaui batasan-batasan Alloh, seperti orang yang memajukannya sebelum waktunya.” (“Ash Sholah Wa Hukmu Tarikiha”/hal. 98).
            Al Imam As Sa’diy  berkata: “Maka mereka menyia-nyiakan sholat yang mereka diperintahkan untuk menjaga dan menegakkannya, mereka meremehkannya dan menyia-nyiakannya. Dan jika mereka telah menyia-nyiakan sholat yang mana sholat itu adalah tiang agama, timbangan iman dan ikhlas untuk Robb alam semesta, yang sholat itu adalah amalan yang paling ditekankan, karakter yang paling utama, maka mereka akan lebih menyia-nyiakan urusan agama mereka yang lain, dan lebih menolaknya. Dan sebab yang menyeru mereka untuk itu adalah karena mereka mengikuti syahwat-syahwat dan keinginan diri mereka, sehingga jadilah tekad kuat mereka itu terpalingkan ke situ, lebih mengutamakannya daripada hak-hak Alloh, sehingga tumbuhlah dari yang demikian itu penyia-nyiaan hak-hak-Nya, dan berkonsentrasi kepada syahwat-syahwat diri mereka, setiap kali ada yang membikin mereka tertarik, mereka berusaha mendapatkannya, dan dari sisi manapun sesuainya, mereka mengambilnya. “maka mereka akan berjumpa dengan Ghoiy” (siksaan keras yang berlipat)”. (“Taisirul karimir Rohman”/hal. 496).

Keempat pulu satu: orang yang meninggalkan sholat bukanlah termasuk orang-orang yang dijanjikan masuk Jannah
            Alloh ta’ala berfirman :
﴿وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ الله وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ الله إِنَّ الله عَزِيزٌ حَكِيمٌ * وَعَدَ الله الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ الله أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيم﴾ [التوبة/71-72].
“Dan orang-orang mukmin lelaki dan perempuan, sebagian dari mereka adalah wali bagi sebagian yang lain. Mereka memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar, menegakkan sholat, menunaikan zakat, dan taat pada Alloh dan Rosul-Nya. Mereka itu akan dirohmati oleh Alloh, sesungguhnya Alloh Mahaperkasa lagi Maha Penuh Hikmah. Alloh menjanjikan pada orang-orang mukmin lelaki dan perempuan Jannah-jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan tempat tinggal-tempat tinggal yang bagus di Jannah Aden, dan keridhoan dari Alloh itu lebih besar. Yang demikian itu adalah keberuntungan yang agung.”
Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Alloh ta’ala mengabarkan tentang apa yang disediakan-Nya untuk orang-orang mukmin lelaki dan perempuan yang berupa banyak kebaikan dan kenikmatan yang lestari di “Jannah-jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya” yaitu: mereka menetap di dalamnya selamanya, “dan tempat tinggal-tempat tinggal yang bagus” yaitu: bangunannya bagus, tempat menetap yang indah, sebagaimana datang berita di dalam “Shohihain” dari hadits Abu Imron Al Jauniy dari Abu Bakr bin Abi Musa Abdillah bin Qois Al Asy’ariy, dari ayahnya yang berkata:
رسول الله صلى الله عليه وسلم: «جنتان من ذهب آنيتهما وما فيهما، وجنتان من فضة آنيتهما وما فيهما، وما بين القوم وبين أن ينظروا إلى ربهم إلا رداء الكبرياء على وجهه في جنة عدن».
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada dua Jannah dari emas, bejana-bejananya dan apa yang ada di dalamnya. Dan dua Jannah dari perak, bejana-bejananya dan apa yang ada di dalamnya. Dan tidak ada yang menghalangi antara penduduk Jannah itu dengan melihat Robb mereka kecuali selendang kebesaran yang ada di wajah-Nya di Jannah ‘Aden. [HR. Al Bukhoriy (4878) dan Muslim (466)].
            Dan dengan sumber yang sama (Abu Musa Al Asy’ariy) yang berkata:
«إن للمؤمن في الجنة لَخَيْمَة من لؤلؤة واحدة مُجَوَّفة، طولها ستون ميلا في السماء، للمؤمن فيها أهلون يطوف عليهم، لا يرى بعضهم بعضا».
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya seorang mukmin di Jannah benar-benar punya kemah dari satu mutiara yang berongga, yang panjangnya enam puluh mil ke atas. Orang mukmin itu di dalamnya punya istri-istri yang dia mengelilingi mereka. satu sama lain dari istri-istri itu tidak saling melihat.” Diriwayatkan Al Bukhoriy dan Muslim [HR. Al Bukhoriy (4879) dan Muslim (7337)].
(“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/4/hal. 175).
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ * أُولَئِكَ فِي جَنَّاتٍ مُكْرَمُونَ﴾ [المعارج/34، 35].
“Dan mereka itu menjaga sholat-sholat mereka. Mereka itu nanti akan masuk ke dalam Jannah-jannah dengan dimuliakan.
            Sesungguhnya mukminin yang punya sifat-sifat tersebut –di antaranya adalah menegakkan sholat- Alloh telah menjanjikan untuk mereka dengan Jannah, dan berfirman bahwasanya itu adalah keberuntungan yang besar. Dan sholat yang paling agung adalah sholat Shubuh dan Ashr. Dari Abu Musa Al Asy’ariy rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«من صلى البردين دخل الجنة». (أخرجه البخاري (574) ومسلم (1470)).
“Barangsiapa mengerjakan sholat di dua waktu yang dingin, dia akan masuk Jannah.” (HR. Al Bukhoriy (574) dan Muslim (1470)).
            Yaitu: sholat Shubuh dan Ashr.
