Empat
Puluh Tiga Kerugian
Jika
Sholat Wajib Ditinggalkan
Dengan Kata
Pengantar Fadhilatusy Syaikh:
Abu
Abdirrohman Abdurroqib bin Ali Al Kaukabaniy
–semoga Alloh menjaga beliau-
Penulis
dan Penerjemah Al Faqir Ilalloh:
Abu
Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Indonesiy Al Qudsiy Ath Thuriy
–semoga
Alloh memaafkannya-
Judul
Asli:
“Nashihatun
Mu’ajjalah Li Man Shoma Romadhon Wa Tarokash Sholatal Maktubah”
Terjemah
Bebas:
“Empat
Puluh Tiga Kerugian
Jika
Sholat Wajib Ditinggalkan”
Dengan kata pengantar:
Asy
Syaikh Al Fadhil Abu Abdirrohman Abdurroqib bin Ali Al Kaukabaniy
–semoga Alloh menjaga beliau-
Penulis
dan Penerjemah:
Abu
Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Indonesiy
Semoga
Alloh memaafkannya
Maktabah
Fairuz Ad Dailamiy
(Cetakan Pertama: Malaysia, Shofar 1437 H)
(Cetakan Kedua: Indonesia, Shofar 1437 H)
Idzin Resmi Pencetakan Untuk Al Akh Fadhil Abu
Abdirrohman Faishol Al Indonesiy Al Jawiy hafizhohulloh
بسم الله
الرحمن الرحيم
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Abi Abdirrohman Abdurroqib
bin Ali Al Kaukabaniy –semoga Alloh menjaganya-
Segala
puji bagi Alloh, pemelihara kita yang Mahamulia, Yang berfirman:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ
كَافَّةً﴾ [البقرة/208]
“Wahai orang-orang yang beriman,
masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan.”
Dan
semoga sholawat dan salam tercurah kepada Rosul-Nya sang pemberi petunjuk lagi
memberi kabar gembira, dan lentera yang menerangi, yang bersabda:
«بني
الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله، وإقام الصلاة،
وإيتاء الزكاة، والحج، وصوم رمضان».
“Islam itu dibangun di atas lima
perkara: persaksian tiada sesembahan yang benar selain Alloh dan bahwasanya
Muhammad adalah utusan Alloh, menegakkan sholat, membayar zakat, berhaji, dan
puasa Romadhon.”
Kemudian
setelah itu:
Saudara yang mulia: Abu Fairuz Abdurrohman
bin Soekojo Aluth Thuri Al Jawiy Al Indonesiy telah menjumpaiku dengan membawa
risalah yang ada di hadapan pembaca ini, kemudian aku melihatnya, ini adalah
risalah yang bermanfaat di bidangnya. Sang penulis mulai masuk kepada
penjelasan tentang keutamaan puasa yang mencakup pengerjaan kewajiban- kewajiban
syar’iyyah yang lain, dan yang terpentingnya adalah sholat.
Kemudian sang penulis masuk kepada
bagian kedua dengan menyebutkan empat puluh hukuman bagi orang yang
meninggalkan sholat dan orang yang meremehkannya.
Kemudian masuk pada bagian ketiga
dengan menyebutkan kengerian siksaan Alloh, dan kerasnya ketertipuan dan
kerugian orang yang lalai dari Alloh dan dari perintah-perintah-Nya.
Kemudian sang penulis menutup
risalah yang indah ini dengan seruan untuk bertobat yang murni sebelum
datangnya waktu (kematian) yang telah ditentukan, dan datangnya kesudahan yang
membongkar aib pelakunya.
Maka tersusunlah simpul-simpul
risalah dengan susunan bab ini. Maka semoga Alloh mensyukuri sang penulis atas
semangatnya untuk memberikan manfaat bagi umat Islam. Dan segala puji bagi
Alloh pada akhirnya, sebagaimana kami memuji-Nya pada awalnya.
Ditulis oleh:
Abu Abdirrohman
Abdurroqib bin Ali Al Kaukabaniy
Hari Senin 11 Romadhon 1433 H
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله
وأشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله، اللهم صل وسلم على محمد وآله
أجمعين، أما بعد:
Salah seorang saudara di tanah air
telah mengirimkan surat kepada saya, meminta dari saya untuk saling menolong
dalam menasihat orang-orang yang bersemangat untuk berpuasa Romadhon dalam
keadaan mereka meninggalkan sholat lima waktu.
Maka saya senang untuk menyambut permintaan tadi karena pentingnya
bab tersebut di tengah-tengah kaum Muslimin. Semoga Alloh menjadikan adanya
keberkahan-keberkahan di dalam usaha yang sederhana ini. Dan risalah ini
sekalipun terkait juga dengan puasa Romadhon, akan tetapi dia itu umum;
mencakup pembahasan tentang agungnya sholat lima waktu dan besarnya kerugian
orang yang meninggalkannya.
Dan langkah saya dalam nasihat yang
disegerakan ini إن شاء الله adalah sebagai berikut:
Saya dalam risalah ini akan
menyebutkan sebagian kecil dari kedudukan puasa Romadhon,
Kemudian saya akan menyebutkan sebagian dari kedudukan taqwa
kepada Alloh,
Kemudian saya akan memaparkan penyebutkan bahaya-bahaya
menyepelekan sholat lima waktu, sebatas dari apa yang dimudahkan oleh Alloh
untuk saya sebutkan.
Kemudian saya akan sebutkan sebagian kecil dari kerasnya siksaan
bagi para pelaku dosa, pada hari kiamat, dan selamatnya orang-orang yang takut
pada kebesaran Robb mereka dan menahan diri mereka dari mengikuti keinginan
hawa nafsu.
Kemudian nasihat ini akan saya tutup dengan seruan untuk bertobat.
Dan saya bersyukur kepada Asy Syaikh
yang mulia dan dermawan Abu Abdirrohman Abdurroqib bin Ali Al Kaukabaniy
–semoga Alloh menjaga dan memelihara beliau-, sungguh beliau telah mencurahkan
waktu beliau yang berharga untuk memeriksa risalah ini. Maka semoga Alloh
menjadikan yang demikian itu di dalam timbangan kebaikan beliau.
Dan saya bersyukur kepada saudara kita yang mengirimkan surat
permintaan tadi atas perhatiannya terhadap masalah ini, dan semoga Alloh
menjadikan untuknya bagian dari sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam :
«من دعا إلى هدى كان له من الأجر مثل أجور من تبعه لا ينقص ذلك من
أجورهم شيئا، ومن دعا إلى ضلالة كان عليه من الإثم مثل آثام من تبعه لا ينقص ذلك
من آثامهم شيئا». (أخرجه مسلم (6980)).
“Barangsiapa
menyeru kepada petunjuk, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala-pahala
orang yang mengikutinya tanpa hal itu mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan
barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti
dosa-dosa orang yang mengikutinya tanpa hal itu mengurangi dosa mereka
sedikitpun.” (HR. Muslim (6980) dari Abu Huroirohعنه رضي الله).
Dan sekarang kita akan masuk kepembahasan.
Sesungguhnya
Alloh ta’ala telah memberkahi bulan Romadhon ini dengan keberkahan yang banyak,
sebagaimana dalam firman-Nya ta’ala:
﴿شَهْرُ
رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ
الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ﴾ [البقرة/185].
“Bulan Romadhon yang diturunkan di
dalamnya Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan dari
petunjuk dan pembeda.”
Alloh
ta’ala juga berfirman:
﴿إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ﴾ [الدخان/3].
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan
kitab ini pada malam yang diberkahi. Sungguh Kami Yang memberi peringatan.”
Dan
di dalam bulan ini kejelekan sedikit, dan kebaikan itu banyak. Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«إذا
جاء رمضان فتحت أبواب الجنة وغلقت أبواب النار وصفدت الشياطين»
“Jika telah Romadhon datang, dibukalah
pintu-pintu Jannah, dan ditutuplah pintu-pintu Neraka, dan dibelenggulah para
setan.” (HR. Al Bukhoriy (3277) dan Muslim
(2547)).
Dan
dari beliau rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«إذا
كان أول ليلة من شهر رمضان صفدت الشياطين ومردة الجن وغلقت أبواب النار فلم يفتح
منها باب وفتحت أبواب الجنة فلم يغلق منها باب. وينادي مناد: يا باغي الخير أقبل،
ويا باغي الشر أقصر. ولله عتقاء من النار وذلك كل ليلة». (أخرجه
الترمذي (682) وابن ماجة (1331) وغيرهما بسند صحيح).
“Jika telah datang malam pertama dari
bulan Romadhon, dibelenggulah para setan dan jin-jin pembangkang, ditutuplah
pintu-pintu Neraka dan tidak ada dari pintunya yang terbuka, dan dibukalah
pintu-pintu Jannah, dan tiada dari pintunya yang tertutup. Dan ada penyeru yang
berseru: ”Wahai para pencari kebaikan, majulah! Wahai para pencari kejelekan,
kurangilah!” dan Alloh memiliki orang-orang yang dimerdekakan dari Neraka. Dan
yang demikian itu terjadi setiap malam.” (HR.
At Tirmidziy (682), Ibnu Majah (1331) dan yang lainnya dengan sanad yang
shohih).
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata: “… karena di bulan Romadhon hati-hati itu terbangkitkan
kepada kebaikan dan amal-amal sholih.” (“Majmu’ul Fatawa”/14/hal. 167).
Dan
amal sholih itu dilipatkan pahalanya di bulan Romadhon. Alloh ta’ala berfirman:
﴿لَيْلَةُ
الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ﴾ [القدر/3].
“Malam Al Qodr (kemuliaan) itu lebih
baik daripada seribu bulan.”
Dan
dari Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma:
أن النبي صلى
الله عليه وسلم قال لامرأة من الأنصار يقال لها أم سنان: «ما منعك أن تكونى
حججت معنا». قالت: ناضحان كانا لأبي فلان - زوجها - حج هو وابنه على أحدهما،
وكان الآخر يسقى عليه غلامنا. قال: «فعمرة في رمضان تقضى حجة. أو حجة معي».
(أخرجه مسلم (3098)).
Bahwasanya Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam berkata pada seorang wanita Anshor yang dipanggil dengan Ummu
Sinan: “Apa yang menghalangi engkau untuk berhaji bersama kami?”
maka dia menjawab: “Dua ekor onta milik Abu Sinan –suaminya-, dia dan anaknya
berhaji dengan menaiki satu ekor, sementara yang satunya lagi dipakai pembantu
kami untuk mengairi kebun.” Maka Rosululloh bersabda: “Maka umroh di
bulan Romadhon itu bisa untuk membayar haji –atau: haji bersamaku-“
(HR. Muslim (3098)).
Al
Imam Ibnul ‘Arobiy rohimahulloh berkata: “Hadits umroh ini shohih, dan itu merupakan karunia dan
nikmat dari Alloh. Umroh bisa mencapai derajat haji dengan digabungkannya
Romadhon kepada umroh itu.” (“Umdatul Qori”/karya Badrud Din Al ‘Ainiy rohimahulloh/15/hal.
399).
Ibnul
Jauziy rohimahulloh berkata: “Dalam hadits ini ada
faidah bahwasanya pahala amalan itu bertambah dengan kemuliaan waktu,
sebagaimana bertambahnya pahala dengan kehadiran hati dan keikhlasan maksud.”
(sumber yang sama).
Dan tentunya hal itu
diketahui dengan dalil syar’iy, bukan dengan sekedar dugaan dan perasaan.
Wallohu a’lam.
Maka
jika datang bulan Romadhon. Umat Islam menyambutnya dengan gembira, lalu mereka
berpuasa di siang harinya, dan sholat tarowih di malam harinya, untuk mencari
keberkahan-keberkahan yang ditebarkan, dan keutamaan-keutamaan yang dijanjikan.
Pasal: Kedudukan Puasa Romadhon
Puasa
wajib, yaitu puasa Romadhon, memiliki kedudukan-kedudukan yang banyak dan
agung, di antaranya adalah:
Pertama: puasa Romadhon adalah
termasuk dari rukun Islam
Rosululloh
shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«بني
الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله، وإقام الصلاة،
وإيتاء الزكاة، والحج، وصوم رمضان». (أخرجه البخاري (8) ومسلم (16)).
“Islam itu dibangun di atas lima
perkara: persaksian tiada sesembahan yang benar selain Alloh dan bahwasanya
Muhammad adalah utusan Alloh, menegakkan sholat, membayar zakat, berhaji, dan
puasa Romadhon.” (HR. Al Bukhoriy (8) dan Muslim (16)
dari Ibnu Umar rodhiyallohu ‘anhuma).
Kedua: Puasa itu adalah bagian dari
iman kepada Alloh
Dari
Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma tentang kisah delegasi Abdul Qois:
قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم: «هل تدرون ما الإيمان بالله؟» قالوا: الله ورسوله أعلم.
قال: «شهادة أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأن محمدا رسول الله ، وإقام
الصلاة، وإيتاء الزكاة، وصيام رمضان، وتؤتوا من المغانم الخمس».
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tahukah kalian apa itu keimanan pada Alloh?”
Mereka menjawab: “Alloh dan Rosul-Nya lebih tahu.” Beliau bersabda: “Persaksian tiada sesembahan yang benar selain Alloh, tiada sekutu
bagi-Nya dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Alloh, menegakkan sholat,
membayar zakat, puasa Romadhon, dan menyerahkan seperlima dari rampasan
perang.” (HR. Al Bukhoriy (7266) dan Muslim
(125)).
Ketiga: Puasa Romadhon itu lebih utama
dan lebih dicintai Alloh dari pada seluruh puasa yang lain
Dari
Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
«أفضل
الصلاة بعد الصلاة المكتوبة الصلاة في جوف الليل، وأفضل الصيام بعد شهر رمضان صيام
شهر الله المحرم ». (أخرجه مسلم (2813)).
“Sholat yang paling utama setelah sholat
wajib adalah sholat ditengah malam. Dan puasa yang paling utama setelah puasa
bulan Romadhon adalah puasa di bulan Alloh: Muharrom.” (HR. Muslim (2813)).
Hadits
ini menunjukkan bahwasanya puasa Romadhon itulah yang paling utama, baru
kemudian puasa di bulan Muharrom. Puasa Arofah dan Asyuro punya kedudukan yang
agung di mana Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«صِيَامُ
يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى الله أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى الله
أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ ». (أخرجه مسلم (2803)).
“Puasa hari Arofah aku berharap dari
Alloh untuk menghapus dosa tahun sebelumnya dan tahun yang sesudahnya. Puasa
hari Asyuro aku berharap dari Alloh untuk menghapus dosa tahun sebelumnya.” (HR. Muslim (2803)).
Sekalipun
demikian maka puasa Romadhon itu lebih utama daripada puasa sunnah semuanya,
karena puasa Romadhon itu wajib, dan kewajiban itu lebih dicintai Alloh
daripada mustahab (ibadah yang sekedar dianjurkan).
Dari
Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«إن
الله قال: من عادى لي وليا فقد آذنته بالحرب. وما تقرب إلي عبدي بشـيء أحب إلي مما
افترضت عليه. وما يزال عبدي يتقرب إلي بالنوافل حتى أحبه. فإذا أحببته كنت سمعه
الذي يسمع به، وبصره الذي يبصر به، ويده التي يبطش بها، ورجله التي يمشي بها، وإن
سألني لأعطينه، ولئن استعاذني لأعيذنه. وما ترددت عن شيء أنا فاعله ترددي عن نفس
المؤمن يكره الموت وأنا أكره مساءته».
“Alloh ta’ala berfirman: Barangsiapa
memusuhi seorang wali-Ku, maka sungguh Aku mengumumkan peperangan dengannya.
Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih aku
cintai daripada apa yang Aku wajibkan terhadapnya. Dan senantiasa hamba-Ku
mendekatkan diri dengan nafilah-nafilah (mustahabbah) sampai Aku mencintainya.
Maka jika Aku mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya dia
mendengar, penglihatannya yang dengannya dia melihat, tangannya yang dengannya
dia merenggut, dan kakinya yang dengannya dia berjalan. Jika dia meminta
pada-Ku pastilah Aku akan memberinya. Dan jika dia minta perlindungan pada-Ku,
pastilah Aku akan melindunginya. Dan tidaklah Aku ragu terhadap sesuatu yang
hendak Kukerjakan sebagaimana keraguan-Ku terjadap jiwa mukmin. Dia benci
kematian, dan Aku benci menyakitinya.” (HR. Al
Bukhoriy (6502)).
Keempat: Puasa Romadhon menghapus
kesalahan-kesalahan
Dari
Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«الصلوات
الخمس، والجمعة إلى الجمعة، ورمضان إلى رمضان مكفرات ما بينهن إذا اجتنب الكبائر ».
“Sholat yang lima, dari Jum’at ke Jum’at,
dan dari Romadhon ke Romadhon adalah penghapus dosa-dosa di antaranya, jika
dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim (574)).
Dari Abu
Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«رغم
أنف رجل ذكرت عنده فلم يصل عليّ ورغم أنف رجل دخل عليه رمضان فانسلخ قبل أن يغفر
له ورغم أنف رجل أدرك عنده أبواه الكبر فلم يدخلاه الجنة».
“Sungguh rugilah orang yang diriku
disebutkan di sisinya lalu dia tidak bersholawat untukku. Sungguh rugilah orang
yang masuk kepadanya Romadhon lalu Romadhon itu pergi sebelum orang itu
diampuni. Dan sungguh rugilah orang yang kedua orang tuanya di sisinya
mendapati usia tua lalu keduanya tidak memasukkannya ke dalam Jannah.” (HR. Al Imam Ahmad (7451) dan yang lainnya. Al
Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Ash Shohihul Musnad” (1282) berkata: hadits ini naik ke
derajat shohih lighoirih).
Dan dari
Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh dari Nabi shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«مَنْ
قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ، وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ».
“Barangsiapa sholat pada malam Al Qodar
dengan keimanan dan mencari pahala Alloh, akan diampuni untuknya dosanya yang
telah lalu. Dan barangsiapa berpuasa pada bulan Romadhon dengan keimanan dan
mencari pahala Alloh, akan diampuni untuknya dosanya yang telah lalu.” (HR. Al Bukhoriy (1901) dan Muslim (760)).
Kelima: Puasa adalah perisai dari Neraka
Dari
Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
«يقول الله عز وجل: الصوم لي وأنا أجزى به يدع شهوته وأكله وشربه
من أجلي، والصوم جنة، وللصائم فرحتان فرحة حين يفطر وفرحة حين يلقى ربه...» الحديث.
“Alloh عز وجل berfirman: “Puasa itu
adalah untuk-Ku, dan Aku yang akan membalas dengannya. Dia meninggalkan
syahwatnya, makannya dan minumnya untuk diri-Ku. Dan puasa itu adalah tameng.
Dan orang yang berpuasa itu punya dua kegembiraan. Kegembiraan ketika berbuka
puasa, dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Robbnya, …” al hadits. (HR. Al Bukhoriy (7492) dan Muslim (1151)).
Dan
termasuk dalam bab ini adalah hadits yang telah lewat dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh dari Nabi shollallohu ‘alaihi
wasallam yang bersabda:
ولله عتقاء من
النار وذلك كل ليلة».
“Dan Alloh memiliki orang-orang yang
dimerdekakan dari Neraka. Dan yang demikian itu terjadi setiap malam.” (HR. At Tirmidziy (682), Ibnu Majah (1331) dan yang lainnya
dengan sanad yang shohih).
Keenam: Kegembiraan orang yang
berpuasa
Dan
telah lewat hadits dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
«يقول
الله عز وجل: الصوم لي وأنا أجزى به يدع شهوته وأكله وشربه من أجلى، والصوم جنة،
وللصائم فرحتان فرحة حين يفطر وفرحة حين يلقى ربه...» الحديث.
“Alloh عز وجل berfirman: “Puasa itu
adalah untuk-Ku, dan Aku yang akan membalas dengannya. Dia meninggalkan
syahwatnya, makannya dan minumnya untuk diri-Ku. Dan puasa itu adalah tameng.
Dan orang yang berpuasa itu punya dua kegembiraan. Kegembiraan ketika berbuka
puasa, dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Robbnya, …” al hadits. (HR. Al Bukhoriy (7492) dan Muslim (1151)).
Ketujuh: Aroma mulut orang yang puasa
lebih harum di sisi Alloh daripada misik
Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
«كل عمل
ابن آدم يضاعف الحسنة عشرة أمثالها إلا سبعمائة ضعف. قال الله عز وجل: إلا الصوم
فإنه لي وأنا أجزي به، يدع شهوته وطعامه من أجلي، للصائم فرحتان فرحة عند فطره
وفرحة عند لقاء ربه ولخلوف فيه أطيب عند الله من ريح المسك».
“Seluruh amalan anak Adam dilipatkan
kebaikannya dengan sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat. Alloh berfirman: “Kecuali puasa, karena dia itu
adalah untuk-Ku, dan Aku yang akan membalas dengannya.
Dia meninggalkan syahwatnya, makannya dan minumnya untuk diri-Ku. Dan puasa itu
adalah tameng. Dan orang yang berpuasa itu punya dua kegembiraan. Kegembiraan
ketika berbuka puasa, dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Robbnya, dan
benar-benar bau mulut orang yang puasa itu lebih harum di sisi Alloh daripada misik.” (HR. Al Bukhoriy (1954) dan Muslim
(1151)).
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿إِنَّ
الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ
وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ
وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ
وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ الله كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ الله
لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا﴾ [الأحزاب/35].
“Sesungguhnya pria dan wanita yang
muslim, pria dan wanita yang mukmin, pria dan wanita yang taat dalam
ketenangan, pria dan wanita yang jujur, pria dan wanita yang sabar, pria dan
wanita yang khusyu’, pria dan wanita yang bershodaqoh, pria dan wanita yang
berpuasa, pria dan wanita yang menjaga kemaluan, pria dan wanita yang banyak
mengingat Alloh, Alloh telah menyiapkan untuk mereka ampunan dan pahala yang
agung.”
Dan
telah lewat hadits Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh dari Nabi shollallohu ‘alaihi
wasallam yang bersabda:
«كل عمل
ابن آدم يضاعف الحسنة عشرة أمثالها إلا سبعمائة ضعف. قال الله عز وجل: إلا الصوم
فإنه لي وأنا أجزي به». الحديث.
“Seluruh amalan anak Adam dilipatkan
kebaikannya dengan sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat. Alloh berfirman: “Kecuali puasa, karena dia itu
adalah untuk-Ku, dan Aku yang akan membalas dengannya...” (HR.
Al Bukhoriy (1954) dan Muslim (1151)).
Ini
adalah keadaan orang-orang yang berpuasa secara umum. Dan kita telah tahu
bahwasanya puasa Romadhon itu lebih dicintai Alloh daripada puasa yang lain,
maka pahalanya lebih besar.
Kesembilan: Pintu Royyan
Dari Sahl rodhiyallohu ‘anh dari
Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
«إن فى الجنة بابا يقال له الريان، يدخل منه الصائمون يوم القيامة،
لا يدخل منه أحد غيرهم يقال: أين الصائمون؟ فيقومون، لا يدخل منه أحد غيرهم، فإذا
دخلوا أغلق، فلم يدخل منه أحد».
“Sesungguhnya di Jannah ada satu pintu
yang dinamakan sebagai Ar Royyan. Masuk darinya orang-orang yang berpuasa di
hari Kiamat, tidak masuk dari pintu itu seorangpun selain mereka. Dikatakan:
“Manakah orang-orang yang berpuasa?” lalu mereka berdiri, tidak masuk dari
pintu itu seorangpun selain mereka. jika mereka telah masuk, pintu itu ditutup,
maka tidak masuk dari pintu itu seorangpun.” (HR. Al Bukhoriy (1896) dan Muslim (1152)).
Kesepuluh: masuk
Jannah
Jika mereka telah masuk pintu
Royyan, tidak diragukan bahwasanya mereka adalah penduduk Jannah. Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata:
قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم: «من آمن بالله وبرسوله وأقام الصلاة وصام رمضان، كان حقا على
الله أن يدخله الجنة جاهد فى سبيل الله، أو جلس فى أرضه التي ولد فيها». الحديث.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa beriman pada Alloh dan Rosul-Nya,
menegakkan sholat dan berpuasa Romadhon, menjadi kewajiban atas Alloh untuk
memasukkannya ke dalam Jannah, baik dia itu berjihad di jalan Alloh ataukah
duduk di negrinya yang dia dilahirkan di situ.” Al hadits. (HR. Al
Bukhoriy (2790)).
Kesebelas: Puasa
memiliki kekhususan yang tidak ada pada ibadah yang lain
Dari Abu Umamah rodhiyallohu ‘anh bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam
bersabda:
«عليك بالصوم فإّنه لا مثل له...» الحديث
“Banyaklah berpuasa, karena sesungguhnya tiada
yang semisal dengannya,…” (HR. Ahmad (22141) dan dishohihkan oleh Al
Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Ash Shohihul Musnad” (488)).
Al ‘Allamah Munawiy rohimahulloh
dalam syaroh hadits itu berkata: “… dikarena di dalam puasa itu ada penahanan
diri dari memenuhi seruan syahwat dan hawa nafsu.” (“Faidhul Qodir” /4/hal.
437).
Kedua belas:
mencapai derajat taqwa
Alloh ta’ala berfirman:
﴿يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ﴾ [البقرة/183]
“Wahai
orang-orang yang beriman, telah diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana
diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa.”
Al Imam Al Baghowiy rohimahulloh
berkata dalam tafsir ayat ini: “Yaitu dengan puasa, karena puasa itu penghubung
menuju kepada ketaqwaan, dikarena di dalamnya ada penundukan hawa nafsu dan
pemotongan syahwat-syahwat.” (“Ma’alimut Tanzil”/hal. 89/Dar Ibni Hazm).
Apa itu taqwa? Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh
berkata: “Karena sesungguhnya hakikat taqwa adalah mengerjakan apa yang
diperintahkan, dan meninggalkan apa yang dilarang.” (“Idatush Shobirin”/hal.
31).
Abu Bakr Al Qostholaniy rohimahulloh
berkata tentang hakikat taqwa: “Dia itu adalah penjagaan diri dari kesyirikan
dan amalan-amalan yang jelek, dan membiasakan diri untuk mengerjakan
amalan-amalan sholihah.” (“Irsyadus Sari”/1/hal. 89).
Pasal: Kedudukan
Taqwa
Maka barangsiapa berpuasa Romadhon
sebagaimana yang diperintahkan, dia akan mencapai derajat orang-orang yang
bertaqwa. Kedudukan taqwa itu banyak, di antaranya adalah:
Pertama: Orang
yang bertaqwa akan mendapatkan solusi dan jalan keluar dari setiap masalah
Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَمَنْ
يَتَّقِ الله يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ﴾ [الطلاق: 2،
3].
“Dan barangsiapa
bertaqwa pada Alloh, Alloh akan menjadikan untuknya jalan keluar, dan
memberinya rizqi dari arah yang tak diduganya.”
Kedua: rizqi dari
arah yang tak mereka duga
Sebagaimana dalam ayat terdahulu. Dan Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ
السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُون﴾ [الأعراف/96].
“Seandainya penduduk kota-kota itu mau
beriman dan bertaqwa pastilah Kami akan bukakan kepada mereka
keberkahan-keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi mereka mendustakan
ayat-ayat Kami, maka Kami siksa mereka disebabkan oleh apa yang mereka
perbuat.”
Ketiga: permudahan urusan bagi orang yang
bertaqwa
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿وَمَنْ
يَتَّقِ الله يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا﴾ [الطلاق: 4]
“Dan barangsiapa bertaqwa kepada Alloh,
Dia akan menjadikan untuknya kemudahan dari urusannya.”
Keempat: penghapusan dosa orang yang
bertaqwa
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿وَمَنْ
يَتَّقِ الله يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا﴾ [الطلاق: 5]
“Dan barangsiapa bertaqwa pada Alloh, Dia
akan menghapus darinya kesalahan-kesalahannya, dan memperbesar pahala
untuknya.”
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا الله يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا
وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَالله ذُو الْفَضْلِ
الْعَظِيم﴾
[الأنفال/29]
“Wahai orang-orang yang beriman, jika
kalian bertaqwa kepada Alloh, Alloh akan menjadikan untuk kalian pembeda
(antara kebenaran dan kebatilan), dan menghapus dari kalian kesalahan kalian.
Dan Alloh itu memiliki karunia yang agung.”
Kelima: besarnya pahala orang yang
bertaqwa
Sebagaimana
dalam ayat terdahulu. Alloh ta’ala juga berfirman:
﴿وَلَأَجْرُ
الْآخِرَةِ خَيْرٌ لِلَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ﴾ [يوسف/57].
“Dan sungguh pahala Akhirat itu lebih
baik bagi orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa.”
Keenam: cepatnya pulihnya kesadaran
ketika dibisiki setan
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿إِنَّ
الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا
فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُون﴾ [الأعراف: 201]
“Sesunggunya orang-orang yang bertaqwa
jika terkena dorongan untuk berbuat dosa dari setan, mereka tersadar, maka
tiba-tiba mereka bisa melihat.”
Al
Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Alloh ta’ala mengabarkan tentang orang-orang yang
bertaqwa dari para hamba-Nya yang menaati-Nya dalam perkara yang
diperintahkan-Nya, dan meninggalkan apa yang dicegah-Nya, bahwasanya mereka itu
“jika terkena” yaitu: tertimpa “thoif” –sampai pada ucapan
beliau:- di antara ahli tafsir ada yang menafsirkannya dengan “kemarahan”, ada
yang menafsirkannya dengan “kesurupan dari setan” dan semisalnya, di antara
mereka ada yang menafsirkannya dengan “keinginan untuk berbuat dosa”, di antara
mereka ada yang menafsirkannya dengan “berbuat dosa”. Firman-Nya: “mereka
segera sadar” yaitu: mereka ingat hukuman Alloh dan banyaknya
pahalanya, ingat janji dan ancaman-Nya, maka merekapun bertobat dan kembali,
memohon perlindungan pada Alloh, dan kembali pada-Nya dalam waktu dekat. “maka
tiba-tiba mereka bisa melihat” yaitu: mereka telah lurus kembali, dan
sehat kembali dari penyakit yang mereka semula ada di situ.” (“Tafsirul
Qur’anil ‘Azhim”/3/hal. 534).
Ketujuh: orang yang bertaqwa itu dicintai
Alloh
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿بَلَى
مَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ وَاتَّقَى فَإِنَّ الله يُحِبُّ الْمُتَّقِين﴾ [آل عمران/76].
“Justru orang yang memenuhi perjanjiannya
dan bertaqwa, maka sesungguhnya Alloh itu mencintai orang-orang yang bertaqwa.”
Kedelapan: sesungguhnya Alloh menyertai
orang yang bertaqwa dengan pertolongan-Nya, dukungan-Nya dan penjagaan-Nya
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿إِنَّ
الله مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ﴾ [النحل/128].
“Sesungguhnya Alloh bersama dengan
orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang mereka itu berbuat kebaikan.”
Alloh
subhanah berfirman:
﴿وَإِنَّ
الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَالله وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ﴾ [الجاثية/19]
“Dan sesungguhnya orang-orang yang zholim
itu sebagiannya adalah wali bagi sebagian yang lain, dan Alloh itu adalah wali
bagi orang-orang yang bertaqwa.”
Kesembilan: orang-orang yang bertaqwa itu
adalah orang-orang yang dirohmati
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿وَرَحْمَتِي
وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ
الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُون﴾ [الأعراف/156].
“Dan rohmat-Ku itu meliputi segala
sesuatu, dan Aku akan menetapkannya untuk orang-orang yang bertaqwa,
membayarkan zakat, dan orang-orang yang mereka itu beriman pada ayat-ayat
Kami.”
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿وَاتَّقُوا
الله لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ﴾
[الحجرات/10].
“Dan bertaqwalah kalian kepada Alloh agar
kalian dirohmati.”
Kesepuluh: orang-orang yang bertaqwa
mereka itulah orang-orang yang berakal, yang mengambil manfaat dengan ayat-ayat
Alloh
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿إِنَّ
فِي اخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ الله فِي السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُون﴾ [يونس/6].
“Sesungguhnya di dalam pergantian malam
dan siang, dan apa yang Alloh ciptakan di langit dan di bumi benar-benar ada
ayat-ayat bagi orang-orang yang bertaqwa.”
Al
Imam Asy Syaukaniy rohimahulloh berkata dalam tafsir ayat ini: “Yaitu: orang-orang yang bertaqwa
pada Alloh subhanah dan menjauhi kedurhakaan kepada-Nya. Alloh mengkhususkan
mereka dengan ayat-ayat ini karena mereka itulah yang mencurahkan pandangan dan
pikiran terhadap makhluq-makhluq Alloh Yang Mahasuci, karena mereka berusaha
menghindar dari terjatuh kepada sedikit saja dari perkara yang menyelisihi
keinginan Alloh Yang Mahasuci, dan dalam rangka memperhatikan kesudahan urusan
mereka, dan apa yang membikin bagus di akhirat mereka.” (“Fathul Qodir”/Asy
Syaukaniy/3/hal. 348).
Kesebelas: orang-orang yang bertaqwa dan
beriman, mereka itulah para wali Alloh
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿أَلَا
إِنَّ أَوْلِيَاءَ الله لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ * الَّذِينَ
آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُون﴾ [يونس/62، 63].
“Ketahuilah: sesungguhnya para wali Alloh
itu tidak tertimpa ketakutan dan tidak bersedih hati, yaitu orang-orang yang
beriman dan senantiasa bertaqwa.”
Syaikhul
Islam rohimahulloh berkata: “… bahwasanya di kalangan manusia itu ada wali-wali Ar
Rohman dan wali-wali setan. Maka wajib untuk membedakan antara mereka dan
mereka, sebagaimana Alloh dan Rosul-Nya membedakan antara keduanya. Maka para
wali Alloh adalah orang-orang yang beriman dan bertaqwa, sebagaimana dalam
firman Alloh ta’ala: “Ketahuilah: sesungguhnya para wali Alloh itu tidak
tertimpa ketakutan dan tidak bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan
senantiasa bertaqwa.” (“Majmu’ul Fatawa”/11/hal. 159).
Kedua belas: orang-orang yang bertaqwa
adalah orang-orang yang akan mendapatkan kabar gembira di dunia dan akhirat
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ
الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا﴾
[مريم/97].
“Maka Kami hanyalah memudahkan Al Qur’an
itu dengan lisan (bahasa) mu agar engkau memberikan kabar gembira dengannya
untuk orang-orang yang bertaqwa, dan engkau memberikan peringatan pada kaum
yang sangat zholim dan melenceng dari kebenaran.”
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿أَلَا
إِنَّ أَوْلِيَاءَ الله لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ * الَّذِينَ
آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُون* لَهُمُ
الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ
الله ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ﴾
[يونس/62-64].
“Ketahuilah: sesungguhnya para wali Alloh
itu tidak tertimpa ketakutan dan tidak bersedih hati, yaitu orang-orang yang
beriman dan senantiasa bertaqwa. Bagi merekalah kabar gembira di kehidupan
dunia dan di Akhirat. Tiada perubahan terhadap ketetapan-ketetapan Alloh. Yang
demikian itulah keberuntungan yang agung.”
Al
Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Maka pujian merupakan kabar gembira. Mimpi yang baik
merupakan kabar gembira. Berita gembira dari para malaikat untuknya saat
kematian merupakan kabar gembira. Jannah merupakan termasuk kabar gembira yang
terbesar. Alloh ta’ala berfirman:
﴿وبشر الذين آمنوا وعملوا الصالحات أن لهم جنات تجري من تحتها
الأنهار﴾
“Dan berikanlah berita gembira pada
orang-orang yang beriman dan beramal sholih bahwasanya mereka itu akan
mendapatkan Jannah-jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.”
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿وأبشروا بالجنة التي كنتم توعدون﴾.
“Dan bergembiralah dengan Jannah yang
kalian dulu dijanjikan dengannya.”
(“Madarijus Salikin”/3/hal. 160).
Ketiga belas: orang yang bertaqwa akan
mendapatkan kehidupan yang bagus di dunia sebelum Akhirat
Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَقِيلَ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ
قَالُوا خَيْرًا لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ
الْآخِرَةِ خَيْرٌ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ﴾ [النحل/30].
“Dan dikatakan kepada orang-orang yang
bertaqwa: “Apakah yang diturunkan oleh Robb kalian?” Mereka menjawab:
“Kebaikan.” Orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia ini akan mendapatkan kebaikan,
dan benar-benar negri Akhirat itu lebih baik, dan itulah sebaik-baik negri
orang-orang yang bertaqwa.”
Al
Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Dan sungguh Al Qur’an telah menunjukkan di lebih dari
satu tempat bahwasanya setiap orang yang beramal sholih itu akan mendapatkan
dua pahala: amalannya di dunia, dan akan disempurnakan untuknya pahalanya di
Akhirat. Seperti firman Alloh ta’ala:
﴿للذين أحسنوا في هذه الدنيا حسنة ولدار الآخرة خير ولنعم دار
المتقين﴾
“Orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia
ini akan mendapatkan kebaikan, dan benar-benar negri Akhirat itu lebih baik,
dan itulah sebaik-baik negri orang-orang yang bertaqwa.”
Dan dalam ayat yang lain:
﴿ وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي الله مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا
لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَلَأَجْرُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ
كَانُوا يَعْلَمُونَ﴾ [النحل/41]
“Dan orang-orang yang berhijroh di jalan
Alloh setelah mereka dizholimi, pastilah Kami akan menempatkan mereka di dunia
dalam kebaikan. Dan benar-benar pahala akhirat itu lebih besar, seandainya
mereka mengetahui.”
Dan
Alloh berfirman dalam surat ini:
﴿مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ
مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ
بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴾ [النحل/97]
“Barangsiapa beramal sholih baik dia itu lelaki
ataupun perempuan dalam keadaan dia itu mukmin, pastilah Kami akan memberinya
kehidupan yang bagus, dan pastilah Kami akan membalasi mereka pahala mereka
dengan yang lebih baik daripada apa yang dulu mereka lakukan.”
Dan
berfirman dalam surat ini tentang kekasih-Nya:
﴿وَآتَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَإِنَّهُ فِي
الْآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِين﴾ [النحل/122].
“Dan Kami berikan padanya kebaikan di dunia,
dan sesungguhnya dia di Akhirat benar-benar termasuk dari orang-orang yang
sholih.”
Dan
telah terulang makna ini dalam surat (Al Nahl) ini, bukan di surat yang lain,
di empat tempat karena suatu rahasia yang bagus, karena sesungguhnya surat ini
adalah surat kenikmatan yang Alloh merinci di dalamnya pokok-pokok kenikmatan
dan cabang-cabangnya. Maka Alloh memperkenalkan pada para hamba-Nya bahwasanya
mereka akan mendapatkan di sisi-Nya di Akhirat kenikmatan yang berlipat ganda
dari yang ini, dengan kenikmatan yang tak bisa diketahui kadar perbedaannya,
dan bahwasanya kenikmatan ini (yang di dunia) adalah bagian dari kenikmatan
Alloh yang disegerakan pada mereka, dan bahwasanya mereka jika menaati-Nya, Dia
akan menambahkan untuk mereka pada kenikmatan-kenikmatan yang ini
kenikmatan-kenikmatan yang lain,
kemudian di Akhirat Dia akan mencukupi pahala amalan mereka dengan
pencukupan yang sempurna.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/2/hal. 183).
Keempat belas: orang yang bertaqwa adalah
orang yang mendapatkan hidayah
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿ذَلِكَ
الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِين﴾ [البقرة/2]
“Yang Kitab ini tiada keraguan padanya,
sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.”
Al
Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Maka setiap kali sang hamba bertaqwa pada Robbnya,
naiklah dirinya kepada hidayah yang lain, maka dia ada pada penambahan hidayah
selama dirinya ada pada penambahan taqwa. Dan setiap kali meluputkan satu
langkah dari ketaqwaan, luputlah darinya satu langkah dari hidayah sesuai dengan
kadarnya.” (“Al Fawaid”/hal. 130).
Kelima belas: pakaian taqwa lebih baik
daripada pakaian lahiriyyah
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿وَلِبَاسُ
التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ﴾ [الأعراف/26].
“Dan pakaian ketaqwaan itu lebih baik”
Al
Imam As Sa’diy rohimahulloh berkata: “… karena sesungguhnya pakaian taqwa itu lestari bersama
sang hamba, tidak lusuh dan tidak binasa. Dan dia itu adalah kecantikan hati
dan ruh. Adapun pakaian lahiriyyah, maka paling puncaknya adalah untuk menutup
aurot, di suatu waktu, atau menjadi pakaian keindahan bagi manusia, dan tidak
ada di belakang itu manfaat darinya.” (“Taisirul Karimir Rohman”/hal. 285).
Keenam belas: barangsiapa meninggalkan
sesuatu dalam rangka bertaqwa pada Alloh, maka Alloh akan memberinya sesuatu
yang lebih baik dari itu
Dari
salah seorang penduduk badui yang berkata:
أخذ بيدي رسول الله صلى الله عليه وسلم فجعل يعلمني مما علمه الله تبارك
وتعالى، وقال: «إنك لن تدع شيئا اتقاء الله جل وعز إلا أعطاك الله خيرا منه».
“Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam mengambil tanganku, lalu beliau mulai mengajariku dari apa yang
Alloh تبارك وتعالى ajarkan pada beliau. Dan
beliau bersabda: “Sesungguhnya engkau tidaklah dirimu meninggalkan
sesuatu dalam rangka bertaqwa pada Alloh عز وجل
kecuali Alloh akan memberimu dengan sesuatu yang lebih baik dari itu.” (HR. Al Imam Ahmad (20758) dan dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam
“Ash Shohihul Musnad” (1489)).
Al
Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Karena sesungguhnya barangsiapa meninggalkan sesuatu
karena Alloh, maka Alloh عز وجل akan
memberinya ganti dengan sesuatu yang lebih baik dari itu.” (“Ighotsatul
Lahfan”/hal. 47).
Ketujuh belas: keberuntungan adalah bagi
orang-orang yang bertaqwa
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿وَاتَّقُوا
الله لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴾ [البقرة/189].
“Dan bertaqwalah kalian pada Alloh agar
kalian beruntung.”
Al
Imam Abu Ja’far Ath Thobariy rohimahulloh berkata: “Alloh Yang Mahatinggi penyebutan-Nya menginginkan dengan
itu: Dan bertaqwalah kalian wahai manusia pada Alloh, dan takut dan gentarlah
kalian pada-Nya, dengan ketaatan pada-Nya terhadap kewajiban-kewajiban yang Dia
perintahkan, dan menjauhi apa yang dilarang-Nya, sehingga Kalian bisa sukses
dalam pencarian kalian apa yang ada di sisi Alloh, dan kalian mendapatkan
kekekalan di Janah-jannah-Nya, dan lestari di dalam kenikmatan-Nya.” (“Jami’ul
Bayan”/3/hal. 561).
Kedelapan belas: keselamatan dari siksaan
di dunia
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿فَانْظُرْ
كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ أَنَّا دَمَّرْنَاهُمْ وَقَوْمَهُمْ
أَجْمَعِينَ * فَتِلْكَ بُيُوتُهُمْ خَاوِيَةً بِمَا ظَلَمُوا إِنَّ فِي ذَلِكَ
لَآيَةً لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ * وَأَنْجَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا
يَتَّقُونَ﴾ [النمل/51-53].
“Maka perhatikanlah bagaimana akibat tipu
daya mereka: Kami menghancurkan mereka dan kaum mereka semuanya. Maka itulah
rumah-rumah mereka dalam keadaan telah kosong disebabkan oleh kezholiman
mereka. sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada alamat kekuasaan
Alloh bagi orang-orang yang mengetahui. Dan Kami selamatkan orang-orang yang
beriman dan senantiasa bertaqwa.”
Al
Imam Ath Thobariy rohimahulloh berkata: “Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman”
Alloh berfirman: Dan Kami selamatkan Sholih dan orang-orang yang beriman
kepadanya dari hukuman dan siksaan Kami yang Kami turunkan kepada Tsamud. “dan
senantiasa bertaqwa” Alloh berfirman: dan mereka dengan keimanan
mereka, dan pembenaran mereka kepada Sholih, mereka senantiasa berusaha melindungi
diri dari apa yang menimpa kaum mereka yaitu Tsamud, siksaan Alloh yang menimpa
mereka. maka demikian Kami akan menyelamatkan dengan dan para pengikutmu wahai
Muhammad, ketika Kami menurunkan hukuman Kami kepada orang-orang musyrik dari
kaummu di tengah-tengah mereka.” (“Jami’ul Bayan”/19/hal. 481).
Kesembilan belas: orang-orang yang bertaqwa itu aman dan tidak bersedih hati pada hari kiamat
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿فَمَنِ
اتَّقَى وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُون﴾ [الأعراف/35]
“Maka barangsiapa bertaqwa dan perbuat
perbaikan, maka mereka tidak tertimpa ketakutan dan tidak bersedih hati”
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿وَيُنَجِّي
الله الَّذِينَ اتَّقَوْا بِمَفَازَتِهِمْ لَا يَمَسُّهُمُ السُّوءُ وَلَا هُمْ
يَحْزَنُون﴾
[الزمر/61].
“Dan Alloh akan menyelamatkan orang-orang
yang bertaqwa dengan ketetapan keberuntungan mereka, mereka tidak tertimpa
kejelekan dan mereka tidak bersedih hati.”
Al Imam
Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Firman Alloh “Dan Alloh akan menyelamatkan orang-orang
yang bertaqwa dengan ketetapan keberuntungan mereka” yaitu: ketetapan
yang telah lalu akan kebahagiaan dan keberuntungan untuk mereka di sisi Alloh,
“mereka tidak tertimpa kejelekan” yaitu: pada hari Kiamat, “dan
mereka tidak bersedih hati” yaitu: mereka tidak dibikin sedih oleh hari
Kejutan Yang Terbesar, bahkan mereka itu aman dari segala kejutan, terjauhkan
dari segala kejelekan, diharapkan untuk mereka segala kebaikan.” (“Tafsirul
Qur’anil ‘Azhim”/7/hal. 111).
Kedua puluh: taqwa adalah bekal terbaik
yang menyampaikan kepada Alloh dan kenikmatan abadi
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى﴾
[البقرة/197]
“Dan berbekallah, karena sesungguhnya
bekal terbaik adalah taqwa.”
Al
Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Alloh memerintahkan para jamaah haji untuk berbekal demi
perjalanan mereka, dan jangan bepergian tanpa bekal. Kemudian Dia mengingatkan
mereka akan bekal perjalanan ke Akhirat, yaitu taqwa. Maka sebagaimana musafir
tak bisa sampai kepada maksudnya kecuali dengan bekal yang menyampaikannya
kesitu, maka demikian pula orang yang berjalan ke Alloh dan negri Akhirat tidak
akan sampai kecuali dengan bekal taqwa. Maka dia mengumpulkan dua macam
perbekalan.” (“Ighotsatul Lahfan”/hal. 58).
Kedua puluh satu: keselamatan saat
melewati Shiroth
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿وَإِنْ
مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا * ثُمَّ
نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا﴾ [مريم/71،
72]
“Dan tiada seorangpun dari kalian kecuali
akan melewati Jahannam itu. Itu merupakan kewajiban atas Robbmu yang pasti akan
ditunaikan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan Kami
akan biarkan orang-orang zholim di dalamnya dalam keadaan berlutut.”
Al Imam
Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Firman Alloh: “Kemudian Kami akan menyelamatkan
orang-orang yang bertaqwa” yaitu: jika seluruh makhluq telah lewat di
atas neraka, dan telah jatuh ke dalamnya orang-orang yang jatuh dari kalangan
orang-orang kafir dan pendurhaka, sesuai dengan
kadar mereka, Alloh ta’ala akan menyelamatkan orang-orang yang beriman
dan bertaqwa dari Neraka sesuai dengan amalan mereka. maka proses lewatnya
mereka di atas Shiroth, dan kecepatan mereka itu dengan kadar amalan mereka
saat dulu dunia. Kemudian para pelaku dosa dari kalangan mukminin akan diberi
syafaat, …” dst. (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/5/hal. 256).
Kedua puluh dua: orang-orang bertaqwa
adalah delegasi yang terhormat yang menghadap Alloh pada Hari Kiamat
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿يَوْمَ
نَحْشُرُ الْمُتَّقِينَ إِلَى الرَّحْمَنِ وَفْدًا * وَنَسُوقُ الْمُجْرِمِينَ
إِلَى جَهَنَّمَ وِرْدًا﴾ [مريم/85، 86].
“Pada hari Kami menggiring orang-orang
yang bertaqwa menuju kepada Ar Rohman sebagai delegasi, dan Kami menggiring
orang-orang yang jahat menuju ke Jahannam dalam keadaan haus.”
Al Imam
As Sa’diy rohimahulloh berkata: “Alloh ta’ala mengabarkan tentang perbedaan dua kelompok:
orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang jahat, dan bahwasanya
orang-orang yang bertaqwa kepada Alloh itu –dengan menghindari syirik, bid’ah
dan ma’shiyyat- Alloh akan mengumpulkan mereka ke tempat perhentian Kiamat
dengan dimuliakan, dibanggakan dan dihormati, dan bahwasanya tempat kembali
mereka adalah Ar Rohman, tujuan mereka adalah Al Mannan. Mereka sebagai
delegasi-delegasi kepada Alloh. Telah diketahui bersama bahwa delegasi itu
haruslah di hatinya ada harapan, dan dugaan yang bagus terhadap pihak yang
dikunjungi. Maka orang-orang yang bertaqwa itu mengunjungi Ar Rohman dalam
keadaan berharap dari-Nya rohmat-Nya dan keluasan kebaikan-Nya, dan
keberuntungan dengan pemberian-Nya di negri keridhoan-Nya. Dan yang demikian
itu disebabkan oleh amalan taqwa yang mereka kerjakan, dan mereka mengikuti
perkara-perkara yang diridhoi-Nya, dan bahwasanya Alloh telah berjanji pada
mereka dengan pahala itu melalui lisan para Rosul-Nya. Maka mereka bergerak ke arah
Robb mereka dengan ketenangan hati dan kepercayaan akan karunia-Nya.
Adapun
orang-orang yang jahat, maka sungguh mereka digiring ke Jahannam dalam keadaan
haus, yaitu: dahaga. Dan ini adalah keadaan yang paling buruk, mereka digiring
dengan kehinaan, kerendahan ke penjara terbesar dan hukuman yang paling
mengerikan, yaitu Jahannam, dalam keadaan mereka haus, capek, minta bantu tapi
tidak dibantu, mereka berdoa tapi tidak dikabulkan, dan minta syafaat tapi
tidak diberi syafaat.” (“Taisirul karimir Rohman”/hal. 500).
Keduapuluh tiga: masuk Jannah
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿لَكِنِ
الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نُزُلًا مِنْ عِنْدِ الله وَمَا عِنْدَ الله خَيْرٌ
لِلْأَبْرَار﴾ [آل عمران: 198].
“Akan tetapi orang-orang yang bertaqwa
kepada Robb mereka, mereka akan mendapatkan Jannah-jannah yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, sebagai
hidangan dari sisi Alloh bagi para tamu, dan apa yang di sisi Alloh itu lebih
baik bagi orang-orang yang berbakti.”
Alloh
subhanah juga berfirman:
﴿جَنَّاتُ
عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ لَهُمْ فِيهَا مَا
يَشَاءُونَ كَذَلِكَ يَجْزِي الله الْمُتَّقِينَ﴾ [النحل/30، 31].
“Yaitu Jannah-jannah ‘Aden yang mereka
memasukinya, yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka di dalamnya akan
mendapatkan apapun yang mereka inginkan. Demikianlah Alloh membalas orang-orang
yang bertaqwa.”
Keduapuluh empat: mendapatkan ridho Alloh
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿قُلْ
أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ
جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ
مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ الله وَالله بَصِيرٌ بِالْعِبَاد﴾ [آل عمران:
15].
“Katakanlah: maukah kalian untuk kukabari
dengan yang lebih baik dari yang demikian itu? Bagi orang-orang yang bertaqwa
di sisi Robb mereka Jannah-jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya, dan istri-istri yang disucikan, dan keridhoan dari
Alloh. Dan Alloh itu Maha Melihat para hamba-Nya.”
Keduapuluh lima: orang yang paling mulia
adalah orang yang paling bertaqwa
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ الله أَتْقَاكُم﴾ [الحجرات/13].
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di
sisi Alloh adalah orang yang paling bertaqwa di antara kalian.”
Al
Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Yaitu: Kalian itu berbeda-beda keutamaannya di sisi
Alloh hanyalah dengan taqwa, bukan dengan derajat kebangsawanan.” (“Tafsirul
Qur’anil ‘Azhim”/7/hal. 386).
Dari Abu
Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata:
قيل: يا رسول
الله من أكرم الناس؟ قال: «أتقاهم».
Ditanyakan: “Wahai Rosululloh, siapakah orang yang
paling mulia?” Beliau menjawab: “Orang yang paling bertaqwa di antara mereka.” (HR. Al Bukhoriy (3353) dan Muslim (6311)).
Masih
tersisa banyak keutamaan taqwa, dan masih tersisa banyak dari keutamaan puasa
Romadhon. Dan yang telah saya sebutkan itu cukup sebagai pelajaran dan dorongan
dengan seidzin Alloh.
Dengan
ini kita mengetahui bahwasanya Alloh itu mensyariatkan puasa Romadhon untuk
para hamba-Nya adalah demi kemaslahatan mereka sendiri di dunia dan Akhirat
mereka. Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata:
“Syari’ah itu dasar dan asasnya ada di atas hikmah dan maslahah para hamba
dalam kehidupan dunia dan akhirat. Syari’ah ini semuanya adil, rohmah,
maslahah, dan hikmah. Maka semua masalah yang keluar dari keadilan kepada
kezholiman, dari rohmah kepada lawannya, dari maslahah kepada mafsadah, dan
dari hikmah kepada kesia-siaan, maka itu bukanlah bagian dari syari’ah.”
(“I’lamul Muwaqqi’in”/3/hal. 5).
Bersamaan dengan fenomena yang bagus ini –yaitu
terdorongnya Muslimin untuk berpuasa Romadhon dan beramal kebajikan yang
lainnya di bulan ini- kita mendapati sebagian orang meninggalkan sholat lima
waktu dalam keadaan mereka berpuasa. Dan ini adalah perkara yang berbahaya
karena perbuatan meninggalkan sholat lima waktu tadi merupakan sebab kerugian yang
sangat besar.
Pasal: Empat Puluh Tiga Kerugian Menyia-nyiakan Sholat Lima Waktu
Barangsiapa meninggalkan sholat lima waktu, maka dia
terancam kerugian yang sangat besar, di antaranya adalah:
Pertama: orang yang
meninggalkan sholat itu berada dalam kebodohan yang sangat dalam terhadap agungnya
nilai sholat
Sesungguhnya sholat itu adalah awal kewajiban dalam
peribadatan, sebagaimana dalam hadits Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma :
لما بعث النبي صلى الله عليه وسلم معاذاً نحو اليمن قال له: «إنك تقدم
على قوم من أهل الكتاب، فليكن أول ما تدعوهم إلى أن يوحِّدوا الله تعالى، فإذا
عرفوا ذلك فأخبرهم أن الله فرض عليهم خمس صلوات في يومهم وليلتهم» الحديث.
“Bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam
ketika mengutus Mu’adz rodhiyallohu ‘anh untuk
berdakwah di Yaman, beliau bersabda: “Sesungguhnya engkau akan mendatangi
suatu kaum dari Ahli Kitab, maka hendaknya yang pertama kali engkau seru mereka
kepadanya adalah agar mereka mentauhidkan Alloh ta’ala. Maka jika mereka telah
mengetahui itu, maka kabari mereka bahwasanya Alloh mewajibkan mereka lima sholat di siang dan malam mereka…” (HR. Al Bukhoriy (1458) dan Muslim (132)).
Dan dari Abu Malik Al Asyja’iy, dari ayahnya yang
berkata:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أسلم الرجل كان أول ما يعلمنا
الصلاة، أو قال: «علِّمه الصلاة».
“Dulu Rosululloh shollallohu
‘alaihi wasallam jika ada orang yang masuk Islam, maka yang pertama
kali beliau ajarkan pada kita adalah sholat, atau beliau berkata: “Ajarilah
dia sholat.”” (HR. Al Bazzar (2765) dan dishohihkan
oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa Fish Shohihain” no. (893)).
Dan
Alloh sendirilah yang mengurusi langsung pewajibannya dengan mengangkat
Nabi-Nya dan kekasih-Nya shollallohu ‘alaihi
wasallam ke atas langit yang tujuh, lalu Dia mewajibkan
pada beliau dan pada umatnya lima sholat. Dalil-dalil tentang itu telah
diketahui.
Syaikhul
Islam rohimahulloh berkata: “Sholat itu adalah awal
ibadah yang Alloh wajib. Dan sholat lima waktu itu Alloh sendirilah yang mengurusi langsung pewajibannya dengan
mengajak bicara Rosul-Nya pada malam Mi’roj.” (“Majmu’ul Fatawa”/3/hal. 428).
Al
Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh menyebutkan beberapa kekhususan sholat: “… dan karena Alloh itu
mewajibkan sholat di langit pada malam Mi’roj.” (“Ash Sholah Wa Hukmu
Tarikiha”/hal. 22/Darul Imam Ahmad).
Dan
ini semua menunjukkan agungnya nilai sholat di sisi Alloh, dalam keadaan Dia
Mahakaya dan Maha Terpuji. Sedangkan orang yang meninggalkan sholat itu berada
dalam kebutaan.
Kedua: orang yang meninggalkan sholat itu
telah memutuskan hubungan antara dirinya dengan Robbnya عز وجل
Sesungguhnya
sholat itu adalah hubungan antara hamba dengan Robbnya. Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang
berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«قال
الله تعالى: قسمت الصلاة بيني وبين عبدي نصفين، ولعبدي ما سأل، فإذا قال العبد:
﴿الحمد لله رب العالمين﴾، قال الله تعالى: حمدني عبدي، وإذا قال: ﴿الرحمن الرحيم﴾،
قال الله تعالى: أثنى علي عبدي، وإذا قال: ﴿مالك يوم الدين﴾، قال: مجدني عبدي -
وقال مرة: فوّض إلي عبدي - فإذا قال: ﴿إياك نعبد وإياك نستعين﴾ قال: هذا بيني وبين
عبدي، ولعبدي ما سأل، فإذا قال: ﴿اهدنا الصراط المستقيم صراط الذين أنعمت عليهم
غير المغضوب عليهم ولا الضالين﴾ قال: هذا لعبدي ولعبدي ما سأل». (أخرجه مسلم
(395)).
“Alloh ta’ala berfirman: “Aku membagi sholat antara
diri-Ku dan antara hamba-Ku menjadi dua bagian, dan hamba-Ku akan mendapatkan
apa yang dimintanya. Jika hamba itu berkata: “Segala pujian adalah milik Alloh
Robb semesta alam”, Alloh ta’ala berfirman: “Hamba-Ku memuji-Ku.” Jika dia
berkata: “Yang Maha Luas Rohmat-Nya dan Maha mengasihi hamba-Nya”, Alloh ta’ala
berfirman: “Hamba-Ku menyanjung-Ku.” Jika hamba itu berkata: “Yang menguasai
Hari Pembalasan”, Alloh ta’ala berfirman: “Hamba-Ku mengagungkan-Ku.” –atau
berkata: “Hamba-Ku menyerahkan diri kepada-Ku,” Jika hamba itu berkata: “Hanya
kepada-Mu sajalah kami beribadah, dan hanya kepada-Mu sajalah kami mohon
pertolongan”, Alloh ta’ala berfirman: “Ini adalah antara diri-Ku dan antara
hamba-Ku, dan hamba-Ku akan mendapatkan apa yang dimintanya.” Jika hamba itu
berkata: “Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang
Engkau beri nikmat pada mereka, bukan jalan orang-orang yang dimurkai, dan bukan
pula jalan orang-orang yang tersesat”, Alloh ta’ala berfirman: “Ini adalah
untuk hamba-Ku, dan hamba-Ku akan mendapatkan apa yang dimintanya.” (HR.
Muslim (395)).
Al
Imam Ibnu Rojab rohimahulloh berkata:
“Dan sholat adalah hubungan antara hamba dengan Robbnya, karena orang yang
sholat itu sedang berbisik-bisik dengan Robbnya.” (“Fathul Bari”/karya Ibnu
Rojab/3/hal. 292).
Jika
demikian, maka wajib bagi hamba untuk menjaga hubungan yang paling agung ini.
Alloh ta’ala berfirman:
﴿حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا الله
قَانِتِين﴾ [البقرة/238].
“Jagalah sholat-sholat, dan jagalah sholat
pertengahan (sholat Ashr), dan berdirilah untuk Alloh dengan taat dan tenang.”
Al
Munawiy rohimahulloh berkata: “Sholat adalah
hubungan antara hamba dengan Robbnya, dan jika demikian, maka wajib bagi hamba
untuk khusyu’ di dalamnya, …” (“Faidhul Qodir”/3/hal. 113).
Orang
yang meninggalkan sholat itu itu telah memutuskan hubungan ini, dalam keadaan
dia di puncak keperluan kepada Robbnya. Alloh ta’ala berfirman:
﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى الله وَالله
هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ﴾ [فاطر/15]
“Wahai para manusia, kalian itulah yang sangat perlu
kepada Alloh, dan Alloh itu Mahakaya dan Maha Terpuji.”
Al Imam
Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Yaitu: mereka perlu kepada-Nya di seluruh gerakan dan
sikap diam. Dan Alloh itu secara mutlak tidak perlu pada mereka.” (“Tafsirul
Qur’anil ‘Azhim”/6/hal. 541).
Ketiga: Orang
yang meninggalkan sholat itu itu tidak mau mendekat pada Robbnya عز وجل , maka setan itu yang menjadi
teman dekatnya
Sesungguhnya
mukmin itu setiap kali semakin bertambah pengetahuannya tentang Alloh,
bertambahlah kecintaannya pada Alloh, dan bertambahlah pendekatan dirinya
kepada-Nya dengan beraneka ragam ibadah yang disyariatkan, sebagaimana kata Syaikhul
Islam rohimahulloh : “Sesungguhnya hamba itu
setiap kali bertambah penelitiannya, bertambahlah kecintaannya pada Alloh,
ibadahnya dan ketaatannya untuk-Nya, dan bertambahlah keberpalingannya dari
ibadah pada yang lain, kecintaannya pada yang lain, dan ketaatannya pada yang
lain.” (“Majmu’ul Fatawa”/10/hal. 218).
Dan
Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam telah
menjadikan sholat sebagai pendekatan diri kepada Alloh, sebagaimana dalam
hadits Jabir rodhiyallohu ‘anh yang berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «يا كعب بن عجرة الصوم جنة، والصدقة
تطفئ الخطيئة، والصلاة قربان -أو قال: برهان».
Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda (pada Ka’b): “Wahai Ka’b bin ‘Ujroh, puasa itu perisai,
shodaqoh itu memadamkan kesalahan, sholat adalah pendekatan diri –atau beliau
bersabda: bukti.” (HR. Al Imam Ahmad (14481) dan dihasankan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa
Fish Shohihain” no. (898)).
Dan
jika hamba mendekatkan diri kepada Alloh, Alloh akan mendekat kepadanya lebih
banyak dan lebih bagus dari amalannya tadi. Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh dari Nabi shollallohu ‘alaihi
wasallam yang bersabda:
«قال الله عز وجل: إذا تقرب عبدي مني شبرا تقربت منه ذراعا، وإذا
تقرب مني ذراعا تقربت منه باعا - أو بوعا -، وإذا أتاني يمشي أتيته هرولة».
“Alloh عز وجل
berfirman: Jika hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, Aku akan
mendekatinya sehasta. Jika hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, Aku
akan mendekatinya sedepa. Jika dia mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan
mendatanginya dengan lari-lari kecil.” (HR. Al Bukhoriy (7537) dan
Muslim (2675)).
Adapun orang
yang meninggalkan sholat, dia itu menjauh dari Robbnya عز وجل
, maka jadilah setan sebagai walinya dan teman akrabnya. Maka kembalinya urusan
dia adalah kepada siksaan yang menghinakan. Alloh ta’ala berfirman:
﴿ وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ
شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ * وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ
وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ * حَتَّى إِذَا جَاءَنَا قَالَ يَا لَيْتَ
بَيْنِي وَبَيْنَكَ بُعْدَ الْمَشْرِقَيْنِ فَبِئْسَ الْقَرِينُ * وَلَنْ
يَنْفَعَكُمُ الْيَوْمَ إِذْ ظَلَمْتُمْ أَنَّكُمْ فِي الْعَذَابِ مُشْتَرِكُونَ﴾ [الزخرف/36-39].
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan Ar
Rohman, Kami akan kuasakan untuknya setan, maka setan itu menjadi teman seiring
baginya. Dan sesungguhnya mereka benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang
lurus, dan mereka mengira bahwasanya mereka itu mendapatkan petunjuk. Sampai
jika dia datang pada Kami dia berkata: “Aduh, andaikata antara diriku dan
dirimu adalah sejauh antara barat dan timur.” Maka setan itu adalah teman
seiring yang paling jelek. Dan tidak bermanfaat bagi kalian pada hari ini perserikatan
kalian, karena kalian telah berbuat zholim.”
Keempat: orang
yang meninggalkan sholat itu tidak bersyukur kepada Alloh
Telah
lewat penjelasan bahwasanya seluruh syariat Alloh itu faidahnya dan manfaatnya
kembali kepada kemaslahatan para hamba sendiri, dan bukan demi keperluan Robb عز وجل .
bersamaan dengan itu Alloh telah meringankannya untuk umat Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam yang
dirohmati ini, sehingga Alloh menjadikan agama ini mudah. Alloh ta’ala
berfirman:
﴿يُرِيدُ الله بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ﴾ [البقرة/185]
“Alloh menginginkan untuk kalian kemudahan, dan
tidak ingin kesulitan untuk kalian.”
Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh dari Nabi shollallohu ‘alaihi
wasallam yang bersabda:
«إن الدين يسر، ولن يشادّ الدين أحد إلا غلبه. فسددوا وقاربوا
وأبشروا واستعينوا بالغدوة والروحة وشيء من الدلجة».(أخرجه
البخاري (39)).
“Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidaklah ada
orang beradu keras dengan agama ini kecuali agama ini akan mengalahkannya. Maka
bersikap luruslah, mendekatlah pada kelurusan, bergembiralah, dan manfaatkanlah
waktu pagi, sore, dan sedikit dari awal malam.” (HR. Al
Bukhoriy (39)).
Demikian
pula penyariatan sholat lima waktu, telah diringankan dari lima puluh hingga
menjadi lima saja. Dari Anas rodhiyallohu ‘anh dalam
kisah Mi’roj, dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
«ففرض الله علي خمسين صلاة، فرجعت بذلك حتى أمرّ بموسى، فقال موسى:
ما الذي فرض على أمتك؟ قلت: فرض عليهم خمسين صلاة. قال: فراجع ربك فإن أمتك لا
تطيق ذلك. فرجعت فراجعت ربي، فوضع شطرها. فرجعت إلى موسى، فقال: راجع ربك. فذكر
مثله فوضع شطرها، فرجعت إلى موسى فأخبرته، فقال: راجع ربك فإن أمتك لا تطيق ذلك.
فرجعت فراجعت ربي فقال: هي خمس وهي خمسون، لا يبدل القول لدي فرجعت إلى موسى، فقال:
راجع ربك. فقلت: قد استحييت من رب». (أخرجه البخاري
(3342) ومسلم (433)).
“Maka Alloh mewajibkan kepadaku lima puluh sholat.
Maka aku kembali dengan membawa itu hingga aku melewati Musa. Maka Musa
bertanya: “Apa yang diwajibkan kepada umatmu?” aku menjawab: “Diwajibkan pada
mereka lima puluh sholat.” Maka beliau berkata: “Mohonlah penawaran kepada
Robbmu, karena umatmu tak akan sanggup mengerjakannya.” Maka aku kembali dan
melakukan penawaran pada Robbku, maka Dia mengurangi separuhnya. Lalu aku
kembali kepada Musa. Dia berkata: “Mohonlah
penawaran kepada Robbmu” lalu beliau menyebutkan yang seperti itu, maka Alloh
mengurangi separuhnya. Lalu aku kembali kepada Musa dan mengabarinya. Dia
berkata: “Mohonlah penawaran kepada
Robbmu, karena umatmu tak akan sanggup mengerjakannya.” Maka aku kembali dan
melakukan penawaran pada Robbku, maka Dia berfirman: “Lima sholat saja. Dan dia
itu bernilai lima puluh. Ketetapan di sisi-Ku tak akan dirubah lagi. Lalu aku
kembali kepada Musa. Dia berkata: “Mohonlah
penawaran kepada Robbmu.” Maka aku menjawab: “Aku telah malu kepada Robbku.” (HR. Al
Bukhoriy (3342) dan Muslim (433)).
Lihatlah:
dulu sholat wajib pada umat Musa عليه السلام lima
puluh sholat sebagaimana telah dikenal bersama, lalu diperingan untuk umat ini
sebagai rohmat untuk mereka, sehingga menjadi lima sholat saja. Dan pahalanya
adalah lima puluh sholat di sisi Alloh sebagai karunia dan kedermawanan
dari-Nya.
Perkara
ini mendatangkan syukur bagi orang-orang yang berakal dan pandai bersyukur.
Adapun menurut orang yang meninggalkan sholat, maka tidak demikian. Barangkali
jika mereka ada di posisi yang agung itu pada malam Mi’roj, mereka tidak malu
untuk berkata: “Wahai Robb, kurangilah dari lima sholat menjadi nol sama
sekali!”
Zaid
bin Tsabit rodhiyallohu ‘anhuma berkata:
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam
bersabda:
«إن الله عز وجل لو عذب أهل السماء والأرض عذبهم وهو غير ظالم ولو
رحمهم كانت رحمته إياهم خيرا لهم من أعمالهم ولو أن لامرئ مثل أحد ذهبا ينفقه في
سبيل الله حتى ينفده لا يؤمن بالقدر خيره وشره دخل النار».
“Sesungguhnya Alloh عز وجل jika
menyiksa penduduk langit dan bumi, Dia akan menyiksa dalam keadaan Dia tidak
menzholimi mereka. dan seandainya Dia merohmati mereka, pastilah rohmat-Nya itu
lebih baik untuk mereka daripada harta-harta mereka. seandainya ada orang punya
emas sebesar gunung Uhud, lalu dia menginfaqkannya di jalan Alloh hingga
menghabiskannya, tapi dia tidak beriman pada taqdir baiknya dan buruknya, dia
akan masuk Neraka.” (HR. Ahmad (5/hal. 185) dan Ath Thobroniy dalam
“Musnadusy Syamiyyin” (1962), dan dihasankan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam
“Al Jami’ush Shohih” no. (416)).
Al
Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Dan penjelasannya sebagai berikut:
bahwasanya bersyukur pada Alloh Yang Mahasuci adalah kewajiban mereka, dikarenakan
Dia adalah yang mengatur dan memberi mereka seluruh keperluan mereka, dan juga
karena mereka adalah hamba-Nya dan budak-Nya. Dan yang demikian itu
mengharuskan mereka untuk mengenal-Nya, mengagungkan-Nya, mentauhidkan-Nya,
mendekatkan diri kepada-Nya, dengan pendekatan seorang hamba yang mencintai,
yang berbolak-balik dalam kenikmatan-Nya, dan dia tidak mungkin untuk tidak perlu
pada-Nya sekejap matapun. Hamba ini senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya
dengan kerja kerasnya, mencurahkan segenap kemampuannya untuk itu, dan
menyekutukan dengan-Nya sesuatu apapun, lebih mengutamakan ridho Tuannya di
atas keinginannya dan hawa nafsunya. Bahkan dia tak punya hawa nafsu ataupun
keinginan kecuali dalam perkara yang diinginkan dan dicintai oleh Tuannya. Dan
ini menuntut adanya ilmu, amal, keinginan, dan keperluan yang tidak ditentang
oleh yang lain, dan tidak tersisa untuknya bersama dengan itu keberpalingan
kepada yang selain-Nya dari satu sisipun.
Dan
telah diketahui bahwasanya tabiat manusia itu tidak mencukupi untuk itu (untuk
memurnikan pengabdian pada Alloh) dan hak-hak Robb ta’ala secara mutlak, dan
bahwasanya Alloh itu berhak untuk disembah lebih besar daripada hak-Nya, karena
kebaikan-Nya. Dialah Alloh yang berhak mendapatkan puncak ibadah, ketundukan,
dan kehinaan karena Dzat-Nya, karena kebaikan-Nya dan karena kenikmatan-Nya.
–sampai pada ucapan beliau:- dan termasuk dari kedermawanan-Nya dan rohmat-Nya
adalah: Dia rela mendapatkan dari para hamba-Nya ibadah yang lebih ringan
daripada yang seharusnya untuk Dia diibadahi, dan hak-Nya secara dzat-Nya dan
kebaikan-Nya. Maka kenyataan ibadah mereka tak bisa dibandingkan kepada apa
yang menjadi hak Alloh dari satu sisipun. Maka tidak mencukupi mereka selain
maaf Alloh untuk mereka. Dan Dia Yang Mahasuci lebih tahu tentang diri mereka
daripada mereka sendiri. Maka seandainya Alloh menyiksa mereka, dia pasti
menyiksa mereka dengan apa yang diketahui-Nya dari mereka, sekalipun mereka
tidak mengetahuinya. Seandainya Alloh menyiksa mereka sebelum Dia mengutus para
Rosul-Nya kepada mereka berdasarkan amalan mereka, tidaklah Dia itu menzholimi
mereka, sebagaimana Dia tidak menzholimi mereka dengan kemurkaannya kepada
mereka sebelum Dia mengutus Rosul-Nya kepada mereka, disebabkan oleh kekufuran,
kesyirikan dan keburukan mereka, karena Dia Yang Mahasuci melihat kepada
penduduk bumi, maka dia memurkai mereka, yang arobnya ataupun yang ajamnya,
kecuali sisa-sisa Ahli Kitab([2]). Akan
tetapi Alloh mewajibkan terhadap dirinya sendiri karena telah menetapkan
terhadap dirinya untuk memberikan rohmah, bahwasanya diri-Nya tidak menyiksa
seorangpun kecuali setelah tegaknya hujjah terhadapnya dengan risalah-Nya.
Rahasia masalah ini adalah:
manakala kewajiban mensyukuri Dzat yang memberi nikmat itu adalah sesuai dengan
kadar Sang Pemberi dan kadar kenikmatan-Nya, dan tiada seorangpun yang sanggup
melakukan itu, maka Alloh punya hak terhadap setiap orang, dan Dia berhak untuk
menuntutnya. Jika Dia tidak mengampuni dan merohmatinya, Dia berhak
menyiksanya. Maka keperluan mereka kepada ampunan, rohmat dan maaf-Nya itu
seperti keperluan mereka kepada penjagaan-Nya, pemeliharaan-Nya dan rizqi-Nya.
Seandainya Dia tidak menjaga mereka pastilah mereka binasa. Jika Dia tidak
memberi mereka rizqi pastilah mereka binasa. Jika Dia tidak mengampuni dan
merohmati mereka pastilah mereka binasa dan rugi. Oleh karena itu ayah mereka
Adam dan ibu mereka Hawwa berkata:
﴿رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا
وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ﴾.
“Wahai Robb kami, kami telah menzholimi diri kami.
Jika engkau tidak mengampuni dan merohmati kami, pastilah kami menjadi termasuk
orang-orang yang merugi.”
(“Syifaul ‘Alil”/bab enam belas/hal. 18).
Penjelasan
ini cukup untuk menggerakkan manusia untuk bersyukur kepada Alloh. Akan tetapi
orang-orang yang meninggalkan sholat, hawa nafsu mereka telah menyesatkan
mereka sehingga mereka mengkufuri nikmat Alloh, sehingga mereka berhak untuk
disiksa. Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ﴾
[إبراهيم/7].
“Dan ingatlah ketika Robb kalian mengumumkan: jika
kalian bersyukur pastilah Aku akan menambahi untuk kalian. Tapi jika kalian
kufur, maka sungguh siksaan-Ku itu benar-benar keras.”
Dan
Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَضَرَبَ الله مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً
يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ الله
فَأَذَاقَهَا الله لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُون﴾
[النحل/112].
“Dan Alloh membuat permisalan suatu kota yang
dulunya aman tentram, rizqinya mendatanginya dengan banyak dari segenap tempat,
lalu kota itu mengkufuri kenikmatan-kenikmatan Alloh, maka Alloh menjadikannya
merasakan pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan oleh apa yang mereka
perbuat.”
Kelima: luput dari orang yang meninggalkan sholat
persaksian para malaikat pada waktu sholat
Sesungguhnya
para malaikat itu menyaksikan sholat-sholat Muslimin, dan di dalam yang
demikian itu ada keberkahan-keberkahan bagi orang-orang yang sholat. Maka barangsiapa
meninggalkan sholat, luputlah darinya kebaikan yang banyak.
Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Nabi shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«يتعاقبون فيكم ملائكة بالليل وملائكة بالنهار، ويجتمعون في صلاة
الفجر وصلاة العصر. ثم يعرج الذين باتوا فيكم فيسألهم ربهم وهو أعلم بهم: كيف
تركتم عبادي؟ فيقولون: تركناهم وهم يصلون، وأتيناهم وهم يصلون».
“Para malaikat di waktu malam dan
malaikat di waktu siang mendatangi kalian silih berganti, dan mereka berkumpul
di sholat shubuh dan ashr. Kemudian naiklah malaikat yang bermalam di antara
kalian, lalu Robb mereka menanyai mereka padahal Dia lebih tahu tentang mereka:
“Bagaimana kalian tinggalkan para hamba-Ku?” mereka menjawab: “Kami
meninggalkan mereka dalam keadaan mereka sholat, dan Kami mendatangi mereka
dalam keadaan mereka sholat.” (HR. Al Bukhoriy (3228) dan Muslim
(1464)).
Dari
Amr bin Abasah As Sulamiy rodhiyallohu ‘anh bahwasanya dia berkata pada Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam : “Kabarilah saya tentang sholat. Maka beliau bersabda:
«صل صلاة الصبح، ثم أقصر عن الصلاة حتى تطلع الشمس حتى ترتفع،
فإنها تطلع حين تطلع بين قرني شيطان، وحينئذ يسجد لها الكفار. ثم صل فإن الصلاة
مشهودة محضورة، حتى يستقل الظل بالرمح ثم أقصر عن الصلاة، فإن حينئذ تسجر جهنم.
فإذا أقبل الفيء فصل، فإن الصلاة مشهودة محضورة، حتى تصلى العصر ...». (أخرجه مسلم (1967)).
“Kerjakanlah sholat shubuh, kemudian berhentilah
sholat hingga matahari terbit hingga meninggi, karena sesungguhnya dia itu
terbit di antara dua tanduk setan, dan ketika itu orang-orang kafir sujud untuk
matahari. Kemudian sholatlah karena sesungguhnya sholat tersebut disaksikan dan
dihadiri, hingga bayangan menyendiri sepanjang satu tombak. Kemudian hentikan
sholat, karena saat itu Jahannam dinyalakan. Jika kecondongan bayangan telah
datang lagi (ke arah timur) maka sholatlah karena sesungguhnya sholat tersebut
disaksikan dan dihadiri, hingga engkau sholat Ashr …” (HR.
Muslim (1967)).
Keenam: orang yang meninggalkan sholat tidak
mendapatkan besarnya kegembiraan Alloh terhadap orang yang datang ke masjid
untuk sholat
Sesungguhnya
Alloh itu sangat bergembira dengan kedatangan hamba-Nya ke masjid untuk sholat.
Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«لا يتوضأ أحد فيحسن وضوءه ويسبغه، ثم يأتي المسجد، لا يريد إلا
الصلاة فيه، إلا تبشبش الله به كما يتبشبش أهل الغائب بطلعته».
“Tidaklah ada satu orang yang berwudhu dan
memperbagus wudhunya dan menyempurnakannya, lalu dia mendatangi masjid, tidak
menginginkan kecuali sholat di situ, kecuali Alloh menyambutnya dengan gembira
sebagaimana orang yang ditinggal pergi menyambut gembira kedatangan orang itu.” (HR. Al
Imam Ahmad (8051) dan dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam
“Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa Fish Shohihain” no. (838)).
Ibnul
Atsir rohimahulloh berkata: Basysy adalah kegembiraan sahabat dengan
sahabatnya, kelembutan dalam meminta, menghadapkan diri kepadanya. Ungkapan: (وقد بششت به أبشّ). Ini adalah permisalan
untuk penerimaan orang itu dengan kebaikannya, mendekatkannya pada dirinya, dan
memuliakannya.” (“An Nihayah Fi Ghoribil Atsar”/hal. 334).
Sifat
tabasybusy (التبشبش) itu tetap untuk Alloh,
sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya. Dan keutamaan itu tadi tidak dicapai
oleh orang yang meninggalkan sholat.
Ketujuh: Alloh membanggakan di hadapan
malaikat dengan orang yang menanti sholat seusai sholat. Dan ini tidak
didapatkan oleh orang yang meninggalkan sholat
Sesungguhnya
orang itu sangat gembira jika para pembesar membanggakan dirinya di hadapan
para sahabatnya. Maka bagaimana jika dia dibanggakan oleh Robb alam semesta di
hadapan para malaikat? Dari Abdulloh bin Amr rodhiyallohu
‘anhma yang berkata:
صلينا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم المغرب فعقّب من عقّب، ورجع من رجع،
فجاء صلى الله عليه و سلم وقد كاد يحسر ثيابه عن ركبتيه فقال: «أبشروا معشر
المسلمين، هذا ربكم قد فتح بابا من أبواب السماء يباهي بكم الملائكة، يقول: هؤلاء
عبادي قضوا فريضة وهم ينتظرون أخرى».
“Kami sholat bersama Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam mahgrib,
lalu duduklah orang yang duduk, dan pulanglah orang yang pulang. Lalu datanglah
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam dan hampir-hampir
bajunya tersingkap dari kedua lutut beliau. Lalu beliau bersabda: “Bergembiralah
wahai Muslimun, ini Robb kalian telah membuka salah satu pintu langit
membanggakan kalian di hadapan para malaikat. Alloh berfirman: Mereka adalah
para hamba-Ku, mereka telah menunaikan satu kewajiban dan sedang menunggu
kewajiban yang lain.” (HR. Al Imam Ahmad (6750) dan dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih” no. (868)).
Orang
yang meninggalkan sholat tidak mendapatkan keutamaan ini.
Kedelapan: luput dari orang yang
meninggalkan sholat pahala-pahala yang agung
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿وَالْمُقِيمِينَ الصَّلَاةَ وَالْمُؤْتُونَ الزَّكَاةَ
وَالْمُؤْمِنُونَ بِالله وَالْيَوْمِ الْآخِرِ أُولَئِكَ سَنُؤْتِيهِمْ أَجْرًا
عَظِيمًا﴾ [النساء/162].
“Dan orang-orang yang menegakkan sholat,
orang-orang yang membayar zakar, dan orang-orang yang beriman pada Alloh dan
Hari Akhir, mereka itu akan Kami beri pahala yang agung.”
Jika
pahala dua rekaat fajar saja lebih baik daripada dunia seisinya, sebagaimana
hadits ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anhا
bahwasanya Nabi shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«ركعتا الفجر خير من الدنيا وما فيها».
“Dua rekaat fajar itu lebih baik daripada dunia
seisinya.” (HR. Muslim (1721)),
Maka
bagaimana dengan sholat malam yang dia itu lebih utama daripada dua
rekaat fajar? Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh :
سئل أيّ الصلاة
أفضل بعد المكتوبة، وأيّ الصيام أفضل بعد شهر رمضان؟ فقال: «أفضل الصلاة بعد
الصلاة المكتوبة الصلاة في جوف الليل، وأفضل الصيام بعد شهر رمضان صيام شهر الله
المحرم ». (أخرجه مسلم (2813)).
bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam ditanya: sholat manakah yang lebih utama setelah sholat wajib? Dan
puasa manakah yang lebih utama setelah puasa bulan Romadhon? Beliau bersabda:
“Sholat yang paling utama setelah sholat wajib adalah sholat di tengah malam.
Dan puasa yang paling utama setelah puasa bulan Romadhon adalah puasa di bulan
Alloh: Muharrom.” (HR. Muslim (2813)),
Maka
bagaimana dengan pahala sholat lima waktu? Maka barangsiapa meninggalkan sholat
lima waktu, luputlah darinya pahala yang agung sekali.
Dari
Abu Umamah Al Bahiliy dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
«ثلاثة
كلهم ضامن على الله عز وجل: رجل خرج غازيا فى سبيل الله فهو ضامن على الله حتى
يتوفاه فيدخله الجنة أو يرده بما نال من أجر وغنيمة ورجل راح إلى المسجد فهو ضامن
على الله حتى يتوفاه فيدخله الجنة أو يرده بما نال من أجر وغنيمة ورجل دخل بيته
بسلام فهو ضامن على الله عز وجل».
“Ada tiga orang yang
dijamin oleh Alloh عز وجل : “Orang yang keluar berperang di jalan Alloh, maka dia dijamin
oleh Alloh hingga dimatikan untuk kemudian dimasukkan ke dalam Jannah atau
dikembalikan dengan meraih pahala dan rampasan perang. Dan orang yang berangkat
ke masjid, maka dia dijamin oleh Alloh hingga dimatikan lalu dimasukkan ke
dalam Jannah, atau dikembalikan dengan meraih pahala dan rampasan perang. Dan
orang yang masuk ke rumahnya dengan mengucapkan salam, maka dia dijamin oleh
Alloh عز وجل.” (HR. Al Imam Ahmad (2496) dan dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa
Fish Shohihain” no. (804)).
Orang yang berangkat ke masjid untuk menegakkan sholat
dijamin dengan pahala dan “harta rampasan perang”. Sementara orang yang
meninggalkan sholat tidak mendapatkan dari itu sedikitpun.
Kesembilan: orang yang
meninggalkan sholat tidak mendapatkan pahala menunggu sholat
Telah kami sebutkan pahala sholat, maka kami katakan
sekarang: sampai bahkan menunggu sholatpun punya pahala sholat. Dari Sahl bin
Sa’d As Sa’idiy rodhiyallohu ‘anhuma yang berkata: aku mendengar Rosululloh shollallohu
‘alaihi wasallam bersabda:
«من كان في المسجد ينتظر الصلاة فهو في الصلاة».
“Barangsiapa di masjid
menunggu sholat, maka dia itu ada di dalam sholat.” (HR. An Nasaiy (734) dan Ath Thobroniy dalam “Al
Kabir” (5880) dan dihasankan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam
“Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa Fish Shohihain” no. (869)).
Orang
yang tidak sholat tidak mendapatkan keutamaan ini.
Kesepuluh: Orang yang tidak sholat akan
luput darinya doa yang dikabulkan dalam bab ini
Sesungguhnya di dalam sholat ada keadaan-keadaan yang
mana doa di situ akan dikabulkan. Di antaranya adalah: saat membaca Al Fatihah([3]), sebagaimana telah lewat penyebutannya. Dan di
antaranya juga: saat sujud. Dari Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«فأما الركوع فعظموا فيه الرب عز وجل، وأما السجود فاجتهدوا في
الدعاء فقمن أن يستجاب لكم».
“Adapun ruku’ maka
agungkanlah di dalamnya Robb عز وجل , adapun sujud, maka bersungguh-sungguhlah kalian berdoa,
karena hampir-hampir akan dikabulkan untuk kalian.” (HR. Muslim (1102)).
Dan termasuk dari itu adalah: sebelum salam. Dari Ibnu Mas'ud
rodhiyallohu ‘anh yang berkata:
كنت أصلي والنبي صلى الله عليه وسلم وأبو بكر وعمر معه، فلما جلست بدأت
بالثناء على الله، ثم الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم، ثم دعوت لنفسي. فقال النبي
صلى الله عليه وسلم: «سل تعطه سل تعطه».
“Aku pernah sholat, dan
Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam dan Abu Bakr dan Umar bersama beliau. Ketika
aku duduk, aku mulai dengan sanjungan pada Alloh, kemudian sholawat pada Nabi shollallohu
‘alaihi wasallam, kemudian aku berdoa untuk diriku sendiri. Maka Nabi shollallohu
‘alaihi wasallam bersabda: “Mintalah, engkau
akan diberi. Mintalah, engkau akan diberi.” (HR. At
Tirmidziy (595) dan dihasankan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam
“Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa Fish Shohihain” no. (988)).
Maka
orang yang meninggalkan sholat itu telah menyia-nyiakan kesempatan dalam
keadaan dia sangat perlu sekali pada Robbnya عز وجل.
Kesebelas: orang
yang meninggalkan sholat itu luput darinya ketinggian derajat dari sisi sholat
Dari Abu
Umamah yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«اعلم أنك لن تسجد لله سجدة إلا رفع الله لك بها درجة، وحط عنك بها
خطيئة».
“Ketahuilah,
sesungguhnya engkau tidaklah dirimu bersujud untuk Alloh satu kali, kecuali
Alloh akan mengangkat untukmu dengannya satu derajat, dan menghapuskan darimu
dengannya satu kesalahan.” (HR. Ahmad (22141) dan dishohihkan oleh Al
Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Ash Shohihul Musnad” (488)).
Dari
Mi’dan bin Abi Tholhah Al Ya’muriy yang berkata: “Aku berjumpa dengan Tsauban
pembantu Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam , maka kukatakan padanya: kabarilah saya
dengan suatu amalan yang jika saya mengamalkannya, Alloh akan memasukkan saya
dengannya Jannah. Atau berkata: dengan amalan yang paling disukai oleh Alloh.
Maka beliau diam. Lalu saya tanya lagi, ternyata beliau diam. Lalu saya
bertanya pada kali yang ketiga, maka beliau berkata: Aku bertanya tentang itu
pada Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam maka beliau menjawab:
«عليك بكثرة السجود لله، فإنك لا تسجد لله سجدة إلا رفعك الله بها
درجة، وحط عنك بها خطيئة»
“Engkau harus memperbanyak sujud untuk
Alloh, karena sungguh tidaklah engkau bersujud satu kali untuk Alloh, kecuali
Alloh akan mengangkat untukmu dengannya satu derajat, dan menghapuskan darimu
dengannya satu kesalahan.”
Mi’dan
berkata: kemudian aku berjumpa dengan Abud Darda rodhiyallohu ‘anh lalu kutanya beliau, maka beliau
menjawabku seperti apa yang diucapkan Tsauban padaku.” (HR. Muslim (488)).
Ini
adalah keutamaan yang dijanjikan untuk ahli sholat dan sujud yang disyariatkan.
Adapun orang yang meninggalkan sholat, maka dia tak akan mendapatkannya.
Kedua belas: orang yang meninggalkan
sholat itu tidak beruntung
Alloh
ta’ala telah menjanjikan keberuntungan bagi orang-orang yang sholat. Dia ta’ala
berfirman:
﴿قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ * الَّذِينَ هُمْ فِي
صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ –إى قوله:- وَالَّذِينَ
هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ﴾
[المؤمنون/1-9].
“Sungguh telah beruntung orang-orang
mukmin yang orang-orang yang khusyu’ di dalam sholat mereka –sampai pada
firman:- dan orang-orang yang menjaga sholat mereka.”
Alloh
subhanah berfirman:
﴿قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى * وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى﴾ [الأعلى/14، 15].
“Sungguh beruntung orang yang mensucikan
diri, dan mengingat nama Robbnya lalu melaksanakan sholat.”
Ibnul
Atsir berkata: “Falah adalah:
keberuntungan, keselamatan, dan kekekalan dalam kenikmatan dan kebaikan.”
(“Lisanul Arob”/hal. 547).
Maka
orang yang meninggalkan sholat itu tidak mendapatkan keberuntungan ataupun
keselamatan di dua negri, Karena dirinya telah menyia-nyiakan hak-hak Robbnya عز وجل.
Ketiga belas: orang yang meninggalkan
sholat itu tersesat
Sesungguhnya
Alloh ta’ala telah menjadikan penegakan sholat itu sebagai salah satu sebab
datangnya hidayah, sebagaimana dalam firman-Nya:
﴿إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ الله مَنْ
آمَنَ بِالله وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ
يَخْشَ إِلَّا الله فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِين﴾ [التوبة/18]،
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid
Alloh itu orang-orang yang beriman pada Alloh dan Hari Akhir, menegakkan
sholat, membayar zakat, dan tidak takut kecuali kepada Alloh. Maka semoga
mereka itulah yang akan menjadi orang-orang yang mendapatkan petunjuk.”
Firman-Nya:
﴿ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ *
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا
رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُون﴾ [البقرة/2، 3].
“Yang Kitab ini tiada
keraguan padanya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu
orang-orang beriman pada yang ghoib (tersembunyi), menegakkan sholat, dan
mereka menginfaqkan sebagian dari apa yang Kami rizqikan pada mereka.”
Dan
dari Ibnu Mas’ud rodhiyallohu ‘anh yang berkata: “Barangsiapa
suka untuk besok berjumpa Alloh sebagai seorang muslim, maka hendaknya dia
menjaga sholat-sholat tersebut kapan saja dia
diseru untuk menunaikannya, karena sesungguhnya Alloh telah
mensyariatkan untuk Nabi kalian shollallohu ‘alaihi wasallam sunnah-sunnah
petunjuk, dan sesungguhnya sholat-sholat tadi termasuk dari sunnah-sunnah
petunjuk. Seandainya kalian sholat di rumah-rumah kalian sebagaimana
sholatnya orang yang tertinggal ini di rumahnya, sungguh kalian telah
meninggalkan sunnah Nabi kalian. Dan jika kalian telah meninggalkan sunnah
Nabi kalian, pastilah kalian itu tersesat. Dan tiada seorangpun yang
bersuci, lalu memperbagus pensuciannya, kemudian sengaja berangkat ke masjid
dari masjid-masjid ini, kecuali Alloh akan mencatat untuknya dengan setiap
langkahnya satu kebaikan, dan mengangkat dengannya satu derajat, dan
menghapuskan dengannya darinya satu kejelekan. Dan sungguh kami telah melihat
tidak ada yang tertinggal dari sholat-sholat tadi kecuali munafiq yang telah
diketahui kemunafiqannya. Dan sungguh dulu ada orang yang didatangkan dipapah
di antara dua orang hingga diberdirikan dalam shoff (barisan).” (HR. Muslim
(654)).
Maka
orang yang meninggalkan sholat jama’ah, sungguh dia telah meninggalkan jalan
Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam . Dan barangsiapa meninggalkannya, maka
sungguh dia telah tersesat. Maka bagaimana dengan orang yang meninggalkan
sholat sama sekali? Tidak diragukan lagi bahwasanya dirinya berada dalam
kesesatan yang nyata.
Sementara
itu, sang hamba itu sangat perlu pada hidayah (petunjuk) Alloh di setiap waktu.
Al Imam
Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Dan telah diketahui bahwasanya perkara yang tidak
diketahui oleh hamba itu berlipat-lipat daripada apa yang telah diketahuinya,
dan bahwasanya setiap perkara yang telah diketahuinya bahwasanya itu adalah
benar, maka jiwanya tidak maau menaati dirinya untuk menginginkan perkara tadi.
Seandainya dia menginginkan perkara yang benar tadi, pastilah dia tidak sanggup
untuk melakukan kebanyakannya. Maka sang hamba amat perlu di setiap waktu
kepada hidayah yang terkait dengan masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
Adapun
untuk yang telah lalu: maka dia itu perlu untuk mengoreksi dirinya sendiri:
apakah dia telah berjalan dengan lurus sehingga dia bersyukur pada Alloh atas
taufiq untuk lurus tadi, dan memohon agar kelurusan tadi dilestarikan? Ataukah
dia dalam perbuatan yang telah lalu justru keluar dari kebenaran, sehingga
harus bertobat pada Alloh ta’ala dari itu, mohon ampunan pada-Nya dan bertekad
untuk tidak kembali kepada kesalahan tadi?
Adapun
hidayah yang terkait dengan yang terjadi sekarang: maka memang hidayah inilah
yang sedang dicari, karena sang hamba adalah pelaku amalan pada masa sekarang,
maka dia perlu untuk mengetahui hukum perbuatan-perbuatan yang sedang
dilakukannya: benar ataukah keliru?
Adapun
hidayah yang terkait dengan masa depan: maka keperluan sang hamba padanya lebih
jelas lagi agar alur perjalanannya itu tepat di jalan yang benar.
Jika
demikian inilah nilai hidayah, diketahuilah bahwasanya sang hamba itu memang
paling amat perlu padanya, dan bahwasanya pertanyaan rusak yang didatangkan
oleh sebagian orang yaitu: “Jika kita memang telah di atas petunjuk, maka apa perlunya
kita untuk minta agar Alloh menunjuki kita lagi? Bukankah ini namanya
menghasilkan perkara yang telah ada?” merupakan pertanyaan yang paling rusak
dan paling jauh dari kebenaran. Dan ini menunjukkan bahwasanya yang bertanya
itu tidak tahu makna hidayah, dan tidak mengerti hakikatnya dan kandungan dari
istilah itu.” (“Miftah Daris Sa’adah”/1/hal. 87).
keempat belas: orang yang meninggalkan
sholat itu berada dalam kegelapan
Sesungguhnya
sholat adalah cahaya. Dari Abu Malik Al Asy’ariy rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«الطهور شطر الإيمان، والحمد لله تملأ
الميزان، وسبحان الله والحمد لله تملآن - أو تملأ - ما بين السموات والأرض،
والصلاة نور، والصدقة برهان، والصبر ضياء، والقرآن حجة لك أو عليك. كل الناس يغدو
فبائع نفسه، فمعتقها أو موبقها». (أخرجه مسلم
(556)).
“Bersuci adalah separuh keimanan,
Alhamdulillah itu memenuhi timbangan, subhanalloh walhamdulillah itu memenuhi
antara langit dan bumi. Sholat itu adalah cahaya, shodaqoh itu adalah bukti,
kesabaran adalah cahaya panas, dan Al Qur’an adalah argumenntasi untuk
mendukungmu atau membantahmu. Setiap orang berangkat lalu menjual dirinya
sendiri, membebaskannya dari Neraka atau membinasakan dirinya sendiri.” (HR. Muslim (556)).
Al
Imam Ibnu Rojab rohimahulloh berkata: “Sholat itu adalah cahaya yang mutlak –sampai pada ucapan
beliau:- dia itu untuk mukminin di dunia adalah cahaya di dalam hati dan mata
hati mereka, yang dengannya hati mereka menjadi bersinar, mata hati mereka
bercahaya. Oleh karena itulah sholat merupakan penyejuk jiwa orang-orang yang
bertaqwa.
–sampai
pada ucapan beliau:- sholat juga cahaya bagi mukminin di kuburan mereka,
terutama sholat malam.
–sampai
pada ucapan beliau:- sholat itu di akhirat juga cahaya bagi mukminin di
kegelapan Kiamat, di atas Shiroth, karena cahaya-cahaya akan dibagikan untuk
mereka sesuai dengan kadar amalan mereka.” (“Jami’ul Ulum Wal Hikam”/hadits
keduapuluh tiga).
Kelima belas: tidak suka sholat merupakan
sifat orang munafiq
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ
نَفَقَاتُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِالله وَبِرَسُولِهِ وَلَا يَأْتُونَ
الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى وَلَا يُنْفِقُونَ إِلَّا وَهُمْ كَارِهُونَ﴾ [التوبة/54].
“Dan tidaklah menghalangi mereka untuk
infaq-infaq mereka diterima kecuali karena kekufuran mereka pada Alloh dan pada
Rosul-Nya, dan mereka tidak mendatangi sholat kecuali dalam keadaan mereka
malas, dan tidaklah mereka berinfaq kecuali dalam keadaan mereka benci.”
Syaikhul
Islam rohimahulloh berkata: “Maka ini adalah keadaan orang yang berinfaq dalam
keadaan benci. Maka bagaimana dengan orang yang meninggalkan infaq sama sekali?”
(“Majmu’ul Fatawa”/28/hal. 439).
Dan
berdasarkan ini kita bilang: ini adalah keadaan orang yang bersholat dalam
keadaan malas, maka bagaimana dengan orang yang meninggalkan sholat sama
sekali?
Al
Imam Al Qurthubiy rohimahulloh berkata: “Maka kemunafiqan itu benar-benar mewariskan kemalasan di
dalam ibadah.” (“Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an”/8/hal. 163).
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ الله
وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ
النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ الله إِلَّا قَلِيلًا﴾
[النساء/142]
“Sesungguhnya orang-orang munafiq itu
ingin menipu Alloh, dan Alloh yang membalas tipu daya mereka. Jika mereka
bangkit untuk sholat, mereka bangkit dengan malas, mereka mencari pandangan dan
pujian manusia dan tidak mengingat Alloh kecuali sedikit.”
Al
Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Ini adalah sifat orang munafiq terhadap amalan yang
paling mulia, paling utama dan paling bagusnya yaitu: sholat. Jika mereka
bangkit untuk sholat mereka bangkit dalam keadaan malas mengerjakannya, karena
mereka tak punya niat di situ, tak punya iman dengan sholat dan tak punya rasa
takut, serta tak memahami maknanya.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/2/hal. 438).
Dan
telah tetap bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«تلك صلاة المنافق، يجلس يَرْقُب الشمس، حتى
إذا كانت بين قرني الشيطان قام فنقر أربعا لا يذكر الله فيها إلا قليلا».
“Itu adalah sholat munafiq, duduk
mengintai matahari, sampai jika matahari telah ada di antara dua tanduk setan, bangkitlah
orang ini lalu mematuk empat kali, tidak mengingat Alloh kecuali sedikit.” (HR. Muslim (1443) dan Anas rodhiyallohu ‘anh).
Ini
adalah sikap munafiq terhadap sholat Ashr, maka bagaimana dengan orang yang
tidak sholat Ashr sama sekali?
Keenam belas: orang yang meninggalkan
sholat itu menjauh dari rohmat Alloh
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ
وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ﴾
[النور/56].
“Dan tegakkanlah sholat, tunaikanlah
zakat, dan taatilah Rosul agar kalian dirohmati.”
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ الله
وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ الله إِنَّ الله عَزِيزٌ حَكِيمٌ﴾ [التوبة/71]
“Dan orang-orang mukmin lelaki dan
perempuan, sebagian dari mereka adalah wali bagi sebagian yang lain. Mereka
memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar, menegakkan sholat,
menunaikan zakat, dan taat pada Alloh dan Rosul-Nya. Mereka itu akan dirohmati
oleh Alloh, sesungguhnya Alloh Mahaperkasa lagi Maha Penuh Hikmah.”
Alloh
ta’ala menyebutkan bahwasanya orang-orang yang akan dirohmati oleh Alloh mereka
itulah memiliki sifat-sifat yang indah tadi.
Al
Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Yaitu: Alloh akan merohmati orang-orang yang memiliki
sifat-sifat ini.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/4/hal. 175).
Maka
orang yang meninggalkan sholat itu keluar dari kandungan dua ayat ini. Dan ini
bahaya karena orang yang terbiasa menjauh dari sebab-sebab rohmat takut turun
kepada laknat.
Ketujuh belas: orang yang meninggalkan
sholat itu tidak mendapatkan ketentraman hati
Sesungguhnya
Alloh telah menjanjikan kehidupan yang baik untuk orang yang beriman dan
bertaqwa, sebagaimana Firman-Nya subhanah:
﴿مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ
مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴾ [النحل/97]
“Barangsiapa beramal sholih baik dia itu
lelaki ataupun perempuan dalam keadaan dia itu mukmin, pastilah Kami akan
memberinya kehidupan yang bagus, dan pastilah Kami akan membalasi mereka pahala
mereka dengan yang lebih baik daripada apa yang dulu mereka lakukan.”
Al
Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Maka mukmin yang ikhlas karena Alloh adalah termasuk
orang yang paling bagus hidupnya, dan paling nikmat pikirannya, paling lapang
dadanya dan paling gembira hatinya. Dan ini adalah Jannah yang disegerakan
sebelum Jannah yang di Akhirat. –sampai pada ucapan beliau:- dan tiada sesuatupun
secara mutlak yang lebih bermanfaat bagi hamba daripada konsentrasinya kepada
Alloh, sibuknya dia dengan mengingat-Nya, bersenang-senang dengan
mencintai-Nya, lebih mendahulukan keridhoan-Nya. Bahkan tiada kehidupan, kenikmatan,
kesenangan, dan kegembiraan kecuali dengan itu. Maka ketiadaannya itu adalah
sesuatu yang paling menyakitkan untuknya, dan siksaan yang paling keras
terhadapnya.” (“Al Jawabul Kafi”/hal. 223).
Dan
termasuk sebab terbesar ketentraman hati adalah: penegakan sholat. Dari seorang
Anshor rodhiyallohu ‘anh yang berkata: aku mendengar Rosululloh shollallohu
‘alaihi wasallam bersabda:
« قم يا بلال أقم فأرحنا بالصلاة ».
“Bangkitlah wahai Bilal,
kumandangkan iqomat, maka tentramkanlah kami dengan sholat.” (HR. Abu Dawud (4988) dishohihkan
oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa Fish Shohihain” no. (907)).
Syaikhul
Islam rohimahulloh berkata: “Tidak ada satu orang mukminpun kecuali dia mendapatkan
di dalam hatinya rasa cinta pada Alloh, ketenangan dengan mengingat-Nya,
bersenang-senang dengan mengenal-Nya, keledzatan, kesenangan dengan
mengingat-Nya dan berbisik-bisik dengan-Nya. Dan yang demikian itu bisa menguat
dan melemah, bertambah dan berkurang sesuai dengan iman sang makhluq. Maka
setiap orang yang imannya sempurna, kenikmatan dia dengan perkara ini adalah
lebih sempurna. Oleh karena itulah Nabi shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Ahmad dan yang lainnya:
«حُبِّب إليّ من دنياكم النساء والطيب - ثم قال - وجعلت قرة عيني
في الصلاة».
“Dijadikan pada diriku dari dunia kalian
rasa cinta pada perempuan dan minyak wangi.” Lalu beliau bersabda: “Dan
dijadikan kesejukan hatiku di dalam sholat.” ([4])
Dulu beliau shollallohu ‘alaihi wasallam berkata:
«أرحنا بالصلاة يا بلال»
“Wahai Bilal, tentramkanlah
kami dengan sholat.” (“Majmu’ul Fatawa”/8/hal.
143).
Adapun orang yang meninggalkan sholat maka sungguh dia
itu dihalangi dari ketentraman syar’iyyah yang sejati, bahkan dia akan tertimpa
kebalikan dari itu karena jauhnya dia dari Tuannya yang sebenarnya.
Kedelapan belas: orang yang
meninggalkan sholat itu lupa pada Alloh ta’ala, sehingga akan kembali padanya
buruknya akibat
Alloh ta’ala telah menjadikan sholat untuk mengingat-Nya,
sebagaimana firman-Nya:
﴿إِنَّنِي أَنَا الله لَا إِلَهَ إِلَّا
أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي﴾ [طه/14]
“Sesungguhnya Aku adalah
Alloh, tiada sesembahan yang benar selain Aku, maka sembahlah Aku, dan
tegakkanlah sholat untuk mengingatku.”
Syaikhul Islam rohimahulloh berkata: “Dan penegakan
sholat untuk mengingat-Nya adalah termasuk ibadah pada-Nya yang paling agung.”
(“Majmu’ul Fatawa”/10/hal. 176).
Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata:
“Sesungguhnya seluruh amalan itu hanyalah disyariatkan ditegakkan untuk
mengingat Alloh ta’ala. Dan yang dimaksudkan dengannya adalah untuk
menghasilkan dzikrulloh ta’ala. Alloh سبحانه وتعالى berfirman:
﴿وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي﴾ [طه/14]
“Dan tegakkanlah sholat
untuk mengingatku.”
(“Al Wabilush Shoyyib”/hal. 102).
Adapun
orang yang meninggalkan sholat maka sungguh dia
telah lupa pada Alloh ta’ala, maka hukumannya sesuai dengan jenis amalannya.
Alloh ta’ala berfirman tentang orang yang melupakannya:
﴿نسوا الله فَنَسِيَهُمْ إِنَّ
الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ﴾ [التوبة/67]
“Mereka melupakan Alloh,
maka Alloh melupakan mereka. sesungguhnya orang-orang munafiqin mereka itulah
orang-orang yang fasiq.”
Dan Alloh subhanah
berfirman:
﴿وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا الله
فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ﴾ [الحشر/19].
“Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang
melupakan Alloh sehingga Alloh menjadikan mereka lupa pada diri mereka sendiri.
Mereka itulah orang-orang yang fasiq.”
Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Maka Alloh
Yang Mahasuci menghukum orang yang melupakannya dengan dua hukuman: Yang
pertama: Dia Yang Mahasuci melupakan orang itu. Yang kedua: Alloh menjadikan
orang itu lupa pada dirinya. Lupanya Alloh Yang Mahasuci pada hamba-Nya
adalah: Alloh menelantarkannya, meninggalkannya, menyendiri darinya,
menyia-nyiakannya, sehingga kebinasaan itu lebih dekat kepadanya daripada jarak
tangan ke mulut.
Adapun dijadikannya dia lupa pada diri sendiri
yaitu: Alloh menjadikannya lupa pada bagian dirinya yang tinggi, dan
sebab-sebab kebahagiaan dan keberuntungannya, perbaikannya, dan perkara yang
dengannya dia jadi sempurna. Dijadikan dirinya melupakan itu semua, sehingga
tidak terbetik di benaknya, tidak menjadikannya ingat, tidak mengarahkan
keinginannya ke situ sehingga berminat padanya, karena perkara tadi tidak lewat
di benaknya hingga meniatkan untuk meraihnya dan mengutamakannya.
Dan
juga dijadikannya dia lupa pada cacat, kekurangan dan penyakit diri, sehingga
tidak terbetik di benaknya untuk menghilangkannya. Dan juga menjadikannya lupa
pada penyakit-penyakit jiwa dan hatinya serta sakitnya penyakit tadi, sehingga
tidak terbetik di benaknya untuk mengobatinya, dan tidak berupaya untuk
menghilangkan penyakitnya yang bisa berakibat kerusakan dan kebinasaan. Maka
orang ini sakit, penuh dengan penyakit. Dan penyakitnya melemparkan dirinya
pada kehancuran, tapi dia tidak merasakan penyakitnya tadi, dan tidak terbetik
di benaknya untuk mengobatinya. Dan ini termasuk hukuman yang paling besar
secara umum dan khusus. Maka hukuman apa yang lebih besar daripada hukuman
orang yang menelantarkan dan menyia-nyiakan dirinya, lupa kemaslahatan dirinya,
penyakitnya dan obatnya, sebab-sebab kebahagiaan dan keberuntungan, kebaikannya
dan kehidupannya yang abadi di kenikmatan yang kekal?” (“Al Jawabul Kafi”/hal.
144/Maktabah Ibadirrohman).
Kesembilan belas: orang yang meninggalkan sholat
itu agamanya bengkok
Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا الله مُخْلِصِينَ
لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ
دِينُ الْقَيِّمَة﴾ [البينة/5]
"Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali
agar mereka beribadah kepada Alloh dalam keadaan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam keadaan condong dari kesyirikan kepada tauhid, dan menegakkan sholat
serta menunaikan zakat, dan itulah agama yang lurus." (QS Al
Bayyinah: 5(
Al
Imam As Sa’diy rohimahulloh berkata:
“Maka tidaklah mereka diperintahkan dalam seluruh syariat kecuali agar
mereka beribadah “kepada Alloh dalam keadaan memurnikan ketaatan
kepada-Nya” yaitu: mereka memaksudkan dengan seluruh ibadah mereka yang
lahiriyyah dan batiniyyah itu wajah Alloh, mencari kedekatan di sisi-Nya, “dalam
keadaan condong dari kesyirikan kepada tauhid” yaitu berpaling dari
seluruh agama yang menyelisihi agama tauhid. Alloh mengkhususkan penyebutan
sholat dan zakat padahal keduanya itu telah masuk dalam firman-Nya “agar
mereka beribadah kepada Alloh dalam keadaan memurnikan” karena
keutamaan dan kemuliaannya, dan karena kedua perkara tadi adalah dua ibadah
yang barangsiapa menegakkannya, dia akan menegakkan seluruh syariat agama.”
“Dan
itu” yaitu: tauhid dan ikhlas dalam agama ini, itulah “agama yang
lurus” agama yang lurus yang menyampaikan kepada Jannah-jannah yan
penuh kenikmatan. Adapun yang selainnya adalah jalan-jalan yang menyampaikan
pada neraka Jahim.” (“Taisirul Karimir Rohman”/hal. 931).
Keduapuluh: orang yang meninggalkan
sholat itu tidak bisa lepas dari akhlaq yang rendah
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ
هَلُوعًا * إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا * وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا
* إِلَّا الْمُصَلِّينَ * الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ دَائِمُون﴾
[المعارج/19-23].
“Sesungguhnya manusia itu diciptakan suka berkeluh
kesah. Jika dia terkena kejelekan resah dan takut, dan jika dia terkena
kebaikan dia sangat pelit. Kecuali orang-orang yang sholat, yang terus-menerus
mengerjakan sholat.”
Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Alloh ta’ala berfirman mengabarkan tentang manusia dan
akhlaq rendah yang dirinya tercipta demikian: “Sesungguhnya
manusia itu diciptakan suka berkeluh kesah” kemudiaan menafsirkan dengan firman-Nya: “Jika dia
terkena kejelekan resah dan takut” yaitu: jika tertimpa bahaya dia takut
dan gelisah, hatinya lepas karena amat ketakutan, dan putus asa akan adanya
kebaikan setelah itu. “dan jika dia terkena kebaikan dia sangat pelit” yaitu: jika dia mendapatkan kenikmatan dari Alloh dia pelit
terhadap yang lain, dan menghalangi hak Alloh di dalam kenikmatan tadi.
-sampai
pada ucapan beliau:- kemudian Dia
berfirman: “Kecuali orang-orang yang sholat” yaitu: manusia secara aslinya memiliki sifat tercena kecuali
orang yang dilindungi Alloh dan
diberi-Nya taufiq, dan dibimbing-Nya kepada kebaikan, dan dimudahkan untuknya
sebab-sebabnya, dan mereka adalah orang-orang yang sholat. “orang-orang yang
terus-menerus mengerjakan sholat” dikatakan maknanya: mereka menjaga
waktu-waktu mereka dan kewajiban-kewajiban mereka. ini perkataan Ibnu Mas’ud,
Masruq, Ibrohim An Nakho’iy.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/8/hal. 226).
Keduapuluh satu: orang yang meninggalkan
sholat itu mudah berbuat kekejian dan kemungkaran
Sesungguhnya
penegakan sholat itu melindungi pelakunya dari kemungkaran-kemungkaran sesuai
dengan kadar bagusnya sholat-sholat dia. Alloh ta’ala berfirman:
﴿اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ﴾ [العنكبوت/45].
“Bacalah Kitab yang diwahyukan kepadamu, dan
tegakkanlah sholat, sesungguhnya sholat itu mencegah dari kekejian dan
kemunkaran.”
Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata:
جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: إن فلانا
يصلي بالليل، فإذا أصبح سرق. قال: «إنه سينهاه ما يقول».
Bahwasanya ada orang yang datang kepada
Nabi shollallohu ‘alaihi
wasallam seraya berkata: “Sesungguhnya si Fulan itu
sholat di waktu malam, tapi jika masuk waktu pagi dia mencuri.” Maka beliau
bersabda: “Sholat yang dikerjakannya itu akan mencegahnya (dari
mencuri).” (HR. Al Imam Ahmad (9777) dan dihasankan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih” no. (901)).
Yaitu:
sholatnya akan menjaganya dari kedurhakaannya.
Al
Imam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata:
“Firman-Nya: “sesungguhnya sholat itu mencegah dari kekejian dan
kemunkaran” penjelasan terhadap apa yang dikandungnya yaitu menolak
kerusakan dan bahaya, karena sesungguhnya jiwa itu jika dzikrulloh dan doa
kepada-Nya itu berdiri dengan jiwa itu –terutama dengan sisi kekhususan- yang
demikian itu akan memberi jiwa tadi celupan yang bagus, yang mencegahnya dari
kekejian dan kemunkaran, sebagaimana dirasakan oleh manusia dari dalam
dirinya.” (“Majmu’ul Fatawa”/20/hal. 192).
Adapun
orang yang meninggalkan sholat, maka kemungkinannya berbuat batil itu sangat
besar.
Kedua puluh dua: orang yang meninggalkan sholat itu
persaksiannya tidak diterima
Orang
yang meninggalkan sholat itu fasiq. Dan definisi kefasiqan adalah sebagaimana
ucapan Al Imam Al Qurthubiy rohimahulloh: “Dan
kefasiqan secara kebiasaan penggunaan dalam syariat adalah: keluar dari ketaan
pada Alloh عز وجل. Terkadang istilah ini ditimpakan pada
orang keluar dengan kekafiran, dan kepada orang yang keluar dengan
kedurhakaan.” (“Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an”/1/hal. 246).
Orang
fasiq itu persaksiannya tidak diterima. Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَلَا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا
وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ﴾ [النور/4].
“Dan janganlah kalian menerima persaksian buat
mereka selamanya, dan mereka itulah orang-orang yang fasiq.” (QS An
Nur 4)
Syaikhul
Islam rohimahulloh berkata: “Dan orang yang
terus-terusan meninggalkan sholat jama’ah dia adalah orang yang jelek, harus
diingkari, dan dicegah dari perbuatannya tadi. bahkan dia harus dihukum atas
perbuatannya tadi, dan persaksiannya ditolak sekalipun dikatakan: “Bahwasanya
itu adalah sunnah yang ditekankan. Adapun orang terkenal dengan kefasiqan,
menyia-nyiakan sholat, maka masuk pada firman Alloh:
﴿فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا
الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا﴾ [مريم/59]
“Maka datanglah sepeninggal mereka para
pengganti yang menyia-nyiakan sholat dan mengikuti syahwat-syahwat, maka mereka
akan berjumpa dengan siksaan keras yang berlipat”
Dan
wajib menghukumnya atas perbuatannya itu dengan hukuman yang bisa mengajaknya
kepada meninggalkan keharoman dan mengerjakan kewajiban-kewajiban.” (“Majmu’ul
Fatawa”/23/hal. 252).
Kedua puluh tiga: orang yang meninggalkan sholat
akan gugurlah amalannya.
Dari
Buroidah rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Nabi shollallohu
‘alaihi wasallam bersabda:
«من ترك صلاة العصر فقد حبط عمله». (أخرجه البخاري (553)).
“Barangsiapa meninggalkan sholat Ashr maka sungguh
amalannya gugur.” (HR. Al Bukhoriy (553)).
Jika
dia meninggalkan ashr saja, amalannya di hari itu akan gugur. Tapi jika dia
meninggalkan seluruh sholat lima waktu semuanya, gugurlah seluruh amalannya.
Dia telah mencapekkan dirinya sendiri dengan puasa Romadhon, lalu dia kembali
dengan kerugian yang jelas dengan gugurnya amalan dengan ditinggalkannya
sholat-sholat.
Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Alloh lebih tahu akan maksud Rosul-Nya,
bahwasanya meninggalkan sholat itu ada dua macam: meninggalkan secara keseluruhan,
tidak sholat sama sekali, maka ini menghapus seluruh amalan. Dan meninggalkan
sholat tertentu di hari tertentu, maka ini menghapus amalan pada hari itu. Maka
penghapusan amalan secara umum sebagai balasan terhadap peninggalan sholat
secara umum, sementara penghapusan amalan tertentu sebagai balasan terhadap
peninggalan sholat tertentu.” (“Ash Sholah Wa Hukmu Tarikiha”/hal. 85).
Kedua puluh empat: orang yang
meninggalkan sholat bagaikan orang yang kehilangan harta dan keluarga
Dari
Ibnu Umar rodhiyallohu ‘anh bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam
bersabda:
«الذي تفوته صلاة العصر كأنما وتر أهله وماله».
“Orang yang luput darinya sholat Ashr, seakan-akan
dia kehilangan hartanya dan keluarganya.” (HR. Al Bukhoriy (552) dan
Muslim (1448)).
Al
Imam Ibnu Rojab rohimahulloh berkata:
“Maka maknanya adalah: hilangnya seluruh harta dan keluarganya.” (“Fathul
bari”/Ibnu Rojab/3/hal. 118).
Beliau
rohimahulloh juga berkata: “Dan di dalam
hadits ini ada dalil tentang pengagungan nilai sholat Ashr di sisi Alloh عز وجل dan
kedudukannya dalam agama ini, dan bahwasanya orang yang luput darinya sholat
ini sungguh dirinya terkena musibah dalam agamanya dan dengan apa yang hilang
darinya, sebagaimana orang yang tertimpa bencana dari hilangnya keluarga dan
hartanya.” (sumber yang sama).
Syaikhul
Islam rohimahulloh berkata: “Maka jika ancaman
ini adalah bagi orang yang luput darinya satu sholat, maka bagaimana dengan
orang yang luput darinya lebih dari satu sholat? Maka bagaimana dengan orang
yang meninggalkan sholat?” (“Jami’ul Masail Li Ibni Taimiyyah”/4/hal. 140).
Maka bagaimana dengan orang
yang meninggalkan sholat lima waktu seluruhnya?
Kedua puluh lima: tiada persaudaraan dengan orang
yang meninggalkan sholat
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ
وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَنُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ
يَعْلَمُونَ﴾ [التوبة/11].
“Maka jika mereka bertobat, menegakkan sholat dan
membayar zakat, maka mereka adalah saudara kalian dalam agama ini. Dan Kami
merinci ayat-ayat bagi orang-orang yang mengetahui.”
Maka
syarat persaudaraan dalam Islam di sisi Alloh adalah: bertobat dari kesyirikan
dan kekufuran, menegakkan sholat dan menunaikan zakat. Maka orang yang
meninggalkan sholat bukanlah saudara kita di jalan Alloh.
Syaikhul
Islam rohimahulloh dalam tafsir ayat ini
berkata: “Maka Alloh menggantungkan persaudaraan dalam agama kepada tobat dari
kesyirikan, menegakkan sholat dan menunaikan zakat, sebagaimana Dia
menggantungkan tidak diperanginya mereka kepada yang demikian itu dengan
firman-Nya:
﴿فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلاةَ
وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوا سَبِيلَهُمْ﴾.
“Maka jika mereka bertobat, menegakkan sholat dan
membayar zakat, maka bebaskanlah jalan mereka.”
(“Jami’ul Masail Li Ibni Taimiyyah”/4/hal. 105).
Al
Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata:
“Maka Alloh menggantungkan persaudaraan mereka dengan mukminin dengan
pengerjaan sholat. Maka jika mereka tidak mengerjakan itu, maka mereka bukanlah
saudara bagi mukminin, maka mereka bukanlah mukminin, berdasarkan firman Alloh
ta’ala:
﴿إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ﴾.
“Hanyalah mukminin itu saudara.”
(“Ash Sholah Wa Hukmu Tarikiha”/hal. 22).
Kedua puluh enam: rusaknya iman orang yang
meninggalkan sholat
Dalil-dalil
di atas cukup untuk menjelaskan rusaknya iman orang yang meninggalkan sholat.
Dan sholat adalah bagian dari iman, sebagaimana firman Alloh ta’ala:
﴿وَمَا كَانَ الله لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ الله بِالنَّاسِ
لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ﴾
[البقرة/143]
“Dan Alloh itu tidak akan menyia-nyiakan keimanan kalian,
sesungguhnya Alloh itu Rouf (Yang memiliki puncak sifat rohmat) dan Rohim
(sangat penyayang) kepada manusia.”
Al
Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Firman Alloh “Dan Alloh
itu tidak akan menyia-nyiakan keimanan kalian” yaitu: sholat kalian ke Baitul Maqdis sebelum itu (sebelum
pemindahan kiblat), pahalanya tidak hilang di sisi Alloh.” (“Tafsirul Qur’anil
‘Azhim”/1/hal. 458).
Dan
sholat adalah termasuk perkara keimanan yang paling besar, sebagaimana diambil
dari hadits Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma tentang kisah delegasi Abdul Qois:
قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم: «هل تدرون ما الإيمان بالله؟» قالوا: الله ورسوله أعلم.
قال: «شهادة أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأن محمدا رسول الله ، وإقام
الصلاة، وإيتاء الزكاة، وصيام رمضان، وتؤتوا من المغانم الخمس».
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tahukah kalian apa itu keimanan pada Alloh?”
Mereka menjawab: “Alloh dan Rosul-Nya lebih tahu.” Beliau bersabda: “Persaksian tiada sesembahan yang benar selain Alloh, tiada sekutu
bagi-Nya dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Alloh, menegakkan sholat,
membayar zakat, puasa Romadhon, dan menyerahkan seperlima dari rampasan
perang.” (HR. Al Bukhoriy (7266) dan Muslim
(125)).
Maka
jika telah tetap bahwasanya sholat adalah termasuk perkara keimanan yang paling
besar, maka barangsiapa meninggalkan sholat berarti rusaklah keimanannya.
Kedua puluh tujuh: orang yang
meninggalkan sholat itu telah meninggalkan simpul/gantungan Islam yang terakhir
Kemudian sesungguhnya orang yang meninggalkan sholat itu telah
menghilangkan agamanya karena dirinya telah meninggalkan perkara yang dengannya
agamanya itu tergenggam, sehingga dia membatalkan agamanya. Dari Abu Umamah rodhiyallohu ‘anh bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam
bersabda:
«لينقضن عرى الإسلام عروة عروة فكلما انتقضت عروة تشبث الناس بالتي
تليها وأولهن نقضا الحكم وأخرهن الصلاة».
“Pastilah simpul-simpul –atau gantungan- Islam itu
akan terurai (terbatalkan) satu persatu. Setiap kali ada satu simpul
teruraikan, manusia berpegang dengan yang berikutnya. Yang pertama kali terurai
adalah hukum Islam, dan yang terakhirnya adalah sholat.” (HR. Al
Imam Ahmad (22214) dan dihasankan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam
“Al Jami’ush Shohih” no. (892)).
Al
Munawiy rohimahulloh berkata: “simpul-simpul Islam” makna simpul pada asalnya adalah sesuatu yang timba, bejana dan
semisalnya itu digantungkan dengannya. Kemudian lafazh ini dipinjam untuk
mengungkapkan sesuatu yang perkara agama itu dipegang dengannya, dan
cabang-cabang Islam bergantung dengannya.” (“Faidhul Qodir”/no. (7232)).
Kedua puluh delapan: orang yang
meninggalkan sholat itu telah kehilangan agamanya
Jika
gantungan Islam terakhir telah hilang, maka orang
yang meninggalkan sholat itu telah kehilangan Islamnya. Dari Ibnu Mas'ud rodhiyallohu ‘anh yang berkata:
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«أول ما تفقدون من دينكم الأمانة، وآخر ما
تفقدون من دينكم الصلاة».
“Yang pertama kali kalian akan kehilangan dengannya
dari agama kalian adalah amanah, dan yang terakhir kali kalian akan kehilangan
dengannya adalah sholat.” (HR. Ath Thobroniy dalam “Al Mu’jamul Kabir”
(9638)) ([5]).
Al
Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh menyebutkan beberapa kekhususan sholat:
“… dan karena sholat itu adalah perkara agama yang terakhir
kali orang akan kehilangan dengannya.” (“Ash Sholah Wa Hukmu Tarikiha”/hal.
23/Darul Imam Ahmad).
Kedua puluh sembilan: orang yang
meninggalkan sholat itu telah meruntuhkan agamanya, sehingga di akhirat dia tak
punya bagian pahala apapun
Sholat
adalah rukun Islam yang terbesar setelah dua kalimat syahadat. Dari Ibnu Umar rodhiyallohu ‘anhuma:
dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
«بني
الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله، وإقام الصلاة،
وإيتاء الزكاة، والحج، وصوم رمضان». (أخرجه البخاري (8) ومسلم (16)).
“Islam itu dibangun di atas lima
perkara: persaksian tiada sesembahan yang benar selain Alloh dan bahwasanya
Muhammad adalah utusan Alloh, menegakkan sholat, membayar zakat, berhaji, dan
puasa Romadhon.” (HR. Al Bukhoriy (8) dan Muslim
(16)).
Maka
runtuhnya sholat merupakan keruntuhan agama. Syaikhul Islam rohimahulloh berkata: “Islam itu adalah tiang agama, maka kapan
saja dia itu hilang, jatuhlah agama. Nabi shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«رأس الأمر الإسلام وعموده الصلاة وذروة
سنامه الجهاد في سبيل الله».
“Kepala urusan ini adalah Islam, tiangnya adalah
sholat, dan puncak tertingginya adalah jihad di jalan Alloh.” ([6])
(“Majmu’ul Fatawa”/3/hal. 428).
Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Adapun meninggalkan sholat secara total, maka
sungguh tiada amalan apapun yang akan diterima bersamaan dengan itu,
sebagaimana tiada amalan apapun yang akan diterima bersamaan dengan syirik,
karena sholat adalah tiang Islam, sebagaimana telah shohih dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam. Dan seluruh syariat itu bagaikan tali-tali kemahnya dan
sebagainya. Jika kemah itu tak punya tiang, dia tak bisa mengambil manfaat dari
bagian-bagiannya yang lain sedikitpun. Maka diterimanya seluruh amalan itu
tergantung pada diterimanya sholat. Jika sholatnya tertolak, maka tertolak
pulalah seluruh amalan.” (“Ash Sholah Wa Hukmu Tarikiha”/hal. 84).
Jika
tiang ini runtuh, maka yang selainnya lebih pantas untuk runtuh di sisi
pemiliknya. Al Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Dan jika mereka menyia-nyiakan sholat, mereka itu lebih
akan menyia-nyiakan kewajiban yang lain, karena sholat itu adalah tiang agama,
penopangnya, dan amalan hamba yang terbaik.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/5/hal.
243).
Ketigapuluh: orang yang meninggalkan
sholat itu dikafirkan oleh Alloh dan Rosul-Nya
Dari
Jabir rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Aku mendengar
Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam
bersabda:
«إن بين الرجل وبين الشرك والكفر ترك الصلاة». (أخرجه مسلم
(256)).
“Antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran
adalah meninggalkan sholat.” (HR. Muslim (256)).
Dan
dari Buroidah rodhiyallohu ‘anh yang
berkata: Aku mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«العهد الذي بيننا وبينهم الصلاة فمن تركها فقد كفر».
“Perjanjian yang ada antara kita dan mereka adalah
sholat. Maka barangsiapa meninggalkan sholat, maka sungguh dia telah kafir.” (HR. Al
Imam Ahmad (22987)).
Hadits ini dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa
Fish Shohihain” no. (908)) dengan memberikan judul: “Kufurnya orang yang
meninggalkan sholat.”
Dan dari Ummu Salamah istri Nabi shollallohu ‘alaihi
wasallam :
عن
النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: «إنه يستعمل عليكم أمراء فتعرفون وتنكرون.
فمن كره فقد برئ، ومن أنكر فقد سلم، ولكن من رضى وتابع» قالوا: يا رسول الله
ألا نقاتلهم؟ قال: «لا ما صلوا».
Dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bahwasanya
beliau bersabda: “Sesungguhnya akan dipekerjakan terhadap kalian para
penguasa, kalian mengenalinya dan mengingkarinya. Maka barangsiapa membenci,
berarti dia telah berlepas diri. Dan barangsiapa mengingkari, sungguh dia telah
selamat. Akan tetapi orang yang ridho dan mengikuti mereka (itulah yang
celaka).” Mereka bertanya: “Wahai Rosululloh, apakah tidak sebaiknya
kami memerangi mereka?” beliau menjawab: “Jangan, selama mereka masih
sholat.” (HR. Muslim (1854)).
Dalil-dalil ini menunjukkan Kufurnya orang yang meninggalkan sholat. Dan selama seorang muslim
itu sholat, darah dan hartanya itu harom kecuali jika dia melakukan perkara
yang menyebabkan bolehnya darahnya ditumpahkan atau hartanya diambil secara
syar’iy.
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh ditanya tentang orang yang umroh selama tujuh
puluh tahun, dan dia tinggal di negrinya selama tiga tahun, tapi tiada seorangpun
yang melihatnya sholat dan zakat.
Maka
beliau rohimahulloh menjawab:
“Orang ini wajib untuk
diminta tobat, untuk menegakkan sholat dan membayar zakat. Jika dia tak mau
sholat dia harus dibunuh menurut pendapat kebanyakan ulama. Dan apakah dia
dibunuh karena berbuat kufur ataukah kefasiqan? Ada dua pendapat.
Jika dia tak mau membayar
zakat, maka zakat itu diambil darinya secara paksa. Jika dia menyembunyikan
hartanya dan menolak membayarnya, dia dibunuh juga menurut salah satu pendapat
ulama. Menurut pendapat yang lain: dia harus dipukuli terus sampai hartanya itu
nampak lalu diambil darinya zakat. Dan barangsiapa mengetahui kedaan orang ini,
dia harus menjauhi orang ini, tidak menyalaminya, tidak bergaul dengannya, tapi
mencercanya dan berkata kasar dengannya sampai dia menegakkan sholat dan
membayar zakat.
Umar ibnul Khoththob –rodhiyallohu ‘anh- berkata:
لا
حظّ في الإسلام لمن ترك الصلاة.
“Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang
meninggalkan sholat.” [Diriwayatkan oleh Al Marwaziy dalam “Ta’zhim
Qodrish Sholah” (923) dan Ibnu A’robiy dalam “Al Mu’jam” (1893) dengan sanad
yang shohih].
Ibnu
Mas’ud –rodhiyallohu ‘anh- berkata:
ما
تارك الزكاة بمسلم.
Dan
Alloh ta’ala telah berfirman:
﴿فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلاةَ
وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوا سَبِيلَهُمْ﴾.
“Maka jika mereka bertobat, menegakkan sholat dan
membayar zakat, maka bebaskanlah jalan mereka.”
Dan dalam ayat lain:
﴿فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ
وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَنُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ
يَعْلَمُونَ﴾ [التوبة/11].
“Maka jika mereka bertobat, menegakkan sholat dan
membayar zakat, maka mereka adalah saudara kalian dalam agama ini.”
Dan
dalam “Shohihain” dari Nabi shollallohu ‘alaihi
wasallam bahwasanya beliau bersabda:
«أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لا إله إلا الله وأن محمدا
رسول الله ويقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاة فإذا فعلوا عصموا منى دماءهم وأموالهم إلا
بحقها وحسابهم على الله».
“Aku diperintahkan untuk
memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang benar
Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Alloh, dan menegakkan sholat serta
menunaikan zakat. Maka apabila mereka mengerjakan itu mereka melindungi dariku
darah dan harta mereka, kecuali dengan haknya. Dan perhitungan mereka adalah
jadi tanggungan Alloh.” [HR. Al Bukhoriy (25) dan
Muslim (138)].
Dan Alloh telah menjelaskan dalam kitab-Nya dan sunnah
Rosul-Nya bahwasanya hanyalah mereka itu tidak diperangi, dan hanyalah mereka
itu menjadi saudara seagama jika mereka itu bersamaan dengan tobat mereka dari
kekufuran, mereka itu menegakkan sholat dan membayar zakat. Maka barangsiapa
tidak menegakkan sholat dan tidak membayar zakat, maka dia itu bukanlah dari
mereka (orang yang menjadi saudara kita seagama dan tak boleh diperangi). Maka
dia harus dihukum atas perbuatannya dari berdasarkan kesepakatan Muslimin,
sekalipun terjadi perbedaan pendapat tentang sifat hukumannya.” (“Jami’ul
Masail Li Ibni Taimiyyah”/4/hal. 114).
Dan
barangsiapa mati kafir, maka amalannya gugur, dan jadilah dia termasuk
orang-orang yang merugi. Alloh ta’ala berfirman:
﴿مَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ
اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ لَا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُوا
عَلَى شَيْءٍ ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ﴾ [إبراهيم/18]
“Permisalan orang-orang yang kufur kepada Robb
mereka, amalan mereka itu seperti abu yang dihantam angin dengan keras di hari
angin kencang, mereka tak berkuasa sedikitpun dari apa yang mereka kerjakan.
Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.”
Dan
Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ
يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ
الله عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَالله سَرِيعُ الْحِسَابِ﴾ [النور/39].
“Dan orang-orang yang kafir, amalan mereka itu
seperti fatamorgana di suatu tanah lapang yang tandus. Orang yang kehausan
mengiranya air, sampai jika dia mendatanginya, dia tidak mendapatkan air
sedikitpun, dan dia mendapati Alloh ada di sisinya dan memenuhi perhitungan
amalnya. Dan Alloh itu Mahacepat perhitungannya.”
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ
هَبَاءً مَنْثُورًا﴾ [الفرقان/23].
“Dan Kami hadapi amalan yang mereka kerjakan,
maka Kami menjadikannya bagaikan debu halus yang bertebaran.”
Ketiga puluh: orang yang meninggalkan sholat itu,
pemerintah berhak untuk membunuhnya
Ini
berdasarkan dalil-dalil yang telah lewat dan yang lainnya.
Syaikhul
Islam rohimahulloh berkata: “Adapun orang yang
meninggalkan sholat, maka sungguh dia itu berhak untuk dihukum berdasarkan
kesepakatan para imam. Dan kebanyakan mereka –seperti Malik, Asy Syafi’iy dan
Ahmad- berkata: “Dia itu dimintai tobat. Jika tobat maka dilepaskan. Jika tidak
bertobat harus dibunuh.” Apakah dia dibunuh sebagai orang kafir murtad ataukah
sebagai orang fasiq seperti pelaku dosa besar yang lainnya? Ada dua pendapat.
Jika tidak bisa ditegakkan hukum terhadap semisal orang ini, maka dikerjakanlah
yang masih mungkin seperti: dia dijauhi, dicerca sampai mengerjakan perkara
yang diwajibkan dan meninggalkan perkara yang dilarang.” (“majmu’ul
Fatawa”/34/hal. 217).
Ketiga puluh satu: orang yang meninggalkan sholat
itu keluar dari jaminan Alloh
Sesungguhnya shoat merupakan jaminan keamanan Alloh untuk
pelakunya. Dari Jundub bin Abdillah rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu
‘alaihi wasallam bersabda:
من صلى الصبح فهو في ذمة الله فلا يطلبنكم الله من ذمته بشيء فيدركه فيكبه في نار جهنم ». (أخرجه مسلم (1525)).
"Barangsiapa sholat Shubh maka dia itu
ada dalam jaminan Alloh. Maka perhatikanlah jangan sampai Alloh menuntut kalian
sedikitpun dari jaminan-Nya, sehingga Dia akan mendapatkannya lalu
menelungkupkannya ke dalam Jahannam." (HR. Muslim (1525)).
Al
Qurthubiy rohimahulloh berkata: “Yaitu: tuntutan
tentang keamanan dari Alloh, tentang perlindungan-Nya untuk orang yang sholat
tadi, yaitu: orang yang sholat ini telah berlindung pada Alloh ta’ala, dan
Alloh ta’ala telah menjamin perlindungannya, maka tidak boleh bagi siapapun
untuk coba-coba menimpakan bahaya atau gangguan padanya. Barangsiapa berbuat
itu maka Alloh ta’ala akan menuntut hak-Nya. Dan barangsiapa dituntut oleh
Alloh, dia tak akan mendapatkan tempat lari atau tempat berlindung. Dan ini
adalah ancaman yang keras terhadap orang yang coba-coba mengganggu orang-orang
yang sholat. Dan di sini juga ada anjuran untuk menghadiri sholat Shubuh. Sabda
beliau: “lalu menelungkupkannya ke dalam Jahannam” yaitu:
membalikkannya ke Jahannam di atas wajahnya.” (“Al Mufhim”/6/hal. 68).
Maka
barangsiapa meninggalkan sholat, dia keluar dari jaminan Alloh sehingga
tertimpa kerugian yang besar sekali.
Dari
Abud Darda rodhiyallohu ‘anh yang berkata:
أوصاني
رسول الله صلى الله عليه وسلم بتسع: «لا تشرك بالله شيئا وإن قطعت أو حرقت، ولا
تتركن الصلاة المكتوبة متعمدا؛ ومن تركها متعمدا برئت منه الذمة،...» الحديث.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam berwasiat
padaku dengan sembilan perkara: “Janganlah engkau menyekutukan dengan Alloh
sesuatu apapun sekalipun engkau dipotong-potong atau dibakar, dan janganlah
engkau sekali-kali meninggalkan sholat wajib dengan sengaja. Dan barangsiapa
meninggalkannya dengan sengaja, lepaslah darinya jaminan, …” (HR. Al
Bukhoriy dalam “Al Adabul Mufrod” (18), Al Baihaqiy dalam “Syu’abul Iman”
(5200) dan Al Marwaziy dalam “Ta’zhim Qodrish Sholah” (911))
([8]).
Ketiga puluh dua:
meninggalkan sholat adalah termasuk penghalang datangnya pertolongan Alloh
Banyak muslimin yang mengeluhkan
tiadanya pertolongan dari Alloh ketika memerangi orang-orang kafir, padahal
Alloh ta’ala telah menjanjikan pertolongan pada mereka dalam ayat yang banyak.
Dan Alloh itu tidak akan menyelisihi janji. Hanya saja yang menjadi sebab
terhalangnya pertolongan adalah tersebarnya kebodohan, jauhnya mereka dari ilmu
tentang kebenaran dan pengamalannya, dan mereka meninggalkan perkara yang Alloh
wajibkan kepada mereka yang berupa pengerjaan perintah dan penjauhan larangan.
Dan di antaranya adalah sholat. Berapa banyak orang yang meremehkan sholat dan
menyia-nyiakannya, dan mereka menampakkan penyelisihan terhadap Alloh dan
Rosul-Nya shollallohu ‘alaihi
wasallam, sehingga Alloh membalas mereka sesuai
dengan jenis amalan mereka, maka musuh-musuh mereka menyerang mereka dan
menghinakan mereka sebagaimana mereka menghinakan perintah-perintah Alloh.
Dari Jubair bin Nufair rohimahulloh yang berkata:
لما فتحت قبرس، وفرّق بين أهلها، فبكى بعضهم إلى بعض،
رأيت أبا الدرداء جالسا وحده يبكي. فقلت: يا أبا الدرداء، ما يبكيك في يوم أعز
الله فيه الإسلام وأهله؟ قال: ويحك يا جبير، ما أهون الخلق على الله إذا هم تركوا
أمره. بينا هي أمة قاهرة ظاهرة، لهم الملك، تركوا أمر الله عز وجل، فصاروا إلى ما
ترى.
“Ketika Siprus
ditaklukkan (oleh Muslimin), penduduknya dipisah-pisah, satu sama lain saling
menangis, aku melihat Abud Darda duduk sendirian sambil menangis. Maka aku
berkata: “Wahai Abud Darda, apa yang membikin Anda menangis pada hari Alloh
memuliakan Islam dan Muslimin?” beliau menjawab: “Semoga Alloh mengasihanimu,
wahai Jubair. Alangkah hinanya makhluq di pandangan Alloh jika mereka
meninggalkan perintah-Nya. Ketika penduduk Siprus ini adalah suatu umat yang
kuat dan unggul, mereka memiliki kekuasaan, mereka meninggalkan perintah Alloh عز وجل ,
maka jadilah mereka seperti apa yang engkau lihat.” (“Az Zuhd” karya Al Imam
Ahmad/hal. 142/ sanadnya shohih).
Al Imam Al Qurthubiy rohimahulloh berkata dalam tafsir surat Al Baqoroh (249):
“Maka ini adalah sebab-sebab dan syarat-syarat pertolongan, dan dia itu hilang
di sisi kita, tidak ada di antara kita. Maka Inna lillahi wa inna ilaihi
roji’un atas musibah yang menimpa kita! Bahkan tidak tersisa dari Islam kecuali
penyebutannya, dan tidak tersisa dari agama ini kecuali istilahnya([9]), karena tersebarnya kerusakan, dan karena
banyaknya sikap melampaui batas, sedikitnya kelurusan, hingga musuh menguasai
wilayah barat dan timur, daratan dan lautan, fitnah meluas, ujian membesar, dan
tiada perlindungan kecuali bagi orang yang dirohmati Alloh!” (“Al Jami’ Li
Ahkamil Qur’an”/3/hal. 255).
Iya, di antara sebab-sebab datangnya
pertolongan Alloh adalah: penegakan sholat dan kewajiban-kewajiban yang lain
dari agama Alloh. Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَلَيَنْصُرَنَّ الله مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ الله لَقَوِيٌّ
عَزِيزٌ * الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ
وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَالله
عَاقِبَةُ الْأُمُور﴾ [الحج/40، 41].
“Dan
pastilah Alloh akan menolong orang yang menolong-Nya, sesungguhnya Alloh itu benar-benar
Mahakuat lagi Maha Perkasa. Yaitu orang-orang yang jika Kami kuasakan mereka
itu di bumi mereka menegakkan sholat, membayar zakat, memerintahkan yang ma’ruf
dan melarang dari yang munkar. Dan hanya milik Alloh saja kesudahan seluruh
perkara.”
Al Imam As Sa’diy rohimahulloh berkata: “Alloh ta’ala berfirman tentang
janji-Nya yang jujur dan sesuai dengan kenyataan: “Dan pastilah Alloh
akan menolong orang yang menolong-Nya” yaitu: orang itu menolong
agama-Nya, ikhlas untuk-Nya dalam amalan tadi, berperang di jalan-Nya, agar
kalimat Alloh itulah yang tertinggi. “sesungguhnya Alloh itu benar-benar
Mahakuat lagi Maha Perkasa” yaitu: sempurna kekuatannya, perkasa tak
bisa dikejar, Dia telah mengalahkan seluruh makhluq, dan memegang ubun-ubun
mereka. Maka bergembiralah wahai Muslimin, karena sungguh kalian sekalipun
jumlah dan persenjataan kalian itu lemah, sementara jumlah dan persenjataan
musuh kalian itu kuat, sesungguhnya pendukung kalian adalah Yang Mahakuat lagi
Maha Perkasa, dan bertopangnya kalian adalah kepada Yang menciptakan kalian dan
menciptakan apa yang kalian amalkan. Maka kerjakanlah sebab-sebab yang
diperintahkan, lalu mohonlah dari-Nya pertolongan untuk kalian, maka pastilah
Dia akan menolong kalian.
-sampai pada ucapan beliau:-
kemudian Alloh menyebutkan ciri-ciri orang yang akan ditolong-Nya, dan dengan
ciri-ciri tadi orang itu akan dikenal, dan bahwasanya barangsiapa mengaku-aku
bahwasanya dia itu menolong Alloh dan menolong agama-Nya tapi dirinya tidak
memiliki sifat ini, maka dia itu pembohong. Alloh berfirman: “Yaitu
orang-orang yang jika Kami kuasakan mereka itu di bumi” yaitu: Kami
menguasakan mereka terhadap bumi, dan Kami jadikan mereka menguasainya, tanpa
ada orang yang menentang mereka ataupun membantah mereka, “mereka menegakkan
sholat” pada waktu-waktunya, batasan-batasannya, rukun-rukunnya dan
syarat-syaratnya, di hari Jum’at dan jama’ah-jama’ah.
“membayar zakat” yang
diwajibkan terhadap mereka pada khususnya, dan terhadap rakyat mereka pada
umumnya, menyampaikannya pada orang-orang yang memang berhak menerima. “memerintahkan
yang ma’ruf” dan ini mencakup seluruh perkara yang telah dikenal
kebaikannya secara syariat dan akal dari hak-hak Alloh dan hak-hak manusia. “dan
melarang dari yang munkar” seluruh perkara yang diingkari secara
syariat dan akal, tapi dikenal keburukannya.
Dan perintah terhadap suatu perkara
dan larangan terhadapnya itu masuk ke dalamnya perkara-perkara yang tidak
sempurna urusan tadi kecuali dengannya. Maka jika perkara yang ma’ruf dan
mungkar itu tergantung pada belajar dan mengajar, hendaknya pemerintah memaksa
manusia untuk belajar dan mengajar. Dan jika hal tadi tergantung juga pada
pemberian hukuman yang telah ditentukan secara syariat, atau yang belum
ditentukan, seperti jenis-jenis pukulan, hendaknya pemerintah menegakkannya.
Dan jika hal itu tergantung juga pada adanya pegawai yang mengurusi itu, maka
itu harus dilakukan. Dan seperti itulah perkara-perkara yang amar ma’ruf dan
nahi munkar itu tidak sempurna kecuali dengannya.” (“Taisirul Karimir Rohman”/hal. 539).
Ketiga puluh tiga: siksaan kubur terhadap
orang yang meninggalkan sholat
Dari Samuroh bin Jundab rodhiyallohu ‘anh yang bercerita tentang mimpi Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam bahwasanya beliau pada suatu pagi
berkata:
«إنه أتاني الليلة آتيان، وإنهما ابتعثاني،
وإنهما قالا لي : انطلق ، وإني انطلقت معهما ، وإنا أتينا على رجل مضطجع ، وإذا
آخر قائم عليه بصخرة ، وإذا هو يهوي بالصخرة لرأسه ، فيثلغ رأسه ، فيتهدهد الحجر
هاهنا ، فيتبع الحجر فيأخذه ، فلا يرجع إليه حتى يصح رأسه كما كان ، ثم يعود عليه
، فيفعل به مثل ما فعل المرة الأولى ، قال : قلت لهما : سبحان الله ، ما هذان ؟
قال : قالا لي : انطلق ، قال : فانطلقنا –إلى قوله:- قالا لي : أما إنا سنخبرك ، أما الرجل الأول الذي أتيت عليه
يثلغ رأسه بالحجر ، فإنه الرجل يأخذ القرآن فيرفضه ، وينام عن الصلاة المكتوبة»
الحديث. (أخرجه البخاري (7047)).
وفي رواية له: «يفعل به إلى يوم القيامة». (أخرجه
البخاري (1386)).
“Sungguh datang
padaku tadi malam dua orang, keduanya membangunkan aku dan berkata padaku:
“Berangkatlah,” dan akupun berangkat bersama keduanya. Dan kami mendatangi
seseorang yang berbaring. Tiba-tiba ada orang lain yang berdiri di sampingnya
dengan membawa batu karang. Tiba-tiba saja dia melemparkan batu karang tadi ke
kepala orang itu hingga pecahlah kepalanya. Lalu batu itu menggelinding ke
sana, seraya dikejar oleh orang tadi dan diambilnya. Dan tidaklah dia kembali
kepada orang yang berbaring tadi hingga kepalanya sehat kembali seperti semula.
Kemudian orang itu kembali kepadanya, dan melakukan seperti apa yang
dikerjakannya kali pertama. Maka kutanyakan pada kedua orang yang membawaku:
“subhanalloh, siapa kedua orang itu?” keduanya menjawab: “Ayo berangkat.” Maka
kamipun berangkat. –sampai pada sabda
beliau:- kedua berkata padaku: “Kami akan menceritakan padamu. Adapun
orang pertama yang engkau datangi, yang kepalanya dipecahkan oleh batu,
sesungguhnya dia itu adalah orang yang mengambil Al Qur’an lalu menolaknya, dan
tidur tidak sholat wajib.” Al hadits. (HR. Al Bukhoriy (7047)).
Dalam riwayat yang
lain dari Al Bukhoriy (1386): “Dia diperlakukan demikian sampai hari
Kiamat.”
Al Hafizh Ibnu Hajar rohimahulloh berkata: “Di dalam hadits ini ada penjelasan
bahwasanya sebagian pendurhaka itu disiksa di alam kubur, –sampai pada ucapan
beliau:- dan peringatan dari tidur dari sholat wajib, dan peringatan dari
menolak Al Qur’an bagi orang yang menghapalnya.” (“Fathul Bari”/12/hal. 445).
Wahai manusia, janganlah kalian
meremehkan siksaan kubur, karena sungguh dia itu berat sekali. Dari
Hani pembantu Utsman bin Affan yang berkata:
كَانَ
عُثْمَانُ إِذَا وَقَفَ عَلَى قَبْرٍ بَكَى حَتَّى يَبُلَّ لِحْيَتَهُ فَقِيلَ
لَهُ تُذْكَرُ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ فَلاَ تَبْكِى وَتَبْكِى مِنْ هَذَا، فَقَالَ:
إِنَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: «إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ
الآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ
مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ ». قَالَ: وَقَالَ رسول الله صلى الله
عليه وسلم: «مَا رَأَيْتُ مَنْظَرًا قَطُّ إِلاَّ وَالْقَبْرُ أَفْظَعُ مِنْهُ ».
“Dulu Utsman jika berdiri di kuburan, beliau
menangis hingga membasahi jenggot beliau. Maka dikatakan pada beliau: “Anda
jika disebutkan Jannah dan neraka tidak menangis, tapi kenapa Anda menangis
karena kuburan?” maka beliau menjawab: “Sesungguhnya Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Sesungguhnya kuburan adalah persinggahan pertama di
akhirat. Jika dia selamat darinya, maka apa yang setelahnya lebih mudah
darinya. Tapi jika tidak selamat darinya, maka apa yang setelahnya lebih keras
daripadanya.” Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Tidaklah aku melihat suatu
pemandangan satupun kecuali dalam keadaan kuburan itu lebih mengerikan daripadanya.”
(HR. At Tirmidziy (2478/Ahwadzi), dan dihasankan oleh Al Imam Al Albaniy rohimahulloh dalam
“Misykatul Mashobih” no. (132), dan Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam
“Ash Shohihul Musnad” no. (909)).
Ketiga puluh empat:
orang yang meninggalkan sholat itu terancam ketakutan dan kesedihan pada hari
Kiamat
Alloh ta’ala berfirman:
﴿إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ
عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُون﴾ [البقرة/277]
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal sholih, menegakkan sholat dan
membayar zakat, mereka itu akan mendapatkan pahala mereka di sisi Robb mereka. Mereka
tidak tertimpa ketakutan dan tidak bersedih hati.”
Al
Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Kemudian Alloh ta’ala berfirman memuji orang-orang yang
beriman pada Robb mereka, taat pada perintah-perintah-Nya, menunaikan syukur
pada-Nya, berbuat baik pada makhluq-Nya dalam menegakkan sholat dan membayar
zakat, Alloh mengabarkan tentang apa yang disediakan-Nya untuk mereka, yang
berupa kemuliaan, dan bahwasanya mereka itu pada hari Kiamat aman dari
tuntutan-tuntutan.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/1/hal. 716).
Orang-orang
yang punya sifat yang indah tersebut, mereka itu aman dari kerasnya hari
kiamat. Adapun orang-orang yang meninggalkan sholat, maka yang terjadi adalah
sebaliknya.
Ketiga puluh lima: Orang yang
meninggalkan sholat berarti telah menyombongkan diri dan meninggikan diri di
dunia, maka dirinya dihukum dengan kehinaan dan kerendahan di padang Mahsyar
Sesungguhnya
orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja itu telah menyombongkan diri
terhadap Alloh dan meninggikan dirinya di muka bumi, sebagaimana sifat
orang-orang kafir. Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ارْكَعُوا لَا يَرْكَعُونَ * وَيْلٌ
يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِين﴾ [المرسلات/48، 49].
“Dan jika dikatakan kepada mereka
“Ruku’lah” mereka tidak mau ruku’. Celakalah pada hari itu bagi orang-orang
yang mendustakan.”
Alloh
subhanah berfirman:
﴿وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا لِلرَّحْمَنِ قَالُوا وَمَا
الرَّحْمَنُ أَنَسْجُدُ لِمَا تَأْمُرُنَا وَزَادَهُمْ نُفُورًا﴾ [الفرقان/60].
“Dan jika dikatakan pada mereka:
“Sujudlah pada Ar Rohman” mereka berkata: “Siapa itu Ar Rohman? Apakah kami akan
sujud pada sesuatu yang engkau perintahkan kami untuk sujud padanya?” dan hal
itu membikin mereka tambah lari.”
Maka
barangsiapa keadaannya seperti ini, dia akan dihukum pada hari Kiamat dengan
kerendahan dan kehinaan, kebalikan dari keinginannya untuk meninggi dan
menyombongkan diri. Alloh ta’ala berfirman:
﴿يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ وَيُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ فَلَا
يَسْتَطِيعُونَ * خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ
تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ وَقَدْ كَانُوا يُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ وَهُمْ
سَالِمُون﴾
[القلم: 42-43].
“Pada hari betis disingkapkan dan mereka
dipanggil untuk sujud, maka mereka tidak sanggup mengerjakannya. Pandangan mata
mereka tertunduk dan mereka diliputi oleh kehinaan. Dulu mereka telah diseru untuk bersujud dalam keadaan mereka
sehat.”
Al
Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Firman Alloh “Pandangan mata mereka tertunduk dan
mereka diliputi oleh kehinaan” yaitu: di negri Akhirat disebabkan oleh
kejahatan dan kesombongan mereka di dunia, maka mereka dihukum dengan kebalikan
dari apa dulu menjadi kebiasaan mereka. ketika
di dunia mereka diseru untuk
sujud mereka tidak mau padahal mereka itu sehat dan selamat, seperti itulah
mereka dihukum dengan ketidakmampuan untuk bersujud di Akhirat, bahkan belakang
salah seorang dari mereka kembali seperti satu cetakan, setiap kali salah
seorang dari mereka ingin bersujud, tersungkurlah di tengkuknya sendiri([10]), kebalikan dari sujud saat masih di dunia, dan berbeda dengan
kebiasaan kaum mukminin dulunya.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/8/hal. 200).
Ketiga puluh enam: orang yang
meninggalkan sholat tidak akan melihat Robb mereka pada hari Kiamat
Dari Jarir rodhiyallohu ‘anh yang berkata:
كنا عند النبي صلى الله عليه وسلم فنظر إلى القمر ليلة، -يعني: البدر – فقال: «إنكم سترون ربكم كما ترون هذا القمر، لا تضامون في رؤيته، فإن
استطعتم أن لا تغلبوا على صلاة قبل طلوع الشمس وقبل غروبها، فافعلوا». ثم قرأ:
﴿وسبح بحمد ربك قبل طلوع الشمس وقبل الغروب﴾. (أخرجه البخاري (554) ومسلم
(1466)).
Kami pernah ada di
sisi Nabi shollallohu ‘alaihi
wasallam , lalu beliau melihat ke bulan pada
suatu malam –yaitu: bulan purnama-, lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya
kalian akan melihat Robb kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini, kalian
tidak saling berdesakan dalam melihatnya. Maka jika kalian sanggup untuk tidak
dikalahkan dari sholat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, maka
kerjakanlah.” Lalu beliau membaca: “Dan sucikanlah dengan pujian
Robbmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya.” (HR. Al
Bukhoriy (554) dan Muslim (1466)).
Al Hafizh Ibnu Hajar rohimahulloh berkata: “Al Khoththobiy berkata: Ini
menunjukkan bahwasanya melihat Alloh itu bisa diharapkan untuk didapatkan
dengan cara menjaga kedua sholat ini. –sampai pada ucapan Al Hafizh:- Para
ulama berkata: Dan sisi kesesuaian penyebutan kedua sholat ini ketika
menyebutkan melihat wajah Alloh itu adalah: bahwasanya sholat itu adalah
ketaatan yang paling utama. Dan telah tetap bahwasanya kedua sholat ini punya
keutamaan di atas sholat-sholat yang lain yang berupa berkumpulnya para malaikat
pada kedua sholat ini, amalan diangkat, dan yang lainnya. Kedua sholat ini
adalah sholat yang paling utama, maka cocoklah untuk orang yang menjaga kedua
sholat ini akan dibalas dengan pemberian yang paling utama, yaitu: melihat
wajah Alloh ta’ala.” (“Fathul Bari”/ 2/hal. 34).
Maka orang yang meninggalkan sholat itu
diharomkan untuk mendapatkan keutamaan yang tertinggi ini.
Ketiga puluh tujuh:
luput dari orang yang meninggalkan sholat kebersamaan dengan orang-orang
sholih, maka bagiannya adalah kebersamaan dengan orang-orang jahat
Sesungguhnya orang-orang yang taat
itu akan dikumpulkan ke Jannah bersama dengan rombongan orang sholih. Alloh ta’ala berfirman:
]وَمَنْ يُطِعِ
الله وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ الله عَلَيْهِمْ مِنَ
النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ
أُولَئِكَ رَفِيقًا[ [النساء/69]
“Dan barangsiapa taat
pada Alloh dan Rosul, maka mereka bersama dengan orang-orang yang Alloh beri
nikmat pada mereka dari kalangan para Nabi, Shiddiqin, syuhada dan Sholihin.
Dan mereka itulah teman seiring yang baik.”
Dari Amr bin Murroh Al Juhaniy rodhiyallohu ‘anh yang berkata:
جاء رسول الله صلى الله عليه وسلم رجل من قضاعة، فقال:
يا رسول الله، إن شهدتُ أن لا إله ألا الله، وأنك رسول الله، وصليت الصلوات،
وصمت رمضان، وقمت الشهر، وآتيت الزكاة ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «من
فعل ذلك كان مع الشهداء والصديقين».
“Ada orang dari
Qudho’ah yang mendatangi Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam seraya berkata:
“Wahai Rosulloh, sesungguhnya saya bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang benar
selain Alloh dan bahwasanya Anda adalah utusan Alloh, saya mengerjakan
sholat-sholat, berpuasa Romadhon, dan sholat malam pada bulan itu, dan saya
membayar zakat.” Maka Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam berkata: “Barangsiapa mengerjakan
yang demikian itu, maka dia akan bersama para syuhada dan shiddiqin.”
(HR. Ibnu Abi ‘Ashim dalam “Al Ahad Wal Matsani” (2558) dan dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa
Fish Shohihain” no. (904)).
Al Imam
Ibnu Katsir rohimahulloh berkata dalam tafsir ayat di atas: “Yaitu: Barangsiapa mengerjakan apa yang diperintahkan Alloh dan Rosul-Nya, dan meninggalkan apa yang dilarang oleh Alloh
dan Rosul-Nya, maka Alloh عز وجل akan
menempatkannya di negri kemuliaan-Nya, dan menjadikannya sebagai teman
pengiring bagi para Nabi, kemudian yang setelah mereka dalam derajat, yaitu Shiddiqin,
kemudian syuhada, kemudian keumuman mukminin, dan mereka adalah Sholihin, yang
lahir dan batin mereka itu baik. Kemudian Alloh ta’ala memuji mereka seraya
berfirman: “Dan mereka itulah teman seiring yang baik.”
(“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/2/hal. 353).
Adapun
orang-orang yang meninggalkan sholat, mereka itu akan digiring ke Jahannam
bersama dengan orang-orang yang sekarakter dengan mereka dari kalangan
orang-orang jahat. Alloh ta’ala berfirman:
﴿احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا
يَعْبُدُونَ * مِنْ دُونِ الله فَاهْدُوهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ﴾ [الصافات/22، 23].
“Giringlah orang-orang
yang zholim dan orang-orang yang seperti mereka, dan juga apa yang dulu mereka
sembah selain Alloh, lalu bimbinglah mereka ke jalan menuju Jahim.”
Dari
Umar ibnul Khoththob rodhiyallohu ‘anh yang berkata: “Giringlah orang-orang yang zholim dan
orang-orang yang seperti mereka” yaitu: bersama dengan orang-orang yang
semisal dengan mereka.” (diriwayatkan oleh Ath Thobariy dalam “Jami’ul Bayan”
(19/hal. 519) dengan sanad yang shohih).
Ketiga puluh delapan: masuk ke dalam
neraka Saqor
Orang-orang
yang meninggalkan sholat itu terancam dengan neraka pada hari Kiamat. Alloh
ta’ala berfirman:
﴿مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ * قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ
الْمُصَلِّين﴾ [المدثر/42، 43].
“Apa yang menyebabkan kalian masuk ke
dalam neraka Saqor? Mereka menjawab: dulu kami bukan termasuk dari orang-orang
yang sholat.”
Al
Imam Asy Syaukaniy rohimahulloh berkata dalam tafsir “Mereka menjawab: dulu kami bukan
termasuk dari orang-orang yang sholat” yaitu: bukan termasuk mukminin
yang sholat untuk Alloh di dunia.” (“Fathul Qodir”/7/hal. 358).
Jamaluddin
Al Qosimiy rohimahulloh berkata: “Yaitu: dulu kami disifati dengan kehinaan-kehinaan ini
karena lebih memilih santai-santai badan, cinta harta, meninggalkan
ibadah-ibadah badan, berbincang-bincang di dalam kebatilan, olok-olokan,
igauan, pendustaan terhadap balasan, dan mengingkari hari kembalinya para hamba.”
(“Mahasinut Ta’wil”/9/hal. 360).
Maka
sholat adalah termasuk sebab keselamatan dari Neraka. Umaroh bin Ru’aibah rodhiyallohu ‘anh berkata: aku mendengar Rosululloh shollallohu
‘alaihi wasallam bersabda:
«لن يلج النار أحد صلى قبل طلوع الشمس وقبل غروبها». يعنى الفجر
والعصر. (أخرجه مسلم (1498)).
“Tidak akan masuk ke dalam Neraka orang
yang sholat sebelum terbitnya matahari dan sebelum terbenamnya.” Yaitu sholat fajar dan ashr. (HR. Muslim (1498)).
Ketiga puluh sembilan: orang yang
meninggalkan sholat dalam keadaan mabuk pada kali yang keempat, dia akan
mendapatkan perahan badan penduduk Neraka
Ini
adalah hukuman khusus bagi orang yang meninggalkan sholat dalam keadaan
mabuk, orang yang mengumpulkan dua dosa besar ini: Dari
Abdulloh bin Amr rodhiyallohu ‘anhuma :
عن رسول الله
صلى الله عليه وسلم أنه قال: «من ترك الصلاة سكرا مرة واحدة فكأنما كانت له
الدنيا وما عليها فسلبها. ومن ترك الصلاة سكرا أربع مرات كان حقا على الله عز وجل أن
يسقيه من طينة الخبال». قيل: وما طينة الخبال يا رسول الله؟ قال: «عصارة
أهل جهنم».
Dari Rosululloh shollallohu
‘alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda: “Barangsiapa meninggalkan sholat dalam keadaan mabuk satu kali, maka seakan-akan
dia punya dunia seisinya lalu dirampas darinya. Dan barangsiapa meninggalkan
sholat dalam keadaan mabuk empat kali, wajiblah bagi Alloh عز وجل untuk memberinya minum
dari Thinatul Khobal.” Ditanyakan pada beliau: “Apa itu
Thinatul Khobal wahai Rosululloh?” Beliau menjawab: “Perasan penduduk
Jahannam.” (HR. Al Imam Ahmad (6659) dengan sanad yang hasan).
Selezat
apapun makanan penduduk dunia, tetap saja keringat mereka itu tidak enak. Maka bagaimana
dengan cairan penduduk Neraka yang makan dari pohon Zaqqum dan selainnya? Alloh
ta’ala berfirman:
﴿أَذَلِكَ خَيْرٌ نُزُلًا أَمْ شَجَرَةُ الزَّقُّومِ * إِنَّا
جَعَلْنَاهَا فِتْنَةً لِلظَّالِمِينَ * إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِي أَصْلِ
الْجَحِيمِ * طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ * فَإِنَّهُمْ لَآكِلُونَ
مِنْهَا فَمَالِئُونَ مِنْهَا الْبُطُون﴾ [الصافات/62-66].
“Apakah yang demikian itu sajian yang
lebih baik untuk tamu, ataukah pohon Zaqqum? Sungguh Kami menjadikan pohon itu
sebagai fitnah bagi orang-orang yang zholim. Sesungguhnya dia adalah pohon yang
keluar dari dasar Jahim, mayangnya bagaikan kepala-kepala setan. Sesungguhnya
mereka itu benar-benar akan memakan darinya, hingga memenuhi perut-perut
mereka.”
Alloh
Yang Mahasuci berfirman tentang penduduk neraka:
﴿لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلَّا مِنْ ضَرِيعٍ﴾ [الغاشية/6].
“Mereka tak punya makanan kecuali dari
Dhori’ (pohon yang berduri).”
Keempat puluh: orang yang meninggalkan
sholat akan menjumpai “Ghoyy” (siksaan keras yang berlipat)
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا
الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا﴾ [مريم/59]
“Maka datanglah sepeninggal mereka para
pengganti yang menyia-nyiakan sholat dan mengikuti syahwat-syahwat, maka mereka
akan berjumpa dengan siksaan keras yang berlipat”
Syaikhul
Islam rohimahulloh berkata setelah menyebutkan ayat ini: “Bersamaan dengan
bahwasanya menyia-nyiakan sholat adalah mengakhirkannya dari waktunya. Maka
bagaimana dengan orang yang meninggalkannya?” (“Majmu’ul Fatawa”/34/hal. 217).
Al
Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Yang benar adalah: bahwasanya menyia-nyiakan sholat itu
mencakup: meninggalkan sholat, meninggalkan waktunya, meninggalkan
kewajiban-kewajiban dan rukun-rukun yang terkait dengan sholat. Dan juga,
sesungguhnya orang yang mengakhirkannya dari waktunya dengan sengaja itu telah
melampaui batasan-batasan Alloh, seperti orang yang memajukannya sebelum
waktunya.” (“Ash Sholah Wa Hukmu Tarikiha”/hal. 98).
Al
Imam As Sa’diy berkata: “Maka mereka
menyia-nyiakan sholat yang mereka diperintahkan untuk menjaga dan
menegakkannya, mereka meremehkannya dan menyia-nyiakannya. Dan jika mereka
telah menyia-nyiakan sholat yang mana sholat itu adalah tiang agama, timbangan
iman dan ikhlas untuk Robb alam semesta, yang sholat itu adalah amalan yang
paling ditekankan, karakter yang paling utama, maka mereka akan lebih
menyia-nyiakan urusan agama mereka yang lain, dan lebih menolaknya. Dan sebab
yang menyeru mereka untuk itu adalah karena mereka mengikuti syahwat-syahwat
dan keinginan diri mereka, sehingga jadilah tekad kuat mereka itu terpalingkan
ke situ, lebih mengutamakannya daripada hak-hak Alloh, sehingga tumbuhlah dari
yang demikian itu penyia-nyiaan hak-hak-Nya, dan berkonsentrasi kepada syahwat-syahwat
diri mereka, setiap kali ada yang membikin mereka tertarik, mereka berusaha
mendapatkannya, dan dari sisi manapun sesuainya, mereka mengambilnya. “maka
mereka akan berjumpa dengan Ghoiy” (siksaan keras yang berlipat)”.
(“Taisirul karimir Rohman”/hal. 496).
Keempat pulu satu: orang yang
meninggalkan sholat bukanlah termasuk orang-orang yang dijanjikan masuk Jannah
Alloh
ta’ala berfirman :
﴿وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ
الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ الله وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ
سَيَرْحَمُهُمُ الله إِنَّ الله عَزِيزٌ حَكِيمٌ * وَعَدَ الله الْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ الله أَكْبَرُ ذَلِكَ
هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيم﴾ [التوبة/71-72].
“Dan orang-orang mukmin lelaki dan
perempuan, sebagian dari mereka adalah wali bagi sebagian yang lain. Mereka
memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar, menegakkan sholat,
menunaikan zakat, dan taat pada Alloh dan Rosul-Nya. Mereka itu akan dirohmati
oleh Alloh, sesungguhnya Alloh Mahaperkasa lagi Maha Penuh Hikmah. Alloh
menjanjikan pada orang-orang mukmin lelaki dan perempuan Jannah-jannah yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan tempat
tinggal-tempat tinggal yang bagus di Jannah Aden, dan keridhoan dari Alloh itu
lebih besar. Yang demikian itu adalah keberuntungan yang agung.”
Al Imam
Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Alloh ta’ala mengabarkan tentang apa yang disediakan-Nya
untuk orang-orang mukmin lelaki dan perempuan yang berupa banyak kebaikan dan
kenikmatan yang lestari di “Jannah-jannah yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya” yaitu: mereka menetap di
dalamnya selamanya, “dan tempat tinggal-tempat tinggal yang bagus”
yaitu: bangunannya bagus, tempat menetap yang indah, sebagaimana datang berita
di dalam “Shohihain” dari hadits Abu Imron Al Jauniy dari Abu Bakr bin Abi Musa
Abdillah bin Qois Al Asy’ariy, dari ayahnya yang berkata:
رسول الله صلى الله عليه وسلم: «جنتان من ذهب آنيتهما وما فيهما، وجنتان
من فضة آنيتهما وما فيهما، وما بين القوم وبين أن ينظروا إلى ربهم إلا رداء
الكبرياء على وجهه في جنة عدن».
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada dua Jannah dari emas, bejana-bejananya dan
apa yang ada di dalamnya. Dan dua Jannah dari perak, bejana-bejananya dan apa
yang ada di dalamnya. Dan tidak ada yang menghalangi antara penduduk Jannah itu
dengan melihat Robb mereka kecuali selendang kebesaran yang ada di wajah-Nya di
Jannah ‘Aden. [HR. Al Bukhoriy (4878) dan Muslim (466)].”
Dan
dengan sumber yang sama (Abu Musa Al Asy’ariy) yang berkata:
«إن للمؤمن في الجنة لَخَيْمَة من لؤلؤة واحدة مُجَوَّفة، طولها
ستون ميلا في السماء، للمؤمن فيها أهلون يطوف عليهم، لا يرى بعضهم بعضا».
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya seorang mukmin di Jannah benar-benar
punya kemah dari satu mutiara yang berongga, yang panjangnya enam puluh mil ke
atas. Orang mukmin itu di dalamnya punya istri-istri yang dia mengelilingi
mereka. satu sama lain dari istri-istri itu tidak saling melihat.”
Diriwayatkan Al Bukhoriy dan Muslim [HR. Al Bukhoriy (4879) dan Muslim (7337)].
(“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/4/hal. 175).
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ *
أُولَئِكَ فِي جَنَّاتٍ مُكْرَمُونَ﴾ [المعارج/34، 35].
“Dan mereka itu menjaga sholat-sholat
mereka. Mereka itu nanti akan masuk ke dalam Jannah-jannah dengan dimuliakan.”
Sesungguhnya
mukminin yang punya sifat-sifat tersebut –di antaranya adalah menegakkan
sholat- Alloh telah menjanjikan untuk mereka dengan Jannah, dan berfirman
bahwasanya itu adalah keberuntungan yang besar. Dan sholat yang paling agung
adalah sholat Shubuh dan Ashr. Dari Abu Musa Al Asy’ariy rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«من صلى البردين دخل الجنة».
(أخرجه البخاري (574) ومسلم (1470)).
“Barangsiapa mengerjakan sholat di dua
waktu yang dingin, dia akan masuk Jannah.” (HR. Al Bukhoriy (574) dan Muslim (1470)).
Yaitu:
sholat Shubuh dan Ashr.
Maka
orang yang meninggalkan sholat, dia itu keluar dari janji ini, dan yang
demikian itu adalah kerugian yang nyata. Lihatlah kenikmatan yang luput
darinya: Dari Al Mustaurid rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«والله ما الدنيا في الآخرة إلا مثل ما يجعل أحدكم إصبعه هذه في
اليم فلينظر بم يرجع». (أخرجه مسلم (3736)).
“Tidaklah dunia dibandingkan dengan
akhirat itu kecuali seperti salah seorang dari kalian memasukkan jarinya ini ke
dalam lautan, maka hendaknya dia perhatikan dengan apa jarinya itu kembali.” (HR. Muslim (3736)).
Setan
menangis disebabkan oleh luputnya Jannah dari dirinya. Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«إذا قرأ ابن آدم السجدة فسجد اعتزل الشيطان يبكي يقول: يا ويله -
وفى رواية: يا ويلى - أمر ابن آدم بالسجود فسجد فله الجنة، وأمرت بالسجود فأبيت
فلى النار ». (أخرجه مسلم (256)).
“Jika anak Adam membaca ayat sajadah lalu
dirinya bersujud, menyendirilah setan dan berkata: “Aduh celaka –dalam satu
riwayat: aduh celaka aku-, Anak Adam diperintahkan untuk sujud, maka dia
bersujud, maka dia mendapatkan Jannah. Dan aku diperintahkan untuk sujud tapi
aku tidak mau, maka aku mendapatkan Neraka.” (HR. Muslim (256)).
Ini
adalah sujud tilawah. Maka bagaimana dengan orang yang luput darinya sholat
wajib?
Keempat puluh dua: orang yang
meninggalkan sholat itu luput darinya keridhoan Alloh
Dalilnya
adalah sebagaimana telah lewat penyebutannya. Alloh ta’ala berfirman :
﴿وَعَدَ الله الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي
مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي
جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ الله أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيم﴾ [التوبة/71-72].
“Alloh menjanjikan pada orang-orang mukmin
lelaki dan perempuan Jannah-jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya, dan tempat tinggal-tempat tinggal yang bagus di
Jannah Aden, dan keridhoan dari Alloh itu lebih besar. Yang demikian itu adalah
keberuntungan yang agung.”
Dari
Abu Sa’id Al khudriy rodhiyallohu ‘anhم
yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda tentang kisah masuk ke dalam Jannah:
«... ثم يقول: ادخلوا الجنة فما رأيتموه فهو لكم. فيقولون: ربنا أعطيتنا ما لم
تعط أحدا من العالمين. فيقول: لكم عندي أفضل من هذا. فيقولون: يا ربنا أي شىء أفضل
من هذا؟ فيقول: رضاي فلا أسخط عليكم بعده أبدا».
“… kemudian Alloh berfirman: “Masuklah
kalian ke dalam Jannah. Maka apa saja yang kalian lihat, maka itu menjadi milik
kalian. Maka mereka berkata: “Wahai Robb kami, Engkau telah memberi kami
apa-apa yang tidak Engkau berikan pada seorangpun dari alam semesta ini.” Maka
Alloh menjawab: “Kalian di sisi-Ku akan mendapatkan yang lebih utama dari ini.”
Maka mereka bertanya: “Wahai Robb kami, apa itu sesuatu yang lebih utama dari
ini?” Alloh menjawab: “Keridhoan-Ku, maka Aku tak akan marah kepada kalian
setelah ini selamanya.” (HR. Muslim (472)).
Al
Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Jannah itu bukanlah nama untuk sekedar pepohonan,
buah-buahan, makanan, minumam, bidadari, sungai-sungai dan istana-istana
semata. Kebanyakan orang keliru tentang apa yang dinamakan dengan Jannah itu,
karena sesungguhnya Jannah itu adalah istilah untuk negri kenikmatan yang
mutlak dan sempurna. Dan termasuk kenikmatan Jannah yang paling agung adalah:
bersenang-senang dengan melihat wajah Alloh
yang Mulia, mendengarkan ucapan-Nya, kesejukan hati dengan berdekatan
dengan-Nya, dan dengan keridhoan-Nya. Maka keledzatan yang ada di
dalamnya yang berupa makanan, minuman, pakaian, wajah-wajah cantik, tidak bisa
dibandingkan dengan keledzatan yang tadi sama sekali. Keridhoan Alloh yang
paling kecil itu lebih besar daripada Jannah-jannah dan apapun yang ada di
dalamnya, sebagaimana firman Alloh ta’ala: “dan keridhoan dari Alloh itu
lebih besar” ucapan ini datang dalam bentuk nakiroh pada pola
penetapan. Yaitu: sesuatu apapun yang menjadi keridhoan Alloh pada hamba-Nya,
maka itu lebih besar daripada Jannah.” (“Madarijus Salikin”/2/hal. 80).
Lihatlah
apa yang luput dari orang yang meninggalkan sholat. Sesungguhnya di dalam yang
demikian itu benar-benar ada peringatan bagi orang yang punya hati atau
mencurahkan pendengaran dan dia menyaksikan.
Keempat puluh tiga: orang yang
meninggalkan sholat itu luput darinya salah satu penyebab ampunan
Dari Abu
Huroiroh rodhiyallohu ‘anh :
أنه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: «أرأيتم لو أن نهراً بباب
أحدكم يغتسل فيه كل يوم خمساً ما تقول ذلك يبقي من درنه؟» قالوا: لا يبقي من
درنه شيئا. قال: «فذلك مثل الصلوات الخمس يمحو الله بها الخطايا»
Bahwasanya dia mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bagaimana pendapat kalian jika ada sungai di pintu
salah seorang dari kalian, lalu dia mandi di situ setiap hari lima kali. Apa
ucapan kalian? Apakah tersisa darinya kotoran?” mereka menjawab: “Tidak
tersisa darinya kotoran sedikitpun.” Beliau bersabda: “Maka yang demikian
itu permisalan sholat lima waktu, dengannya Alloh menghapus
kesalahan-kesalahan.” (HR. Al Bukhoriy (529) dan Muslim (1554)).
Dari
Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«الصلوات
الخمس، والجمعة إلى الجمعة، ورمضان إلى رمضان مكفرات ما بينهن إذا اجتنب الكبائر ».
“Sholat yang lima, dari Jum’at ke Jum’at,
dan dari Romadhon ke Romadhon adalah penghapus dosa-dosa di antaranya, jika
dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim (574)).
Maka
sholat-sholat ini merupakan kesempatan yang agung untuk menghapus
kesalahan-kesalahan. Maka barangsiapa luput darinya sholat ini sungguh dia akan
rugi dengan kerugian yang besar sekali. Dan masih tersisa untuknya dua jalan
penghapusan dosa di dunia, dan itu lebih ringan baginya daripada jalan keempat
di hari Kiamat.
Al
Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Para pelaku dosa itu punya tiga sungai besar yang
dengannya mereka bisa bersuci di dunia. Jika sungai-sungai tadi tidak cukup
untuk mensucikan mereka, mereka akan disucikan dengan sungai Jahim di hari
Kiamat: sungai taubat yang murni, sungai kebaikan yang bisa menenggelamkan
dosa-dosa yang meliputi dirinya, dan sungai musibah-musibah yang besar yang
bisa menghapus dosa. Jika Alloh ingin kebaikan untuk hamba-Nya, Alloh akan
memasukkannya ke salah satu dari tiga sungai ini, lalu dia datang pada hari
Kiamat dalam keadaan bagus dan suci, sehingga dia tidak perlu pada pensucian
yang keempat.” (“Madarijus Salikin”/1/hal. 255-256/cet. Darul hadits).
Kesimpulan: bahwasanya orang yang meninggalkan sholat itu rugi di dunia dan
akhirat, yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. Maka nasihatku untuk
orang yang berpuasa Romadhon tapi meninggalkan sholat wajib agar bertobat
kepada Alloh ta’ala, dan agar menjaga hak-hak Alloh subhanah, dan agar tidak
menyia-nyiakan amalan mereka dengan suatu pembatal.
Dari Abu
Huroiroh rodhiyallohu ‘anh berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«رب صائم حظه من صيامه الجوع والعطش ورب قائم حظه من قيامه السهر».
“Terkadang ada orang yang berpuasa,
bagian yang didapatkannya dari puasanya adalah lapar dan haus semata. Dan
terkadang ada orang yang bersholat, bagian yang didapatkannya dari sholatnya
adalah begadang saja.” (HR. Al Imam Ahmad (8843) dan dihasankan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam “Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa
Fish Shohihain” no. (1479)).
Sengaja
saya tidak menyebutkan dalam nasihat yang disegerakan ini perselisihan ulama
tentang kufurnya orang yang meninggalkan sholat, karena sempitnya waktu.
Akan
tetapi saya katakan: seandainya memang bahwasanya orang yang meninggalkan
sholat itu tidak kafir, dalil-dalil telah menunjukkan besarnya dosa dia. Maka
tidak boleh menyepelekannya. Dan bagaimana dia bisa menyepelekan dosa besar
sementara Alloh telah mengancamnya dengan kerasnya siksaan pada hari kiamat:
﴿يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ وَنَحْشُرُ الْمُجْرِمِينَ
يَوْمَئِذٍ زُرْقًا﴾ [طه/102]
“Pada hari ditiupnya sangkakala dan Kami
menggiring orang-orang jahat pada hari itu wajah mereka biru menghitam.”
Alloh
Yang Agung penyebutan-Nya berfirman:
﴿كَلَّا إِذَا دُكَّتِ الْأَرْضُ دَكًّا دَكًّا * وَجَاءَ رَبُّكَ
وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا * وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ
يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى * يَقُولُ يَا لَيْتَنِي
قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي * فَيَوْمَئِذٍ لَا يُعَذِّبُ عَذَابَهُ أَحَدٌ * وَلَا
يُوثِقُ وَثَاقَهُ أَحَد﴾ [الفجر/21-26] .
“Jangan demikian. Jika bumi digoncang
dengan sekeras-kerasnya, dan Robbmu datang dalam keadaan para malaikat
berbaris-baris dengan rapi, dan didatangkanlah Jahannam. Pada hari itu manusia
tersadar, tapi apa faidah kesadaran untuknya saat itu? Dia berkata: “Aduh
andaikata diriku telah beramal sholih untuk kehidupanku yang sekarang.” Maka
pada hari itu tiada seorangpun yang menyiksa seperti siksaan-Nya, dan tiada
orang yang mengikat seperti ikatan-Nya.”
Alloh
جل ذكره berfirman:
﴿ بَلِ السَّاعَةُ مَوْعِدُهُمْ وَالسَّاعَةُ أَدْهَى وَأَمَرُّ * إِنَّ
الْمُجْرِمِينَ فِي ضَلَالٍ وَسُعُرٍ * يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي النَّارِ عَلَى
وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا مَسَّ سَقَر﴾ [القمر/46-48].
“Bahkan hari Kiamat itu adalah hari yang
dijanjikan pada mereka, dan hari Kiamat itu lebih berat dan lebih pahit.
Sesungguhnya orang-orang yang jahat itu di dalam kesesatan dan gejolak api.
Pada hari mereka diseret di dalam neraka di atas wajah-wajah mereka, (dikatakan
pada mereka:) “Rasakanlah sentuhan neraka Saqor.”
Alloh
ta’ala berfirman tentang Neraka:
﴿انْطَلِقُوا إِلَى ظِلٍّ ذِي ثَلَاثِ شُعَبٍ * لَا ظَلِيلٍ وَلَا
يُغْنِي مِنَ اللهبِ * إِنَّهَا تَرْمِي بِشَرَرٍ كَالْقَصْرِ * كَأَنَّهُ
جِمَالَتٌ صُفْرٌ * وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِين﴾ [المرسلات/30-34].
"Pergilah kalian kepada naungan yang punya tiga cabang, yang
tidak menaungi dan tidak pula bisa melindungi dari gejolak api. sesungguhnya
neraka itu melontarkan bunga api bagaikan istana. Seakan-akan dia itu iringan
onta-onta kuning. Maka celakalah pada hari itu orang yang mendustakan." (QS Al Mursalat 30-34)
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿وَتَرَى الْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ مُقَرَّنِينَ فِي الْأَصْفَادِ
* سَرَابِيلُهُمْ مِنْ قَطِرَانٍ وَتَغْشَى وُجُوهَهُمُ النَّارُ﴾ [إبراهيم/49، 50].
“Dan engkau akan melihat orang-orang yang
jahat pada hari itu terikat dalam belenggu-belenggu. Baju-baju mereka dari
tembaga cair, dan wajah-wajah mereka diliputi oleh api.”
Ini
adalah hukum bagi orang yang lebih mengutamakan kehidupan dunia dan tidak
menghormati Alloh dengan penghormatan yang benar. Alloh ta’ala berfirman:
﴿فَإِذَا جَاءَتِ الطَّامَّةُ الْكُبْرَى * يَوْمَ يَتَذَكَّرُ
الْإِنْسَانُ مَا سَعَى * وَبُرِّزَتِ الْجَحِيمُ لِمَنْ يَرَى * فَأَمَّا مَنْ
طَغَى * وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا * فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى﴾ [النازعات/34-39].
“Maka jika telah datang malapetaka besar
(Kiamat), pada hari manusia mengingat apa yang telah dia usahakan. Dan Jahim
ditampilkan bagi orang yang melihat. Maka adapun orang yang melampaui batas dan
lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya Jahim itulah tempat
tinggalnya.”
Dari
Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh :
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «ناركم هذه التي يوقد ابن آدم جزء
من سبعين جزءا من حر جهنم». قالوا: والله إن كانت لكافية يا رسول الله. قال:
«فإنها فضلت عليها بتسعة وستين جزءا كلها مثل حرها».
Bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Api kalian ini yang anak Adam menyalakannya
adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian dari api Jahannam.” Mereka
berkata: “Demi Alloh, api yang ini saja sudah cukup wahai Rosululloh.” Beliau
menjawab: “Api Jahannam dilebihkan daripada api dunia dngan enam puluh
sembilan bagian, semuanya panasnya seperti itu.” (HR. Al Bukhoriy
(3265) dan Muslim (7344)).
Kemudian
siapakah yang sanggup memikul siksaan yang panjang, sementara satu hari di
Kiamat itu seperti seribu tahun dari hari-hari dunia? Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«يدخل الفقراء الجنة قبل الأغنياء بنصف يوم، وهو خمسمائة عام».
“Orang-orang miskin akan masuk
Jannah sebelum orang-orang kaya dengan jarak setengah hari, yaitu limaratus
tahun.” (HR. Al Imam Ahmad (10663), At Tirmidziy (2353) dan
dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam
“Al Jami’ush Shohih” no. (1417)).
Ada
juga orang-orang yang disiksa dengan siksaan yang keras, dan hari-hari
dipanjangkan terhadap mereka sehingga satu hari untuk mereka itu seperti
limapuluh ribu tahun dari hari-hari dunia.
Dari
Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anh yang berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «ما من صاحب ذهب ولا فضة لا يؤدى منها
حقها إلا إذا كان يوم القيامة صفحت له صفائح من نار فأحمى عليها فى نار جهنم فيكوى
بها جنبه وجبينه وظهره كلما بردت أعيدت له فى يوم كان مقداره خمسين ألف سنة حتى
يقضى بين العباد فيرى سبيله إما إلى الجنة وإما إلى النار ». قيل: يا رسول الله فالإبل. قال: «ولا صاحب إبل لا يؤدى منها حقها ومن
حقها حلبها يوم وردها إلا إذا كان يوم القيامة بطح لها بقاع قرقر أوفر ما كانت لا
يفقد منها فصيلا واحدا تطؤه بأخفافها وتعضه بأفواهها كلما مر عليه أولاها رد عليه
أخراها في يوم كان مقداره خمسين ألف سنة حتى يقضى بين العباد فيرى سبيله إما إلى
الجنة وإما إلى النار ». قيل: يا رسول الله فالبقر والغنم. قال: «ولا صاحب
بقر ولا غنم لا يؤدى منها حقها إلا إذا كان يوم القيامة بطح لها بقاع قرقر لا يفقد
منها شيئا ليس فيها عقصاء ولا جلحاء ولا عضباء تنطحه بقرونها وتطؤه بأظلافها كلما
مر عليه أولاها رد عليه أخراها فى يوم كان مقداره خمسين ألف سنة حتى يقضى بين
العباد فيرى سبيله إما إلى الجنة وإما إلى النار». (أخرجه مسلم (2337)).
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada pemilik emas ataupun perak yang tidak
menunaikan hak harta tadi (zakat) kecuali jika telah tegak hari Kiamat akan
dilebarkan untuknya lempengan-lempengan dari api, lalu harta tadi dipanaskan di
atasnya di neraka Jahannam, lalu harta tadi disetrikakan ke sisi samping
badannya, dahinya, dan belakangnya. Setiapkan dia mendingin, diulang lagi
proses siksaan tadi untuknya dalam satu hari yang ukurannya itu limapuluh ribu
tahun hingga urusan para hamba selesai diputuskan, lalu dilihatlah jalan orang
ini: apakah ke Jannah ataukah ke Neraka.”
Mereka bertanya: “Wahai Rosululloh, untuk
onta bagaimana?”
Beliau menjawab: “Tidak ada pemilik
onta yang tidak menunaikan haknya (zakat), dan di antara haknya adalah:
pemerahan susunya saat datang ke perairan (untuk dibagikan ke orang-orang yang
memperlukan), kecuali jika telah tegak hari Kiamat onta-onta tadi akan ditaruh
di tanah yang luas dengan jumlah yang paling banyak, tidak kehilangan satu ekor
anakpun, lalu seluruh onta tadi menginjak-injak orang tadi dengan sepatu-sepatu
mereka, dan mereka menggigitnya dengan mulut-mulut mereka. Setiap kali onta
yang pertama telah lewat, dikembalikanlah kepadanya onta yang terakhir([11]) dalam satu hari yang ukurannya itu limapuluh ribu tahun hingga
urusan para hamba selesai diputuskan, lalu dilihatlah jalan orang ini: apakah
ke Jannah ataukah ke Neraka.”
Mereka bertanya: “Wahai Rosululloh, untuk
sapi dan kambing bagaimana?”
Beliau menjawab: “Tidak ada pemilik
sapi dan kambing yang tidak menunaikan haknya (zakat), kecuali jika telah tegak
hari Kiamat onta-onta tadi akan ditaruh di tanah yang luas, tidak kehilangan
satu ekor anakpun, tidak ada yang tanduknya melengkung, atau tak punya tanduk,
atau tanduknya patah, mereka semua menanduk orang itu dengan tanduk-tanduk
mereka, dan menginjak-injak orang tadi dengan sepatu-sepatu mereka. Setiap kali
binatang yang pertama telah lewat, dikembalikanlah kepadanya onta yang terakhir
dalam satu hari yang ukurannya itu limapuluh ribu tahun hingga urusan para
hamba selesai diputuskan, lalu dilihatlah jalan orang ini: apakah ke Jannah
ataukah ke Neraka.” (HR. Muslim (2337)).
Wahai
saudara-saudara, kalian telah mengetahui bahwasanya sholat itu lebih agung
daripada zakat. Perhatikanlah bagaimana jika kalian berdiri di hadapan Robb عز وجل nantinya dan Dia
menanyai kalian tentang amalan kalian, dan soal pertama adalah pertanyaan
tentang tentang. Maka apa jawaban kalian saat itu?
Dari
salah seorang Shohabat Nabi shollallohu ‘alaihi
wasallam yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«أول ما يحاسب به العبد صلاته، فإن كان أتمها كتبت له تامة، وإن لم
يكن أتمها قال الله عز وجل: انظروا هل تجدون لعبدي من تطوع فتكملوا بها فريضته. ثم
الزكاة كذلك، ثم تؤخذ الأعمال على حسب ذلك».
“Yang pertama kali diperiksa dari amalan
seorang hamba adalah sholatnya. Jika dia menyempurnakannya dicatatlah untuknya
sebagai sholat yang sempurna. Jika dia tidak menyempurnakan sholatnya, Alloh عز وجل berfirman:
Perhatikanlah, apakah kalian mendapati hamba-Ku ini punya sholat-sholat sunnah
sehingga kalian bisa menyempurnakan sholat wajibnya tadi dengannya. Kemudian
zakat juga seperti itu, kemudian seluruh amalan diperiksa sesuai dengan itu.” (HR. Al
Imam Ahmad (16665) dan dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh dalam
“Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa Fish Shohihain” no. (1261)).
Kemudian
sesungguhnya tuntutan-tuntutan di Akhirat ini banyak, maka harus cukup
persiapan dengan banyaknya pahala, maka bagaimana justru sholat lima waktu
ditinggal, sehingga luputlah keagungan pahalanya? Abu
Huroiroh rodhiyallohu ‘anh berkata:
قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم: « أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ ». قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا
مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ « إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى
يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ
هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا
فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ
حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ
فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ ».
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: "Tahukah kalian siapa itu orang yang
bangkrut?" Mereka berkata,"Orang yang bangkrut di
kalangan kami adalah orang yang tak punya dirham ataupun harta benda."
Maka beliau bersabda: "Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku
adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan sholat, puasa,
zakat. Dia datang tapi dalam keadaan telah mencaci ini, menuduh orang itu,
memakan harta orang ini, menumpahkan darah orang itu, memukul orang ini. Maka
orang ini diberi kebaikannya, orang itu diberi kebaikannya. Jika kebaikannya
telah habis sebelum tanggung jawabnya selesai, diambillah dari kesalahan-kesalahan
mereka lalu diletakkan kepadanya, lalu dia dilemparkan ke dalam neraka."
(HR. Muslim (6744)).
Adapun
orang yang memerangi dirinya untuk taat pada Alloh ta’ala. Dan sabar di atasnya
untuk Alloh, maka mereka itu tidak tertimpa ketakutan dan tidak
bersedih hati. Alloh ta’ala berfirman:
﴿يَا عِبَادِ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ وَلَا أَنْتُمْ
تَحْزَنُونَ * الَّذِينَ آمَنُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا مُسْلِمِينَ * ادْخُلُوا
الْجَنَّةَ أَنْتُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ تُحْبَرُونَ * يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِصِحَافٍ
مِنْ ذَهَبٍ وَأَكْوَابٍ وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنْفُسُ وَتَلَذُّ
الْأَعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ * وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي
أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ * لَكُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ كَثِيرَةٌ
مِنْهَا تَأْكُلُونَ﴾ [الزخرف/68-73].
“Wahai para hamba-Ku kalian pada hari
ini tidak tertimpa ketakutan dan tidak
bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman pada ayat-ayat kami dan dulunya
adalah Muslimin. Masuklah kalian dan istri-istri kalian ke dalam Jannah dalam
keadaan digembirakan. Mereka dikelilingi dengan piring-piring dan gelas-gelas
dari emas. Dan di dalamnya terdapat apa saja yang diinginkan oleh jiwa dan
disukai oleh mata. Dan kalian di dalamnya kekal. Dan Jannah itulah yang Aku
wariskan kepada kalian disebabkan oleh apa yang kalian amalkan. Kalian di
dalamnya akan mendapatkan buah-buahan yang banyak, sebagiannya kalian makan.”
Alloh جز ذكره berfirman:
﴿أَلَا
إِنَّ أَوْلِيَاءَ الله لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ * الَّذِينَ
آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُون* لَهُمُ
الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ
الله ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ﴾
[يونس/62-64].
“Ketahuilah: sesungguhnya para wali Alloh
itu tidak tertimpa ketakutan dan tidak bersedih hati, yaitu orang-orang yang
beriman dan senantiasa bertaqwa. Bagi merekalah kabar gembira di kehidupan
dunia dan di Akhirat. Tiada perubahan terhadap ketetapan-ketetapan Alloh. Yang
demikian itulah keberuntungan yang agung.”
Alloh subhanah berfirman:
﴿وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ
الْهَوَى * فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى﴾
[النازعات/40، 41].
“Adapun
orang yang takut pada kebesaran Robbnya dan menahan dirinya dari keinginannya
maka Jannahlah tempat tinggalnya.”
Dan dari Anas bin
Malik rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«يؤتى بأنعم أهل الدنيا من أهل النار يوم القيامة، فيصبغ في النار
صبغة ثم يقال: يا ابن آدم هل رأيت خيرا قط؟ هل مرّ بك نعيم قط؟ فيقول: لا والله يا
رب. ويؤتى بأشد الناس بؤسا فى الدنيا من أهل الجنة فيصبغ صبغة فى الجنة، فيقال له:
يا ابن آدم هل رأيت بؤسا قط؟ هل مر بك شدة قط؟ فيقول: لا والله يا رب، ما مر بي
بؤس قط. ولا رأيت شدة قط».
“Akan didatangkan penduduk dunia yang paling senang (di dunia) dari
penduduk Neraka pada hari Kiamat, lalu dia dicelupkan satu kali ke dalam
Neraka, lalu ditanyakan padanya: “Wahai anak Adam, apakah engkau melihat suatu
kebaikan sama sekali? Apakah pernah melewatimu suatu kesenangan sama sekali?”
Maka dia menjawab: “Tidak, demi Alloh, wahai Robb.” Dan akan didatangkan
penduduk dunia yang paling sengsara (di dunia) dari penduduk Jannah pada hari
Kiamat, lalu dia dicelupkan satu kali ke dalam Jannah, lalu ditanyakan padanya:
“Wahai anak Adam, apakah engkau melihat suatu kesengsaraan sama sekali? Apakah
pernah melewatimu suatu kesusahan sama sekali?” Maka dia menjawab: “Tidak, demi
Alloh, wahai Robb. Belum pernah melewatiku suatu kesusahan sama sekali. Belum pernah saya melihat suatu kesengsaraan sama
sekali.” (HR. Muslim (7266)).
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿أَلَمْ
يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ الله وَمَا نَزَلَ
مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ
فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ
فَاسِقُونَ﴾ [الحديد/16].
“Apakah belum tiba saatnya bagi orang-orang yang
beriman untuk hati-hati mereka itu tunduk kepada peringatan Alloh dan kepada
kebenaran yang telah turun? Dan jangan sampai mereka menjadi seperti
orang-orang yang diberi kitab sebelum mereka, lalu masa yang panjang berlalu
atas mereka sehingga hati mereka menjadi kaku, dan kebanyakan mereka itu
fasiq.”
Alloh
جل ذكره berfirman:
﴿اسْتَجِيبُوا
لِرَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا مَرَدَّ لَهُ مِنَ الله مَا
لَكُمْ مِنْ مَلْجَإٍ يَوْمَئِذٍ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَكِير﴾ [الشورى/47].
“Penuhilah seruan Robb kalian sebelum
datangnya suatu hari dari Alloh yang tak bisa ditolak. Pada hari itu kalian
tidak punya tempat berlindung dan kalian juga tidak punya pengingkar (yang bisa
mengingkari kejelekan yang telah diperbuat).”
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿وَتُوبُوا إِلَى الله جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴾ [النور: 31].
“Dan bertobatlah kalian semua kepada
Alloh wahai orang-orang yang beriman, agar kalian beruntung.”
Alloh
ta’ala berfirman:
﴿قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا
عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ الله إِنَّ الله يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ * وَأَنِيبُوا إِلَى
رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا
تُنْصَرُونَ * وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ
قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ * أَنْ
تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَا عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ الله وَإِنْ كُنْتُ
لَمِنَ السَّاخِرِينَ أَوْ تَقُولَ لَوْ أَنَّ الله هَدَانِي لَكُنْتُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
* أَوْ تَقُولَ حِينَ تَرَى الْعَذَابَ لَوْ أَنَّ لِي كَرَّةً فَأَكُونَ مِنَ
الْمُحْسِنِينَ﴾ [الزمر/53-58].
“Katakanlah wahai para
hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian
berputus asa dari rohmat Alloh, sesungguhnya Alloh mengampuni dosa-dosa
semuanya, sungguh Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kalian
kepada Robb kalian dan tunduklah kepada-Nya sebelum datang pada kalian siksaan
kemudian kalian tidak tertolong. Dan ikutilah yang terbaik dari apa yang
diturunkan kepada kalian dari Robb kalian sebelum datang pada kalian siksaan
dengan tiba-tiba dalam keadaan kalian tidak menyadarinya. Jangn sampai ada jiwa
yang berkata: alangkah besarnya penyesalanku terhadap hak Alloh yang aku
sia-siakan, dan sungguh aku dulu termasuk orang-orang yang mengejek. Atau
berkata: seandainya Alloh memberiku petunjuk pastilah aku termasuk orang-orang
yang bertaqwa. Atau berkata ketika melihat adzab seandainya aku punya
kesempatan lagi pasti aku akan menjadi termasuk orang-orang yang berbuat
kebaikan.”
Maka
pintu tobat masih terbuka. Alloh ta’ala berfirman:
﴿فَخَلَفَ
مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ
يَلْقَوْنَ غَيًّا * إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ
يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئًا﴾ [مريم/59، 60].
“Maka datanglah sepeninggal mereka para
pengganti yang menyia-nyiakan sholat dan mengikuti syahwat-syahwat, maka mereka
akan berjumpa dengan siksaan keras yang berlipat. Kecuali orang-orang yang
bertobat, beriman dan beramal sholih, maka mereka itulah yang akan masuk ke
dalam Jannah dan tidak dizholimi sedikitpun.”
Al
Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Firman Alloh: “Kecuali orang-orang yang bertobat,
beriman dan beramal sholih” yaitu: kecuali orang yang kembali dari
meninggalkan sholat dan dari mengikuti syahwat-syahwat, karena sesungguhnya
Alloh itu menerima tobatnya, dan memperbaiki kesudahannya, serta menjadikannya
sebagai pewaris Jannah yang penuh kenikmatan. Oleh karena itulah Alloh
berfirman: “maka mereka itulah yang akan masuk ke dalam Jannah dan tidak
dizholimi sedikitpun” yang demikian itu dikarenakan tobat itu memotong
kesalahan yang sebelumnya. Dan di dalam hadits yang lain:
«التائب
من الذنب كمن لا ذنب له»؛
Dan
karena itulah orang-orang yang bertobat tadi tidaklah amalan mereka yang telah
mereka kerjakan itu dikurangi sedikitpun, dan tidaklah mereka disikapi atas apa
yang mereka lakukan sebelum tobat lalu menyebabkan dikuranginya untuk mereka
dari apa yang mereka kerjakan setelah bertobat, karena kesalahan mereka itu
telah hilang lenyap dan ditinggalkan sama sekali, dan sirna dengan gratis, sebagai
bagian dari kedermawanan Dzat Yang Mahamulia dan kesabaran dan Dzat Yang
Mahasabar.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/5/hal. 246).
Dan
bertobat dari dosa itu wajib, bersegera untuk membebaskan diri dari kemurkaan
Alloh itu wajib. Dan Alloh itu mencintai orang-orang yang banyak bertobat dan
mencintai orang-orang yang membersihkan diri.
Al
Hulaimiy rohimahulloh berkata: “Maka telah tetap dengan Al Kitab dan As Sunnah tentang wajibnya bertobat kepada Alloh bagi
setiap pelaku dosa, dan bersegeranya hati dan kembali untuk taat, dan
bahwasanya Alloh Yang Maha penuh berkah dan Mahatinggi itu menerima tobat dari
hamba-Nya dan tidak menolaknya.” (“Syu’abul Iman”/karya Al Baihaqiy/9/hal.
277).
Dan
syarat tobat itu telah diketahui bersama, sebagaimana telah disebutkan oleh
para imam رحمهم الله. Al Imam Ibnu Muflih rohimahulloh
berkata: “Dan tobat itu adalah penyesalan terhadap kedurhakaan dan dosa-dosa
yang telah lewat, bertekad untuk meninggalkannya selamanya karena Alloh عز وجل, dan bukan karena manfaat duniawi atau karena adanya gangguan, dan bukan
karena dipaksa, tapi karena pilihan sendiri saat masih terbebani.” (“Al Adabusy
Syar’iyyah”/hal. 114).
Dari
Anas bin
Malik rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«لله أشد فرحا بتوبة عبده حين يتوب إليه من أحدكم كان على راحلته
بأرض فلاة، فانفلتت منه وعليها طعامه وشرابه، فأيس منها، فأتى شجرة، فاضطجع في
ظلها، قد أيس من راحلته. فبينا هو كذلك إذا هو بها قائمة عنده، فأخذ بخطامها ثم
قال من شدة الفرح: اللهم أنت عبدى وأنا ربك».
(أخرجه مسلم (7136)).
“Benar-benar Alloh itu lebih bergembira
dengan tobatnya hamba-Nya kepada-Nya daripada kegembiraan salah seorang dari
kalian yang semula ada di atas tunggangannya di tanah lapang, lalu
tunggangannya itu lepas darinya padahal di atas tunggangannya itu ada bekal
makanan dan minumannya, sehingga dia berputus asa darinya, lalu dia mendatangi
sebatang pohon seraya berbaring di dalam naungannya dalam keadaan telah
berputus asa dari tunggangannya. Ketika dia dalam keadaan demikian tiba-tiba
saja tunggangannya tadi telah ada di sampingnya, maka dia mengambil tali
kekangnya lalu berkata karena begitu gembiranya: Ya Alloh Engkau adalah hambaku
dan aku adalah Robbmu.” (HR. Muslim (7136)).
والله
تعالى أعلم. والحمد لله رب العالمين.
Dammaj, 7 Romadhon 1433 H
([5])
Hadits ini shohih. Para perowinya tsiqoh. Yusuf Al Qodhi, dia
adalah Abu Muhammad Yusuf bin Ya’qub Al Azdiy, tsiqoh juga.
Yusuf ini juga
didukung oleh Muhammad bin Gholib sebagaimana dalam “Al Kubro” karya Al
Baihaqiy (13071). Dan Muhammad bin Gholib ini adalah Abu Ja’far Ad Daqqod,
imam, hafizh, tsiqoh.
([6])
Hadits shohih lighoirih dari Mu’adz bin Jabal rodhiyallohu ‘anh.
Diriwayatkan oleh Al Hakim (2408), Ath Thobroniy dalam “Al Kabir” (16710), dan
Al Marwaziy dalam “Ta’zhim Qodrish Sholah” (197). Sanad mereka hasan
karena Maimun bin Abi Syayyib, shoduq.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad
(22121) dan Abu Dawud Ath Thoyalisiy (561) dari hadits Mu’adz in Jabal rodhiyallohu ‘anh . Di
dalam sanadnya ada Urwah ibnun Nizal, majhul hal, dan tidak mendengar
dari Mu’adz.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ath Thobroniy
dalam “Al Kabir” (16626), di dalam sanadnya ada Muhammad bin Muhammad Al
Jadzu’iy Al Qodhi, majhul hal. Juga di dalam sanadnya ada Syahr bin
Hausyab, dalam dirinya ada kelemahan.
Hadits ini
juga diriwayatkan oleh Abdurrozzaq (20303) dari Ma’mar, dari Ashim bin Abin
Nujud, dari Abu Wail dari Mu’adz bin Jabal.
Dan hadits ini juga diriwayatkan oleh Al Imam
Ahmad (22069) dari jalur Abdurrozzaq.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh An Nasaiy dalam
“Al Kubro” (11330) dari jalur Ma’mar.
Dan riwayat Ma’mar dari Ashim bin Abin Nujud
itu sering goncang, sebagaimana dikatakan oleh Yahya bin Ma’in.
Secara total, hadits ini shohih lighoirih.
([8]) Hadits
ini hasan lighoirih. Hadits Abud Darda rodhiyallohu ‘anh di
dalam sanadnya ada Syahr bin Hausyab, dia itu dho’if.
Dia punya pendukung
dari hadits Mu’adz bin Jabal rodhiyallohu ‘anh bahwasanya
Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda padanya:
«يا
معاذ بن جبل، من ترك الصلاة فقد برئت منه الذمة».
“Wahai Mu’adz bin
Jabal, barangsiapa meninggalkan sholat, maka sungguh jaminan itu telah lepas
darinya.” (HR. Ath Thobroniy
dalam “Al Mu’jamul Kabir” (16658)).
Dalam sanadnya ada
Abu Bakr bin Abi Maryam, dia itu adalah Amir Al Ghossaniy, di dalamnya ada
kelemahan.
Dan dalam sanad ini
juga ada Huroits bin Amr Al Hadhromiy, majhulul hal.
([10])
Dari Abu Sa’id Al Khudriy rodhiyallohu ‘anh yang berkata: Aku mendengar Nabi shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«يكشف
ربنا عن ساقه فيسجد له كل مؤمن ومؤمنة ، ويبقى من كان يسجد فى الدنيا رئاء وسمعة ،
فيذهب ليسجد فيعود ظهره طبقا واحدا».
“Robb kita menyingkapkan betisnya, lalu
bersujudlah untuknya setiap mukmin dan mukminah, dan tinggallah orang yang
dulunya bersujud di dunia dengan riya (ingin dilihat orang) dan sum’ah (ingin
didengar orang), lalu dia mencoba untuk bersujud, tapi belakangnya kembali
menjadi satu cetakan.” (HR. Al Bukhoriy (4919) dan Muslimm (472) dan
menambahkan disitu: “Setiap kali dia ingin bersujud, tersungkurlah dia di
atas tengkuknya.”).
Ini adalah keadaan orang yang bersujud di dunia
dengan riya dan sum’ah, maka bagaimana dengan orang yang tidak mau bersujud
sama sekali?
([11])
Al Imam An Nawawiy rohimahulloh berkata: “Sabda Nabi shollallohu ‘alaihi
wasallam : “Setiap kali onta yang pertama telah
lewat, dikembalikanlah kepadanya onta yang terakhir”
demikianlah lafazhnya di seluruh sumber naskah dalam bab ini. Al Qodhi ‘Iyadh
berkata: Orang-orang berkata: terjadi perubahan dan kekeliruan. Yang benar
adalah riwayat yang datang setelahnya dalam hadits lain dari riwayat Suhail dan
ayahnya, dan riwayat yang datang dari hadits Al Ma’rur bin Suwaid dari Abu
Dzar: “Setiap kali onta yang terakhir telah lewat,
dikembalikanlah kepadanya onta yang pertama”
(“Syarh Shohih Muslim”/karya An Nawawiy/7/hal. 65).
([12])
Hadits ini lemah dengan lafazh ini. Diriwayatkan oleh Ibnu
Majah (4250) dari Ibnu Mas’ud rodhiyallohu ‘anh, dan di dalam sanadnya ada keterputusan antara
Abu Ubaidah dan ayahnya yaitu Ibnu Mas’ud.
Dan diriwayatkan Ath Thobroniy (18224) dari Ibnu
Abi Sa’d Al Anshoriy dari ayahnya. Dan tidak diketahui siapakah Ibnu Abi Sa’d
Al Anshoriy ini. Dan sanad ini dilemahkan oleh Al Hafizh As Sakhowiy rohimahulloh dalam
“Al Maqoshidul Hasanah” no. (313).
Dan diriwayatkan oleh Al Baihaqiy dalam “Syu’abul
Iman” (6780) dari Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma. Di dalam sanadnya ada Ahmad bin Budail Al
Ayamiy, dalam dirinya ada kelembekan. Dan di dalam sanadnya juga ada Sa’id Al
Himshiy, yaitu Sa’id bin Abdul Jabbar, pendusta. Lihat ucapan Al Hafizh Ibnu
Abdil Hadi rohimahulloh dalam “Tanqihut Tahqiq” (4/hal. 568).
Dan cukuplah bagi kita
dalil-dalil diterimanya tobat, dan itu telah dikenal dari Al Qur’an dan Al
Sunnah. Alloh ta’ala berfirman:
﴿فَمَنْ تَابَ مِنْ بَعْدِ ظُلْمِهِ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ الله
يَتُوبُ عَلَيْهِ إِنَّ الله غَفُورٌ رَحِيمٌ﴾ [المائدة/39].
“Maka barangsiapa
bertobat setelah kezholimannya dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Alloh
akan menerima tobatnya, sesungguhnya Alloh itu Ghofur (Maha Pengampun) dan
Rohim (Maha Penyayang).”
Dan dari ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anhا
bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
«فإن العبد إذا اعترف بذنبه ثم تاب تاب الله عليه».
“Karena sesungguhnya
hamba itu jika mengakui dosanya lalu bertobat, Alloh menerima tobatnya.” (HR. Al Bukhoriy (2661) dan Muslim (7196)).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar