بسم الله الرحمن الرحيم
Apakah Ahlussunnah Tidak Berjihad?
الحمد لله وأشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وسلم، أما بعد:
Pernah ditanyakan: kenapa Ahlussunnah tidak berjihad, dan
tidak pula melawan pemerintah yang zholim atau bahkan kafir?
Dan di dalam jawaban berikut ini ada nasihat-nasihat yang
bermanfaat di zaman ini dan di masa yang akan datang dengan seidzin Alloh.
Jawaban kita dengan memohon pertolongan pada Alloh:
Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam telah menjadikan KUFRUN BAWAH (kekufuran
yang nyata) adalah sebab dia boleh untuk diperangi. Dari 'Ubadah Ibnush Shomit
rodhiyallohu 'anhu berkata:
دَعَانَا
رَسُولُ الله -صلى
الله عليه وسلم- فَبَايَعْنَاهُ
فَكَانَ فِيمَا أَخَذَ عَلَيْنَا أَنْ بَايَعَنَا عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ
فِى مَنْشَطِنَا وَمَكْرَهِنَا وَعُسْرِنَا وَيُسْرِنَا وَأَثَرَةٍ عَلَيْنَا
وَأَنْ لاَ نُنَازِعَ الأَمْرَ أَهْلَهُ قَالَ: « إِلاَّ أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا عِنْدَكُمْ مِنَ الله فِيهِ بُرْهَانٌ ».
Rosululloh -shalallohu
'alaihi wa sallam- menyeru kami maka kami membai'at beliau. Maka di antara
perkara yang beliau ambil terhadap kami adalah: Kami membai'at beliau untuk
mendengar dan taat dalam keadaan kami rajin dan malas, dalam keadaan kami
merasa sulit dan mudah, dan dalam keadaan kami tertimpa kezholiman, dan agar
kami tidak merebut kekuasaan dari pemiliknya. Lalu beliau bersabda,"Kecuali
jika kalian melihat kekufuran yang nyata, yang kalian punya bukti dari Alloh
tentangnya." (HR. Al Bukhoriy (7200) dan Muslim (1709)).
Jika pemerintah itu kafir dengan kekafiran yang jelas, maka hukum asalnya
adalah boleh digulingkan, tapi yg menghukumi
dia kafir adalah AR ROSIKHUNA FIL ‘ILM (orang-orang yang mendalam ilmu mereka
), para ulama robbaniyyin, yang sangat menyayangi umat, bukan para harokiyyin
yg haus darah dan kekuasaan.
Kemudian para ulama yang mendalam ilmu mereka dan lurus
manhaj mereka itu yang akan menimbang kadar maslahat dan madhorrot, bukan
semata-mata main ledakan di sana-sini.
Syaikhul Islam rohimahulloh berkata: “Rosul shollallohu
‘alaihi waalihi wasallam diutus untuk menghasilkan kemaslahatan dan
penyempurnaannya, dan menghilangkan kerusakan dan meminimalkannya.” (“Majmu’ul
Fatawa”/1/hal. 138).
Al Imam
Ibnul Qoyyim rohimahulloh: “Dan hendaknya orang berakal itu tahu bahwasanya
akal dan syariat itu mewajibkan dihasilkannya kemaslahatan dan
penyempurnaannya, dan dihilangkannya mafsadah (kerusakan) dan meminimalkannya.
Maka apabila ada suatu perkara menghadap orang berakal, dia melihat di dalamnya
ada maslahat dan mafsadah, maka dia wajib memperhatikan dua perkara: perkara
ilmiyyah dan perkara amaliyyah.
Perkara
ilmiyyah adalah: mengetahui mana yang paling kuat dari dua ujung maslahat dan
mafsadah. Jika jelas baginya mana yang terkuat, dia wajib mengutamakan perkara
yang paling bermaslahah untuknya.” (“Al Jawabul Kafi”/hal. 212).
Adapun asal ledak sana ledak sini,
justru banyak orang yang tak bersalah itu jadi korban, maka bukannya pelakunya
mendapatkan pahala jihad, tapi justru Nabi berlepas diri darinya.
Dari Abu Huroirah رضي الله عنه: dari Nabi صلى الله عليه وسلم,
bahwa beliau bersabda:
«من خرج من الطاعة وفارق الجماعة فمات مات
ميتة جاهلية. ومن قاتل تحت راية عمية يغضب لعصبة أو يدعو إلى عصبة أو ينصر عصبة
فقتل فقتلة جاهلية. ومن خرج على أمتي يضرب برها وفاجرها ولا يتحاش من مؤمنها ولا
يفي لذي عهد عهده فليس مني ولست منه».
"Barangsiapa keluar dari ketaatan dan memisahkan
diri dari Jama'ah kemudian ia mati, maka matinya seperti mati jahiliyah. Dan
barangsiapa berperang di bawah bendera kefanatikan, dia marah karena fanatik
kesukuan atau karena ingin menolong kebangsaan kemudian dia mati, maka matinya
seperti mati jahiliyah. Dan barangsiapa memberontak terhadap ummatku, kemudian
menyerang orang-orang yang baik maupun yang fajir tanpa memenghindari orang
mukminnya, dan tidak menunaikan perjanjian yang telah dibuatnya, maka dia tidak
termasuk dari golonganku dan aku tidak termasuk dari golongannya." (HR.
Muslim (1848)).
Maka rujuk kepada ulama robbaniyyin adalah sangat urgen.
Dan demi menyingkat jawaban karena kesempatan yang amat
terbatas, akan ana nukilkan beberapa fatwa Al Imam Al Muhaddits As Salafiy Al
Mujaddid Muqbil bin Hadi Al Wadi’iy rohimahulloh.
Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh berkata: “Pada
kenyataannya adalah: jihad itu termasuk syi’ar Islam yang tertinggi. Alloh
berfirman:
إن الله اشترى من المؤمنين
أنفسهم وأموالهم بأن لهم الجنة يقاتلون في سبيل الله فيقتلون ويقتلون
“Sesungguhnya Alloh
telah membeli dari kaum Mukminin jiwa-jiwa mereka dan harta-harta mereka dengan
mereka akan mendapatkan Surga, mereka berperang di jalan Alloh, maka mereka
membunuh dan terbunuh.”
Dan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
من مات ولم يغزو ولم يحدث
نفسه بالغزو مات ميتة جاهلية
“Barangsiapa mati dan
tidak berperang dan tidak mengajak jiwanya berbincang untuk berperang, dia akan
mati dengan kematian jahiliyyah.”
Dan kenyataannya adalah: sebagian pemerintah Muslimin itu
punya sisa keagamaan, sehingga kekufurannya itu tidak jelas. –lalu beliau
menyebutkan hadits Ubadah rodhiyallohu ‘anh-
Andaikata kekufuran pemerintah itu jelas, kita wajib
memeriksa kondisi Muslimin dan masyarakat. Bencana akan kembali menimpa
masyarakat.
Dan apakah Muslimin itu telah siap untuk berjihad ataukah mereka itu belum
siap? Bahkan Muslimin itu siap untuk mengumpulkan uang saja. Dia siap untuk
mencaci presiden hanya karena sepotong roti jika rotinya tinggal sedikit.
Aku merasa kagum dengan ucapan sebagian saudara kita yang
mulia, dari Mesir, dan aku tidak ingin menyebutkan namanya. Dia ditangkap oleh
pihak intelijen. Mereka berkata padanya: “Apakah engkau berkata bahwa para
pemimpin itu kafir?” Dia menjawab: “Apakah kalian tidak melihat kecuali saya
yang berkata bahwa para pemimpin itu kafir? Silakan kalian pergi ke tempat
antrian pembagian roti, kalian akan mendengar orang-orang berkata:
“Sesungguhnya para pemimpin itu kafir.”
Maka orang-orang awam, jika roti dan gula serta
mulukhiyyah (sejenis sayur hijau berkuah dan berlendir), mereka itu siap untuk
mengkafirkan presiden. Tapi jika presiden memberikan pada mereka
keperluan-keperluan mereka, mereka akan berkata: “Ini adalah kholifah rosyid.”
-sampai pada ucapan
beliau:-
Kemudian kita wajib memperhatikan hasil-hasil penggulingan tadi: apakah
kita mau untuk bangkit dan menyebabkan darah Muslimin tertumpah, lalu yang naik
di atas kursi adalah seorang sosialis, atau komunis atau sekuler?
Dulu kami ada di Jami’ah Islamiyyah. Aku punya rekan yang
namanya Muhammad, dari Habasyah (Ethiopia). Aku bertanya kepadanya: “Apa yang
telah engkau kerjakan dalam liburan ini, wahai Muhammad?” dia menjawab: “Kami
memberontak pada penguasa (presiden mereka dulu adalah orang kristen).” Di
negri mereka yang banyak adalah orang-orang nashoro, lalu muslimin memberontak
terhadap mereka dan mengusir mereka. Kemudian beberapa hari setelah itu
tiba-tiba saja Habasyah menjadi negara sosialis merah.
Aku sungguh menyesalkan bahwasanya orang sosialis yang
menggerakkan kita, dan dia tertawa pada jenggot kita, atau seorang ba’tsiy
(satu firqoh dari komunis) atau nashiriy (pengikut aqidah sosialis jamal
abdunnashr).
Siapakah yang mengusir orang-orang Inggris dari Aden?
Yang mengusir mereka adalah Muslimun. Kemudian yang melompat naik ke atas kursi
adalah para komunis.
Dan siapakah yang mengokohkan dan melapangkan jalan buat
jamal abdunnashir –semoga Alloh tidak merohmatinya-? Yang melakukannya adalah
ikhwanul muslimin. Lalu si jamal menghantam mereka.
Dan siapakah yang melapangkan jalan untuk shibghotulloh
mujaddidiy si shufiy itu, yang mana dia adalah pelayan amerika dan iran? Semua
bencana ada pada dirinya. Yang melapangkan jalan untuknya adalah kaum Muslimin,
yang mana Muslimun kehilangan satu setengah juta jiwa, semoga Alloh merohmati
mereka, dan mereka sesuai dengan niat mereka, dan kita berharap agar Alloh
memberikan pahala syahadah untuk mereka, karena mereka telah berperang sesuai
dengan niat mereka (memerangi orang-orang uni soviet).
Kita tidak tahu, ternyata amerika menghasung orang-orang
berjenggot dan berkata: “Sesungguhnya orang-orang berjenggot itu mudah dibuat
lalai!”
Amerika berkata pada orang-orang berjenggot: “Lihatlah si
presiden itu (presiden di negri muslimin), bagaimana dia itu mengelola harta
masyarakat? Bagaimana dia membuka pintu kerusakan lebar-lebar? Bagaimana dia
membolehkan perkara yang Alloh haromkan? Bagaimana dia membatasi masyarakat
sehingga seakan-akan masyarakat ada di dalam penjara?”
Hingga akhirnya masyarakatpun berkobar dan bangkit
(memberontak), kemudian ternyata masyarakat mendatangkan pengganti yang lebih
jelek daripada presiden yang sebelumnya.
Kalau masyarakat tidak mau memulai bergerak, maka
dolar-dolar amerika akan disebarkan murah bagaikan kotoran hewan. Para pelayan
amerika akan mendatangi masyarakat yang rakus dan sedang kelaparan itu, dengan
membawa ratusan juta dolar untuk masyarakat yang mereka inginkan, lalu
masyarakat tadi akan melakukan perkara yang diinginkan oleh amerika.
Alloh ta’ala berfirman:
ولا تركنوا إلى الذين
ظلموا فتمسكم النار
“Dan janganlah kalian
bersandar pada orang-orang yang zholim, sehingga kalian disentuh oleh api
Neraka.”
Dan dalam hadits shohih, Nabi shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda:
لا يلدغ المؤمن من جحر
مرتين
“Seorang Mukmin tidak
tersengat dua kali dari satu lubang.”
Adapun kita (masyarakat Muslimin), kita telah menjadi
asy’abiyyin (orang-orang yang begitu mudah ditipu oleh seruan). Kita ditampar
berkali-kali, lalu datang lagi seruan-seruan yang baru, kita justru berkata:
“Barangkali mereka itu benar.”
Kemudian kita tidak memikirkannya kecuali setelah
terjadinya kejelekan yang banyak terjadi di banyak negri-negri Islam (setelah
penguasa lama diruntuhkan, ternyata penggantinya lebih buruk).
Maka jika kaum Muslimin telah siap, dan mereka punya
kekuatan dan orang-orang yang bersabar menghadapi kemiskinan dan penyakit,
mampu bersabar terhadap kelaparan dan kurangnya pakaian, kurang tidur, sabar
terhadap kepenatan-kepenatan, mampu menolak risywah (suap) dolar amerika (dan
semacamnya), karena dolar tadi lebih hebat sihirnya daripada Harut dan Marut.
Maka wajiblah untuk yang pertama kali adalah: mereka berjanji pada Alloh untuk
menolak dolar amerika (segala macam suap untuk memberontak). Soalnya jika tidak
demikian, mereka tidak akan sukses.
Dan orang yang berkata: “Sesungguhnya Ahlussunnah tidak
berjihad,” maka dia adalah MUKABIR (orang yang membutakan mata terhadap
kenyataan yang amat jelas). Maka Ahlussunnah itu di medan jihad. Dakwah ke
jalan Alloh terus mereka tegakkan, pendidikan umat terus mereka tegakkan,
mereka mengingkari kemungkaran sesuai dengan batas-batas yang mereka mampu,
menghadapi orang-orang yang zholim, menghadapi para hizbiyyin, menghadapi para
komunis, ba’tsiyyin, nashiriyyin, mereka menghadapi masyarakat semuanya (sesuai
dengan jenis-jenis kekeliruan masyarakat yang ada).
Maka kegiatan Ahlussunnah ini lebih berbahaya bagi para
musuh, daripada engkau menghadapi para musuh dengan meriam dan senapan.
Kami telah melihat beberapa jama’ah membunuh seorang
komandan, lalu (akibatnya) pemerintah memenjarakan duapuluh ribu para dai yang
mengajak ke jalan Alloh, para Muslimin yang tidak bersalah. Maka kita wajib
menyadari itu, memikirkannya dan mempelajari kondisi dan keadaan.
Apakah Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam diperintahkan
untuk berjihad sejak Alloh mengutus beliau? Atau apakah beliau dulu sering
melihat seorang Shohabat dipukuli, dan melewatinya? Dan terkadang Nabi
shollallohu ‘alaihi wasallam yang dipukuli, sebagaimana di dalam hadits, ketika
beliau di dekat Masjidil Harom.
Kemudian beliau bersabar, sampai beliau hijroh.
Dan setelah hijroh beliau juga bersabar, sampai Alloh
turunkan pada beliau:
أذن للذين يقاتلون بأنهم
ظلموا وإن الله على نصرهم لقدير
“Telah diidzinkan kepada
orang-orang yang diperangi (untuk membela diri), dan sesungguhnya Alloh
benar-benar mampu untuk menolong mereka.”
Maka kita wajib untuk bersikap kokoh dan tidak memberikan
kepemimpinan (kendali dakwah) pada orang-orang yang mudah tertipu, dan kita
jangan sampai membuat pengkaburan pada orang-orang yang mengikuti kita,
sebagaimana ikhwanul muflisun membuat pengkaburan, mereka berkata: “Jihad,
jihad!” Dan setelah mereka mengobarkan jiwa masyarakat seakan-akan rambut
kepala mereka berdiri semua untuk bersiaga berjihad di jalan Alloh, kemudian
orang-orang ikhwanul muflisun memalingkan mereka pada tamtsiliyyat
(drama-drama), nasyid-nasyid, begadang, dan kisah-kisah lucu, dan yang semisal
itu.
Maka kita tidak boleh menipu para pengikut kita dan
saudara-saudara kita. Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
كلكم راعٍ وكلكم مسئول عن
رعيته
“Setiap kalian adalah
pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai atas kepemimpinannya.”
(sebagaimana yang ana
dengar dari kaset rekaman, tertulis dalam “Fatawasy Syaikh Muqbil Al Wadi’iy”,
dan rujuk juga dalam “Ghorotul Asyrithoh”/1/hal. 191-194).
Maka tidak setiap kekufuran itu menuntut adanya
penggulingan kekuasaan. Dan kita tidak boleh menurutkan panasnya hati dan
kemarahan jiwa, yang tebusannya boleh jadi adalah ribuan nyawa muslimin dan
rusaknya keamanan dan ketentraman. Kita wajib menuruk pada bimbingan para ulama
Sunnah yang mendalam ilmu mereka dan cerdas dalam mempertimbangkan maslahat dan
mafsadat, di dalam memahami dalil dan menerapkannya dalam kenyataan umat.
Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqolaniy rohimahulloh berkata:
“Dulu Al Ma’mun, Al Mu’tashim dan Al Watsiq mengajak apda bid’ah bahwasanya Al
Qur’an itu adalah makhluq, dan mereka menghukum para ulama dengan pembunuhan,
pemukulan, penjara, dan berbagai jenis penghinaan dalam rangka mendukung dakwah
tadi. Dan tidak ada seorangpun yang berkata akan wajibnya memberontak pada para
penguasa tadi dengan sebab itu. Dan kondisi tersebut berlangsung selama belasan
tahun, hingga Al Mutawakkil memegang kepemimpinan, lalu beliau membatalkan
ujian tadi dan memerintahkan untuk menampilkan sunnah.” (“Fathul Bari”/13/hal. 116).
Dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata:
“Dan barangkali hampir tidak diketahui adanya suatu kelompok yang memberontak
terhadap penguasa kecuali pemberontakan tadi menghasilkan kerusakan yang lebih
besar daripada kerusakan yang mereka hilangkan.” (“Minhajus Sunnah”/3/hal.
194).
Dan Al Imam Muqbil Al Wadi’iy rohimahulloh berkata: “Dan
orang yang mengajak pada pemberontak dan penggulingan kekuasaan adalah penyeru
pada kerusakan, penyeru pada tertumpahnya darah kaum Muslimin. Sampai bahkan
penguasa yang aku yakini bahwa dia itu kafir, aku berkata: “Tidak pantas
Muslimin bertabrakan dengan penguasa tadi dengan besi dan api, karena efeknya
akan balik menghantam kepala-kepala kaum Muslimin, darah-darah kaum Muslimin
tertumpah, dari sana-sini, dari kedua belah pihak. Maka mereka harus saling menasihati,
dan memperhatikan ilmu dan pengajaran.
Dan hanya kepada Alloh
sajalah kita mohon pertolongan.”
(sebagaimana yang ana
dengar dari rekaman “Asilatusy Syaikh Al Wushobiy Waz Zairin”, dan tertulis
dalam “Fatawasy Syaikh Muqbil Al Wadi’iy”).
Semoga jawaban singkat ini turut memuaskan hati
saudara-saudara kita Salafiyyin, dan turut mengobati saudara-saudara kita
Muslimin yang dibuat bimbang oleh syubuhat.
والله تعالى أعلم
والحمد لله رب العالمين