            Maka orang yang meninggalkan sholat, dia itu keluar dari janji ini, dan yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. Lihatlah kenikmatan yang luput darinya: Dari Al Mustaurid rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«والله ما الدنيا في الآخرة إلا مثل ما يجعل أحدكم إصبعه هذه في اليم فلينظر بم يرجع». (أخرجه مسلم (3736)).
“Tidaklah dunia dibandingkan dengan akhirat itu kecuali seperti salah seorang dari kalian memasukkan jarinya ini ke dalam lautan, maka hendaknya dia perhatikan dengan apa jarinya itu kembali.” (HR. Muslim (3736)).
            Setan menangis disebabkan oleh luputnya Jannah dari dirinya. Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«إذا قرأ ابن آدم السجدة فسجد اعتزل الشيطان يبكي يقول: يا ويله - وفى رواية: يا ويلى - أمر ابن آدم بالسجود فسجد فله الجنة، وأمرت بالسجود فأبيت فلى النار ». (أخرجه مسلم (256)).
“Jika anak Adam membaca ayat sajadah lalu dirinya bersujud, menyendirilah setan dan berkata: “Aduh celaka –dalam satu riwayat: aduh celaka aku-, Anak Adam diperintahkan untuk sujud, maka dia bersujud, maka dia mendapatkan Jannah. Dan aku diperintahkan untuk sujud tapi aku tidak mau, maka aku mendapatkan Neraka.” (HR. Muslim (256)).
            Ini adalah sujud tilawah. Maka bagaimana dengan orang yang luput darinya sholat wajib?

Keempat puluh dua: orang yang meninggalkan sholat itu luput darinya keridhoan Alloh
            Dalilnya adalah sebagaimana telah lewat penyebutannya. Alloh ta’ala berfirman :
﴿وَعَدَ الله الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ الله أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيم﴾ [التوبة/71-72].
“Alloh menjanjikan pada orang-orang mukmin lelaki dan perempuan Jannah-jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan tempat tinggal-tempat tinggal yang bagus di Jannah Aden, dan keridhoan dari Alloh itu lebih besar. Yang demikian itu adalah keberuntungan yang agung.”
            Dari Abu Sa’id Al khudriy rodhiyallohu ‘anhم yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda tentang kisah masuk ke dalam Jannah:
«... ثم يقول: ادخلوا الجنة فما رأيتموه فهو لكم. فيقولون: ربنا أعطيتنا ما لم تعط أحدا من العالمين. فيقول: لكم عندي أفضل من هذا. فيقولون: يا ربنا أي شىء أفضل من هذا؟ فيقول: رضاي فلا أسخط عليكم بعده أبدا».
“… kemudian Alloh berfirman: “Masuklah kalian ke dalam Jannah. Maka apa saja yang kalian lihat, maka itu menjadi milik kalian. Maka mereka berkata: “Wahai Robb kami, Engkau telah memberi kami apa-apa yang tidak Engkau berikan pada seorangpun dari alam semesta ini.” Maka Alloh menjawab: “Kalian di sisi-Ku akan mendapatkan yang lebih utama dari ini.” Maka mereka bertanya: “Wahai Robb kami, apa itu sesuatu yang lebih utama dari ini?” Alloh menjawab: “Keridhoan-Ku, maka Aku tak akan marah kepada kalian setelah ini selamanya.” (HR. Muslim (472)).
            Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Jannah itu bukanlah nama untuk sekedar pepohonan, buah-buahan, makanan, minumam, bidadari, sungai-sungai dan istana-istana semata. Kebanyakan orang keliru tentang apa yang dinamakan dengan Jannah itu, karena sesungguhnya Jannah itu adalah istilah untuk negri kenikmatan yang mutlak dan sempurna. Dan termasuk kenikmatan Jannah yang paling agung adalah: bersenang-senang dengan melihat wajah Alloh  yang Mulia, mendengarkan ucapan-Nya, kesejukan hati dengan berdekatan dengan-Nya, dan dengan keridhoan-Nya. Maka keledzatan yang ada di dalamnya yang berupa makanan, minuman, pakaian, wajah-wajah cantik, tidak bisa dibandingkan dengan keledzatan yang tadi sama sekali. Keridhoan Alloh yang paling kecil itu lebih besar daripada Jannah-jannah dan apapun yang ada di dalamnya, sebagaimana firman Alloh ta’ala: “dan keridhoan dari Alloh itu lebih besar” ucapan ini datang dalam bentuk nakiroh pada pola penetapan. Yaitu: sesuatu apapun yang menjadi keridhoan Alloh pada hamba-Nya, maka itu lebih besar daripada Jannah.” (“Madarijus Salikin”/2/hal. 80).
            Lihatlah apa yang luput dari orang yang meninggalkan sholat. Sesungguhnya di dalam yang demikian itu benar-benar ada peringatan bagi orang yang punya hati atau mencurahkan pendengaran dan dia menyaksikan.

Keempat puluh tiga: orang yang meninggalkan sholat itu luput darinya salah satu penyebab ampunan
Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh :
أنه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: «أرأيتم لو أن نهراً بباب أحدكم يغتسل فيه كل يوم خمساً ما تقول ذلك يبقي من درنه؟» قالوا: لا يبقي من درنه شيئا. قال: «فذلك مثل الصلوات الخمس يمحو الله بها الخطايا»
Bahwasanya dia mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bagaimana pendapat kalian jika ada sungai di pintu salah seorang dari kalian, lalu dia mandi di situ setiap hari lima kali. Apa ucapan kalian? Apakah tersisa darinya kotoran?” mereka menjawab: “Tidak tersisa darinya kotoran sedikitpun.” Beliau bersabda: “Maka yang demikian itu permisalan sholat lima waktu, dengannya Alloh menghapus kesalahan-kesalahan.” (HR. Al Bukhoriy (529) dan Muslim (1554)).
            Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«الصلوات الخمس، والجمعة إلى الجمعة، ورمضان إلى رمضان مكفرات ما بينهن إذا اجتنب الكبائر ».
“Sholat yang lima, dari Jum’at ke Jum’at, dan dari Romadhon ke Romadhon adalah penghapus dosa-dosa di antaranya, jika dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim (574)).
            Maka sholat-sholat ini merupakan kesempatan yang agung untuk menghapus kesalahan-kesalahan. Maka barangsiapa luput darinya sholat ini sungguh dia akan rugi dengan kerugian yang besar sekali. Dan masih tersisa untuknya dua jalan penghapusan dosa di dunia, dan itu lebih ringan baginya daripada jalan keempat di hari Kiamat.
            Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Para pelaku dosa itu punya tiga sungai besar yang dengannya mereka bisa bersuci di dunia. Jika sungai-sungai tadi tidak cukup untuk mensucikan mereka, mereka akan disucikan dengan sungai Jahim di hari Kiamat: sungai taubat yang murni, sungai kebaikan yang bisa menenggelamkan dosa-dosa yang meliputi dirinya, dan sungai musibah-musibah yang besar yang bisa menghapus dosa. Jika Alloh ingin kebaikan untuk hamba-Nya, Alloh akan memasukkannya ke salah satu dari tiga sungai ini, lalu dia datang pada hari Kiamat dalam keadaan bagus dan suci, sehingga dia tidak perlu pada pensucian yang keempat.” (“Madarijus Salikin”/1/hal. 255-256/cet. Darul hadits).

Kesimpulan: bahwasanya orang yang meninggalkan sholat itu rugi di dunia dan akhirat, yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. Maka nasihatku untuk orang yang berpuasa Romadhon tapi meninggalkan sholat wajib agar bertobat kepada Alloh ta’ala, dan agar menjaga hak-hak Alloh subhanah, dan agar tidak menyia-nyiakan amalan mereka dengan suatu pembatal.
Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«رب صائم حظه من صيامه الجوع والعطش ورب قائم حظه من قيامه السهر».
“Terkadang ada orang yang berpuasa, bagian yang didapatkannya dari puasanya adalah lapar dan haus semata. Dan terkadang ada orang yang bersholat, bagian yang didapatkannya dari sholatnya adalah begadang saja.” (HR. Al Imam Ahmad (8843) dan dihasankan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa Fish Shohihain” no. (1479)).



            Sengaja saya tidak menyebutkan dalam nasihat yang disegerakan ini perselisihan ulama tentang kufurnya orang yang meninggalkan sholat, karena sempitnya waktu.
            Akan tetapi saya katakan: seandainya memang bahwasanya orang yang meninggalkan sholat itu tidak kafir, dalil-dalil telah menunjukkan besarnya dosa dia. Maka tidak boleh menyepelekannya. Dan bagaimana dia bisa menyepelekan dosa besar sementara Alloh telah mengancamnya dengan kerasnya siksaan pada hari kiamat:
﴿يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ وَنَحْشُرُ الْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ زُرْقًا﴾  [طه/102]
“Pada hari ditiupnya sangkakala dan Kami menggiring orang-orang jahat pada hari itu wajah mereka biru menghitam.”
            Alloh Yang Agung penyebutan-Nya berfirman:
﴿كَلَّا إِذَا دُكَّتِ الْأَرْضُ دَكًّا دَكًّا * وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا * وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى * يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي * فَيَوْمَئِذٍ لَا يُعَذِّبُ عَذَابَهُ أَحَدٌ * وَلَا يُوثِقُ وَثَاقَهُ أَحَد﴾ [الفجر/21-26] .
“Jangan demikian. Jika bumi digoncang dengan sekeras-kerasnya, dan Robbmu datang dalam keadaan para malaikat berbaris-baris dengan rapi, dan didatangkanlah Jahannam. Pada hari itu manusia tersadar, tapi apa faidah kesadaran untuknya saat itu? Dia berkata: “Aduh andaikata diriku telah beramal sholih untuk kehidupanku yang sekarang.” Maka pada hari itu tiada seorangpun yang menyiksa seperti siksaan-Nya, dan tiada orang yang mengikat seperti ikatan-Nya.”
            Alloh جل ذكره berfirman:
﴿ بَلِ السَّاعَةُ مَوْعِدُهُمْ وَالسَّاعَةُ أَدْهَى وَأَمَرُّ * إِنَّ الْمُجْرِمِينَ فِي ضَلَالٍ وَسُعُرٍ * يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا مَسَّ سَقَر﴾ [القمر/46-48].
“Bahkan hari Kiamat itu adalah hari yang dijanjikan pada mereka, dan hari Kiamat itu lebih berat dan lebih pahit. Sesungguhnya orang-orang yang jahat itu di dalam kesesatan dan gejolak api. Pada hari mereka diseret di dalam neraka di atas wajah-wajah mereka, (dikatakan pada mereka:) “Rasakanlah sentuhan neraka Saqor.”
            Alloh ta’ala berfirman tentang Neraka:
﴿انْطَلِقُوا إِلَى ظِلٍّ ذِي ثَلَاثِ شُعَبٍ * لَا ظَلِيلٍ وَلَا يُغْنِي مِنَ اللهبِ * إِنَّهَا تَرْمِي بِشَرَرٍ كَالْقَصْرِ * كَأَنَّهُ جِمَالَتٌ صُفْرٌ * وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِين﴾ [المرسلات/30-34].
"Pergilah kalian kepada naungan yang punya tiga cabang, yang tidak menaungi dan tidak pula bisa melindungi dari gejolak api. sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api bagaikan istana. Seakan-akan dia itu iringan onta-onta kuning. Maka celakalah pada hari itu orang yang mendustakan." (QS Al Mursalat 30-34)
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَتَرَى الْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ مُقَرَّنِينَ فِي الْأَصْفَادِ * سَرَابِيلُهُمْ مِنْ قَطِرَانٍ وَتَغْشَى وُجُوهَهُمُ النَّارُ﴾ [إبراهيم/49، 50].
“Dan engkau akan melihat orang-orang yang jahat pada hari itu terikat dalam belenggu-belenggu. Baju-baju mereka dari tembaga cair, dan wajah-wajah mereka diliputi oleh api.”
            Ini adalah hukum bagi orang yang lebih mengutamakan kehidupan dunia dan tidak menghormati Alloh dengan penghormatan yang benar. Alloh ta’ala berfirman:
﴿فَإِذَا جَاءَتِ الطَّامَّةُ الْكُبْرَى * يَوْمَ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ مَا سَعَى * وَبُرِّزَتِ الْجَحِيمُ لِمَنْ يَرَى * فَأَمَّا مَنْ طَغَى * وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا * فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى﴾ [النازعات/34-39].
“Maka jika telah datang malapetaka besar (Kiamat), pada hari manusia mengingat apa yang telah dia usahakan. Dan Jahim ditampilkan bagi orang yang melihat. Maka adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya Jahim itulah tempat tinggalnya.”
            Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh :
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «ناركم هذه التي يوقد ابن آدم جزء من سبعين جزءا من حر جهنم». قالوا: والله إن كانت لكافية يا رسول الله. قال: «فإنها فضلت عليها بتسعة وستين جزءا كلها مثل حرها».
Bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Api kalian ini yang anak Adam menyalakannya adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian dari api Jahannam.” Mereka berkata: “Demi Alloh, api yang ini saja sudah cukup wahai Rosululloh.” Beliau menjawab: “Api Jahannam dilebihkan daripada api dunia dngan enam puluh sembilan bagian, semuanya panasnya seperti itu.” (HR. Al Bukhoriy (3265) dan Muslim (7344)).
            Kemudian siapakah yang sanggup memikul siksaan yang panjang, sementara satu hari di Kiamat itu seperti seribu tahun dari hari-hari dunia? Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«يدخل الفقراء الجنة قبل الأغنياء بنصف يوم، وهو خمسمائة عام».
Orang-orang miskin akan masuk Jannah sebelum orang-orang kaya dengan jarak setengah hari, yaitu limaratus tahun.(HR. Al Imam Ahmad (10663), At Tirmidziy (2353) dan dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih” no. (1417)).
            Ada juga orang-orang yang disiksa dengan siksaan yang keras, dan hari-hari dipanjangkan terhadap mereka sehingga satu hari untuk mereka itu seperti limapuluh ribu tahun dari hari-hari dunia.
            Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «ما من صاحب ذهب ولا فضة لا يؤدى منها حقها إلا إذا كان يوم القيامة صفحت له صفائح من نار فأحمى عليها فى نار جهنم فيكوى بها جنبه وجبينه وظهره كلما بردت أعيدت له فى يوم كان مقداره خمسين ألف سنة حتى يقضى بين العباد فيرى سبيله إما إلى الجنة وإما إلى النار ». قيل: يا رسول الله فالإبل. قال: «ولا صاحب إبل لا يؤدى منها حقها ومن حقها حلبها يوم وردها إلا إذا كان يوم القيامة بطح لها بقاع قرقر أوفر ما كانت لا يفقد منها فصيلا واحدا تطؤه بأخفافها وتعضه بأفواهها كلما مر عليه أولاها رد عليه أخراها في يوم كان مقداره خمسين ألف سنة حتى يقضى بين العباد فيرى سبيله إما إلى الجنة وإما إلى النار ». قيل: يا رسول الله فالبقر والغنم. قال: «ولا صاحب بقر ولا غنم لا يؤدى منها حقها إلا إذا كان يوم القيامة بطح لها بقاع قرقر لا يفقد منها شيئا ليس فيها عقصاء ولا جلحاء ولا عضباء تنطحه بقرونها وتطؤه بأظلافها كلما مر عليه أولاها رد عليه أخراها فى يوم كان مقداره خمسين ألف سنة حتى يقضى بين العباد فيرى سبيله إما إلى الجنة وإما إلى النار». (أخرجه مسلم (2337)).
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada pemilik emas ataupun perak yang tidak menunaikan hak harta tadi (zakat) kecuali jika telah tegak hari Kiamat akan dilebarkan untuknya lempengan-lempengan dari api, lalu harta tadi dipanaskan di atasnya di neraka Jahannam, lalu harta tadi disetrikakan ke sisi samping badannya, dahinya, dan belakangnya. Setiapkan dia mendingin, diulang lagi proses siksaan tadi untuknya dalam satu hari yang ukurannya itu limapuluh ribu tahun hingga urusan para hamba selesai diputuskan, lalu dilihatlah jalan orang ini: apakah ke Jannah ataukah ke Neraka.”
Mereka bertanya: “Wahai Rosululloh, untuk onta bagaimana?”
Beliau menjawab: “Tidak ada pemilik onta yang tidak menunaikan haknya (zakat), dan di antara haknya adalah: pemerahan susunya saat datang ke perairan (untuk dibagikan ke orang-orang yang memperlukan), kecuali jika telah tegak hari Kiamat onta-onta tadi akan ditaruh di tanah yang luas dengan jumlah yang paling banyak, tidak kehilangan satu ekor anakpun, lalu seluruh onta tadi menginjak-injak orang tadi dengan sepatu-sepatu mereka, dan mereka menggigitnya dengan mulut-mulut mereka. Setiap kali onta yang pertama telah lewat, dikembalikanlah kepadanya onta yang terakhir([11]) dalam satu hari yang ukurannya itu limapuluh ribu tahun hingga urusan para hamba selesai diputuskan, lalu dilihatlah jalan orang ini: apakah ke Jannah ataukah ke Neraka.
Mereka bertanya: “Wahai Rosululloh, untuk sapi dan kambing bagaimana?”
Beliau menjawab: “Tidak ada pemilik sapi dan kambing yang tidak menunaikan haknya (zakat), kecuali jika telah tegak hari Kiamat onta-onta tadi akan ditaruh di tanah yang luas, tidak kehilangan satu ekor anakpun, tidak ada yang tanduknya melengkung, atau tak punya tanduk, atau tanduknya patah, mereka semua menanduk orang itu dengan tanduk-tanduk mereka, dan menginjak-injak orang tadi dengan sepatu-sepatu mereka. Setiap kali binatang yang pertama telah lewat, dikembalikanlah kepadanya onta yang terakhir dalam satu hari yang ukurannya itu limapuluh ribu tahun hingga urusan para hamba selesai diputuskan, lalu dilihatlah jalan orang ini: apakah ke Jannah ataukah ke Neraka.” (HR. Muslim (2337)).
            Wahai saudara-saudara, kalian telah mengetahui bahwasanya sholat itu lebih agung daripada zakat. Perhatikanlah bagaimana jika kalian berdiri di hadapan Robb عز وجل nantinya dan Dia menanyai kalian tentang amalan kalian, dan soal pertama adalah pertanyaan tentang tentang. Maka apa jawaban kalian saat itu?
            Dari salah seorang Shohabat Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«أول ما يحاسب به العبد صلاته، فإن كان أتمها كتبت له تامة، وإن لم يكن أتمها قال الله عز وجل: انظروا هل تجدون لعبدي من تطوع فتكملوا بها فريضته. ثم الزكاة كذلك، ثم تؤخذ الأعمال على حسب ذلك».
“Yang pertama kali diperiksa dari amalan seorang hamba adalah sholatnya. Jika dia menyempurnakannya dicatatlah untuknya sebagai sholat yang sempurna. Jika dia tidak menyempurnakan sholatnya, Alloh عز وجل berfirman: Perhatikanlah, apakah kalian mendapati hamba-Ku ini punya sholat-sholat sunnah sehingga kalian bisa menyempurnakan sholat wajibnya tadi dengannya. Kemudian zakat juga seperti itu, kemudian seluruh amalan diperiksa sesuai dengan itu.” (HR. Al Imam Ahmad (16665) dan dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa Fish Shohihain” no. (1261)).
Kemudian sesungguhnya tuntutan-tuntutan di Akhirat ini banyak, maka harus cukup persiapan dengan banyaknya pahala, maka bagaimana justru sholat lima waktu ditinggal, sehingga luputlah keagungan pahalanya? Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ ». قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ « إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ ».
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: "Tahukah kalian siapa itu orang yang bangkrut?" Mereka berkata,"Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tak punya dirham ataupun harta benda." Maka beliau bersabda: "Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan sholat, puasa, zakat. Dia datang tapi dalam keadaan telah mencaci ini, menuduh orang itu, memakan harta orang ini, menumpahkan darah orang itu, memukul orang ini. Maka orang ini diberi kebaikannya, orang itu diberi kebaikannya. Jika kebaikannya telah habis sebelum tanggung jawabnya selesai, diambillah dari kesalahan-kesalahan mereka lalu diletakkan kepadanya, lalu dia dilemparkan ke dalam neraka." (HR. Muslim (6744)).

Adapun orang yang memerangi dirinya untuk taat pada Alloh ta’ala. Dan sabar di atasnya untuk Alloh, maka mereka itu tidak tertimpa ketakutan dan tidak bersedih hati. Alloh ta’ala berfirman:
﴿يَا عِبَادِ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ وَلَا أَنْتُمْ تَحْزَنُونَ * الَّذِينَ آمَنُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا مُسْلِمِينَ * ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنْتُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ تُحْبَرُونَ * يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِصِحَافٍ مِنْ ذَهَبٍ وَأَكْوَابٍ وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنْفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ * وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ * لَكُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ كَثِيرَةٌ مِنْهَا تَأْكُلُونَ﴾  [الزخرف/68-73].
“Wahai para hamba-Ku kalian pada hari ini tidak tertimpa ketakutan dan tidak bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman pada ayat-ayat kami dan dulunya adalah Muslimin. Masuklah kalian dan istri-istri kalian ke dalam Jannah dalam keadaan digembirakan. Mereka dikelilingi dengan piring-piring dan gelas-gelas dari emas. Dan di dalamnya terdapat apa saja yang diinginkan oleh jiwa dan disukai oleh mata. Dan kalian di dalamnya kekal. Dan Jannah itulah yang Aku wariskan kepada kalian disebabkan oleh apa yang kalian amalkan. Kalian di dalamnya akan mendapatkan buah-buahan yang banyak, sebagiannya kalian makan.”
            Alloh جز ذكره berfirman:
﴿أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ الله لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ * الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُون* لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ الله ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ﴾ [يونس/62-64].
“Ketahuilah: sesungguhnya para wali Alloh itu tidak tertimpa ketakutan dan tidak bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa. Bagi merekalah kabar gembira di kehidupan dunia dan di Akhirat. Tiada perubahan terhadap ketetapan-ketetapan Alloh. Yang demikian itulah keberuntungan yang agung.”
Alloh subhanah berfirman:
﴿وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى * فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى﴾ [النازعات/40، 41].
Adapun orang yang takut pada kebesaran Robbnya dan menahan dirinya dari keinginannya maka Jannahlah tempat tinggalnya.”
            Dan dari Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«يؤتى بأنعم أهل الدنيا من أهل النار يوم القيامة، فيصبغ في النار صبغة ثم يقال: يا ابن آدم هل رأيت خيرا قط؟ هل مرّ بك نعيم قط؟ فيقول: لا والله يا رب. ويؤتى بأشد الناس بؤسا فى الدنيا من أهل الجنة فيصبغ صبغة فى الجنة، فيقال له: يا ابن آدم هل رأيت بؤسا قط؟ هل مر بك شدة قط؟ فيقول: لا والله يا رب، ما مر بي بؤس قط. ولا رأيت شدة قط».
“Akan didatangkan penduduk dunia yang paling senang (di dunia) dari penduduk Neraka pada hari Kiamat, lalu dia dicelupkan satu kali ke dalam Neraka, lalu ditanyakan padanya: “Wahai anak Adam, apakah engkau melihat suatu kebaikan sama sekali? Apakah pernah melewatimu suatu kesenangan sama sekali?” Maka dia menjawab: “Tidak, demi Alloh, wahai Robb.” Dan akan didatangkan penduduk dunia yang paling sengsara (di dunia) dari penduduk Jannah pada hari Kiamat, lalu dia dicelupkan satu kali ke dalam Jannah, lalu ditanyakan padanya: “Wahai anak Adam, apakah engkau melihat suatu kesengsaraan sama sekali? Apakah pernah melewatimu suatu kesusahan sama sekali?” Maka dia menjawab: “Tidak, demi Alloh, wahai Robb. Belum pernah melewatiku suatu kesusahan sama sekali. Belum pernah saya melihat suatu kesengsaraan sama sekali.” (HR. Muslim (7266)).






            Alloh ta’ala berfirman:
﴿أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ الله وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ﴾ [الحديد/16].
“Apakah belum tiba saatnya bagi orang-orang yang beriman untuk hati-hati mereka itu tunduk kepada peringatan Alloh dan kepada kebenaran yang telah turun? Dan jangan sampai mereka menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab sebelum mereka, lalu masa yang panjang berlalu atas mereka sehingga hati mereka menjadi kaku, dan kebanyakan mereka itu fasiq.”
            Alloh جل ذكره berfirman:
﴿اسْتَجِيبُوا لِرَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا مَرَدَّ لَهُ مِنَ الله مَا لَكُمْ مِنْ مَلْجَإٍ يَوْمَئِذٍ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَكِير﴾ [الشورى/47].
“Penuhilah seruan Robb kalian sebelum datangnya suatu hari dari Alloh yang tak bisa ditolak. Pada hari itu kalian tidak punya tempat berlindung dan kalian juga tidak punya pengingkar (yang bisa mengingkari kejelekan yang telah diperbuat).”
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَتُوبُوا إِلَى الله جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴾ [النور: 31].
“Dan bertobatlah kalian semua kepada Alloh wahai orang-orang yang beriman, agar kalian beruntung.”
            Alloh ta’ala berfirman:
﴿قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ الله إِنَّ الله يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ * وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ * وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ * أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَا عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ الله وَإِنْ كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ أَوْ تَقُولَ لَوْ أَنَّ الله هَدَانِي لَكُنْتُ مِنَ الْمُتَّقِينَ * أَوْ تَقُولَ حِينَ تَرَى الْعَذَابَ لَوْ أَنَّ لِي كَرَّةً فَأَكُونَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ﴾ [الزمر/53-58].
“Katakanlah wahai para hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rohmat Alloh, sesungguhnya Alloh mengampuni dosa-dosa semuanya, sungguh Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kalian kepada Robb kalian dan tunduklah kepada-Nya sebelum datang pada kalian siksaan kemudian kalian tidak tertolong. Dan ikutilah yang terbaik dari apa yang diturunkan kepada kalian dari Robb kalian sebelum datang pada kalian siksaan dengan tiba-tiba dalam keadaan kalian tidak menyadarinya. Jangn sampai ada jiwa yang berkata: alangkah besarnya penyesalanku terhadap hak Alloh yang aku sia-siakan, dan sungguh aku dulu termasuk orang-orang yang mengejek. Atau berkata: seandainya Alloh memberiku petunjuk pastilah aku termasuk orang-orang yang bertaqwa. Atau berkata ketika melihat adzab seandainya aku punya kesempatan lagi pasti aku akan menjadi termasuk orang-orang yang berbuat kebaikan.”
           
Maka pintu tobat masih terbuka. Alloh ta’ala berfirman:
﴿فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا * إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئًا﴾ [مريم/59، 60].
“Maka datanglah sepeninggal mereka para pengganti yang menyia-nyiakan sholat dan mengikuti syahwat-syahwat, maka mereka akan berjumpa dengan siksaan keras yang berlipat. Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan beramal sholih, maka mereka itulah yang akan masuk ke dalam Jannah dan tidak dizholimi sedikitpun.”
            Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Firman Alloh: “Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan beramal sholih” yaitu: kecuali orang yang kembali dari meninggalkan sholat dan dari mengikuti syahwat-syahwat, karena sesungguhnya Alloh itu menerima tobatnya, dan memperbaiki kesudahannya, serta menjadikannya sebagai pewaris Jannah yang penuh kenikmatan. Oleh karena itulah Alloh berfirman: “maka mereka itulah yang akan masuk ke dalam Jannah dan tidak dizholimi sedikitpun” yang demikian itu dikarenakan tobat itu memotong kesalahan yang sebelumnya. Dan di dalam hadits yang lain:
«التائب من الذنب كمن لا ذنب له»؛
“Orang yang bertobat dari dosa itu seperti orang yang tidak punya dosa. ([12])
Dan karena itulah orang-orang yang bertobat tadi tidaklah amalan mereka yang telah mereka kerjakan itu dikurangi sedikitpun, dan tidaklah mereka disikapi atas apa yang mereka lakukan sebelum tobat lalu menyebabkan dikuranginya untuk mereka dari apa yang mereka kerjakan setelah bertobat, karena kesalahan mereka itu telah hilang lenyap dan ditinggalkan sama sekali, dan sirna dengan gratis, sebagai bagian dari kedermawanan Dzat Yang Mahamulia dan kesabaran dan Dzat Yang Mahasabar.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/5/hal. 246).
            Dan bertobat dari dosa itu wajib, bersegera untuk membebaskan diri dari kemurkaan Alloh itu wajib. Dan Alloh itu mencintai orang-orang yang banyak bertobat dan mencintai orang-orang yang membersihkan diri.
            Al Hulaimiy rohimahulloh berkata: “Maka telah tetap dengan Al Kitab dan As Sunnah  tentang wajibnya bertobat kepada Alloh bagi setiap pelaku dosa, dan bersegeranya hati dan kembali untuk taat, dan bahwasanya Alloh Yang Maha penuh berkah dan Mahatinggi itu menerima tobat dari hamba-Nya dan tidak menolaknya.” (“Syu’abul Iman”/karya Al Baihaqiy/9/hal. 277).
            Dan syarat tobat itu telah diketahui bersama, sebagaimana telah disebutkan oleh para imam رحمهم الله. Al Imam Ibnu Muflih rohimahulloh berkata: “Dan tobat itu adalah penyesalan terhadap kedurhakaan dan dosa-dosa yang telah lewat, bertekad untuk meninggalkannya selamanya karena Alloh عز وجل, dan bukan karena manfaat duniawi atau karena adanya gangguan, dan bukan karena dipaksa, tapi karena pilihan sendiri saat masih terbebani.” (“Al Adabusy Syar’iyyah”/hal. 114).
            Dari Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«لله أشد فرحا بتوبة عبده حين يتوب إليه من أحدكم كان على راحلته بأرض فلاة، فانفلتت منه وعليها طعامه وشرابه، فأيس منها، فأتى شجرة، فاضطجع في ظلها، قد أيس من راحلته. فبينا هو كذلك إذا هو بها قائمة عنده، فأخذ بخطامها ثم قال من شدة الفرح: اللهم أنت عبدى وأنا ربك». (أخرجه مسلم (7136)).
“Benar-benar Alloh itu lebih bergembira dengan tobatnya hamba-Nya kepada-Nya daripada kegembiraan salah seorang dari kalian yang semula ada di atas tunggangannya di tanah lapang, lalu tunggangannya itu lepas darinya padahal di atas tunggangannya itu ada bekal makanan dan minumannya, sehingga dia berputus asa darinya, lalu dia mendatangi sebatang pohon seraya berbaring di dalam naungannya dalam keadaan telah berputus asa dari tunggangannya. Ketika dia dalam keadaan demikian tiba-tiba saja tunggangannya tadi telah ada di sampingnya, maka dia mengambil tali kekangnya lalu berkata karena begitu gembiranya: Ya Alloh Engkau adalah hambaku dan aku adalah Robbmu.” (HR. Muslim (7136)).
والله تعالى أعلم. والحمد لله رب العالمين.

Dammaj, 7 Romadhon 1433 H





























([1]) Nomor delapan ini berbicara tentang keagungan pahala, sementara nomor tiga berbicara tentang keutamaan dan kecintaan. Dan keagungan pahala merupakan konsekuensi dari besarnya kecintaan dan keutamaan.
([2]) HR. Muslim (7386) dari ‘Iyadh bin Himar Al Mujasyi’iy rodhiyallohu ‘anh.
([3]) Bukan berarti disyariatkan untuk menambah doa-doa dalam Al Fatihah atau sebelum “Amin”. Akan tetapi Al Fatihah itu sendiri mengandung doa yang paling menyeluruh dan paling penting, dan dikabulkan oleh Alloh.
([4]) HR. Ahmad (12315) dan An Nasaiy (3939) dan yang lainnya, dari Anas rodhiyallohu ‘anh. dan dihasankan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Ash Shohihul Musnad” no. (100)).
([5]) Hadits ini shohih. Para perowinya tsiqoh. Yusuf Al Qodhi, dia adalah Abu Muhammad Yusuf bin Ya’qub Al Azdiy, tsiqoh juga.
Yusuf ini juga didukung oleh Muhammad bin Gholib sebagaimana dalam “Al Kubro” karya Al Baihaqiy (13071). Dan Muhammad bin Gholib ini adalah Abu Ja’far Ad Daqqod, imam, hafizh, tsiqoh.
([6]) Hadits shohih lighoirih dari Mu’adz bin Jabal rodhiyallohu ‘anh. Diriwayatkan oleh Al Hakim (2408), Ath Thobroniy dalam “Al Kabir” (16710), dan Al Marwaziy dalam “Ta’zhim Qodrish Sholah” (197). Sanad mereka hasan karena Maimun bin Abi Syayyib, shoduq.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad (22121) dan Abu Dawud Ath Thoyalisiy (561) dari hadits Mu’adz in Jabal rodhiyallohu ‘anh . Di dalam sanadnya ada Urwah ibnun Nizal, majhul hal, dan tidak mendengar dari Mu’adz.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ath Thobroniy dalam “Al Kabir” (16626), di dalam sanadnya ada Muhammad bin Muhammad Al Jadzu’iy Al Qodhi, majhul hal. Juga di dalam sanadnya ada Syahr bin Hausyab, dalam dirinya ada kelemahan.
 Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abdurrozzaq (20303) dari Ma’mar, dari Ashim bin Abin Nujud, dari Abu Wail dari Mu’adz bin Jabal.
Dan hadits ini juga diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad (22069) dari jalur Abdurrozzaq.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh An Nasaiy dalam “Al Kubro” (11330) dari jalur Ma’mar.
Dan riwayat Ma’mar dari Ashim bin Abin Nujud itu sering goncang, sebagaimana dikatakan oleh Yahya bin Ma’in.
Secara total, hadits ini shohih lighoirih.
([7]) Saya tidak mendapatkan riwayat ini kecuali apa yang disebutkan oleh Al Imam Ibnu Qudamah  dalam “Al Mughni” (5/hal. 88).
([8]) Hadits ini hasan lighoirih. Hadits Abud Darda rodhiyallohu ‘anh di dalam sanadnya ada Syahr bin Hausyab, dia itu dho’if.
Dia punya pendukung dari hadits Mu’adz bin Jabal rodhiyallohu ‘anh bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda padanya:
«يا معاذ بن جبل، من ترك الصلاة فقد برئت منه الذمة».
“Wahai Mu’adz bin Jabal, barangsiapa meninggalkan sholat, maka sungguh jaminan itu telah lepas darinya.” (HR. Ath Thobroniy dalam “Al Mu’jamul Kabir” (16658)).
Dalam sanadnya ada Abu Bakr bin Abi Maryam, dia itu adalah Amir Al Ghossaniy, di dalamnya ada kelemahan.
Dan dalam sanad ini juga ada Huroits bin Amr Al Hadhromiy, majhulul hal.
([9]) Beliau menceritakan keadaan di negri beliau Kordoba (Spanyol) dan kebanyakan negri muslimin di wilayah barat dan timur.
([10]) Dari Abu Sa’id Al Khudriy rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Aku mendengar Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«يكشف ربنا عن ساقه فيسجد له كل مؤمن ومؤمنة ، ويبقى من كان يسجد فى الدنيا رئاء وسمعة ، فيذهب ليسجد فيعود ظهره طبقا واحدا».
“Robb kita menyingkapkan betisnya, lalu bersujudlah untuknya setiap mukmin dan mukminah, dan tinggallah orang yang dulunya bersujud di dunia dengan riya (ingin dilihat orang) dan sum’ah (ingin didengar orang), lalu dia mencoba untuk bersujud, tapi belakangnya kembali menjadi satu cetakan.” (HR. Al Bukhoriy (4919) dan Muslimm (472) dan menambahkan disitu: “Setiap kali dia ingin bersujud, tersungkurlah dia di atas tengkuknya.”).
Ini adalah keadaan orang yang bersujud di dunia dengan riya dan sum’ah, maka bagaimana dengan orang yang tidak mau bersujud sama sekali?
([11]) Al Imam An Nawawiy rohimahulloh berkata: “Sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam : “Setiap kali onta yang pertama telah lewat, dikembalikanlah kepadanya onta yang terakhir” demikianlah lafazhnya di seluruh sumber naskah dalam bab ini. Al Qodhi ‘Iyadh berkata: Orang-orang berkata: terjadi perubahan dan kekeliruan. Yang benar adalah riwayat yang datang setelahnya dalam hadits lain dari riwayat Suhail dan ayahnya, dan riwayat yang datang dari hadits Al Ma’rur bin Suwaid dari Abu Dzar: “Setiap kali onta yang terakhir telah lewat, dikembalikanlah kepadanya onta yang pertama” (“Syarh Shohih Muslim”/karya An Nawawiy/7/hal. 65).
([12]) Hadits ini lemah dengan lafazh ini. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (4250) dari Ibnu Mas’ud rodhiyallohu ‘anh, dan di dalam sanadnya ada keterputusan antara Abu Ubaidah dan ayahnya yaitu Ibnu Mas’ud.
Dan diriwayatkan Ath Thobroniy (18224) dari Ibnu Abi Sa’d Al Anshoriy dari ayahnya. Dan tidak diketahui siapakah Ibnu Abi Sa’d Al Anshoriy ini. Dan sanad ini dilemahkan oleh Al Hafizh As Sakhowiy rohimahulloh dalam “Al Maqoshidul Hasanah” no. (313).
Dan diriwayatkan oleh Al Baihaqiy dalam “Syu’abul Iman” (6780) dari Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma. Di dalam sanadnya ada Ahmad bin Budail Al Ayamiy, dalam dirinya ada kelembekan. Dan di dalam sanadnya juga ada Sa’id Al Himshiy, yaitu Sa’id bin Abdul Jabbar, pendusta. Lihat ucapan Al Hafizh Ibnu Abdil Hadi rohimahulloh dalam “Tanqihut Tahqiq” (4/hal. 568).
                Dan cukuplah bagi kita dalil-dalil diterimanya tobat, dan itu telah dikenal dari Al Qur’an dan Al Sunnah. Alloh ta’ala berfirman:
﴿فَمَنْ تَابَ مِنْ بَعْدِ ظُلْمِهِ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ الله يَتُوبُ عَلَيْهِ إِنَّ الله غَفُورٌ رَحِيمٌ﴾ [المائدة/39].
“Maka barangsiapa bertobat setelah kezholimannya dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Alloh akan menerima tobatnya, sesungguhnya Alloh itu Ghofur (Maha Pengampun) dan Rohim (Maha Penyayang).”
Dan dari ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anhا bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«فإن العبد إذا اعترف بذنبه ثم تاب تاب الله عليه».
“Karena sesungguhnya hamba itu jika mengakui dosanya lalu bertobat, Alloh menerima tobatnya.” (HR. Al Bukhoriy (2661) dan Muslim (7196)).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar