Sikap
Lembut Ditempatkan Pada Posisinya,
Sikap
Keras Harus Sesuai Porsinya
Ditulis
Oleh:
Abu
Fairuz Abdurrohman
Al
Qudsi Al Indonesi ‘afallohu ‘anhu
بسم
الله الرحمن الرحيم
الحمد لله وأشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وآله وصحبه
وسلم أما بعد:
Sesungguhnya sebagian
orang yang menuduh bahwasanya para pembawa Dakwah Salafiyyah itu keras-keras
dan berakhlaq buruk.
Dari sisi lain,
sebagian dai bersikap amat lembek dan takut mengumandangkan kebenaran sekalipun
dirinya mampu.
Maka yang benar
adalah bahwasanya perkara ini harus dirinci, dan tuduhan yang dusta harus
dibantah, sementara pandangan keliru haruslah diluruskan.
Bab Satu:
Kelembutan Adalah Dasar Dakwah Islamiyyah Salafiyyah
Kami beriman akan disyariatkannya kelembutan, dan
memang inilah asal metode dakwah Salafiyyah, sesuai dengan Al Qur’an dan As
Sunnah.
Alloh ta’ala berfirman:
{ فَبِمَا رَحْمَةٍ
مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا
مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
الْمُتَوَكِّلِينَ} [آل عمران: 159]
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan
itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali ‘Imron: 159).
Alloh subhanahu berfirman:
{ اذْهَبَا إِلَى
فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (43) فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ
يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى } [طه: 43، 44]
“Pergilah kalian berdua kepada Fir'aun, Sesungguhnya Dia telah
melampaui batas; Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang
lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut". (QS. Thoha: 43-44)
Alloh Jalla dzikruhu berfirman:
{وَقُولُوا
لِلنَّاسِ حُسْنًا } [البقرة: 83]
“…Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, ...” (QS. Al Baqoroh: 83)
Juga berfirman:
{ ادْعُ إِلَى
سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ
وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ} [النحل: 125]
“Serulah (manusia) kepada jalan Robb-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An Nahl: 125)
Alloh ta’ala berfirman:
{ وَقُلْ لِعِبَادِي
يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ
الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا} [الإسراء: 53]
“Dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka
mengucapkan Perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu
menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Al Isro:
53)
Alloh ta’ala berfirman:
{ وَلَا
تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (34)
وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ
عَظِيمٍ } [فصلت: 34، 35]
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan
itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara
Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai
keuntungan yang besar.” (QS. Fushshilat: 34-35)
Dari ‘Aisyah -rodhiyallohu 'anha- bahwasanya Nabi -shollallohu 'alaihi
wasallam- bersabda:
« إن الرفق لا يكون فى شىء إلا زانه ولا ينزع من شىء إلا شانه ».
“Sesungguhnya kelembutan itu tidak ada pada
sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidak dicabut dari sesuatu kecuali
memperburuknya.” (HR. Muslim/2594).
Dan Ahlussunnah mendorong manusia untuk berhias dengan akhlaq yang
mulia.
Bab Dua: SIkap Keras
Pada Tempat Yang Tepat Adalah Disyariatkan
Sikap Keras jika diletakkan pada tempatnya, maka yang demikian itu
juga bagian dari syariat.
Manakala
Fir’aun mulai menampakkan penentangan terhadap kebenaran yang dibawa Nabi Musa
alaihis salam, mulailah beliau menampakkan sikap keras padanya.
Alloh ta’ala berfirman:
{ قَالَ لَقَدْ
عَلِمْتَ مَا أَنْزَلَ هَؤُلَاءِ إِلَّا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
بَصَائِرَ وَإِنِّي لَأَظُنُّكَ يَا فِرْعَوْنُ مَثْبُورًا } [الإسراء: 102]
“Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada
yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan yang memelihara langit dan
bumi sebagai bukti-bukti yang nyata; dan Sesungguhnya aku mengira kamu, Hai
Fir'aun, seorang yang akan binasa". (QS.
Al Isro: 102)
Maka sikap keras yang pada tempatnya adalah
disyariatkan oleh Alloh ta’ala.
﴿يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ﴾ [التوبة : 73] و]التحريم:9[
“Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik
dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka adalah Jahannam dan itu
adalah seburuk-buruknya tempat kembali”. (QS.
At Tahrim: 9)
Termasuk
dari contoh sikap keras Rosululloh صلى الله عليه وسلم
terhadap orang berilmu yang melakukan kesalahan adalah:
Abu Huroiroh رضي الله عنه berkata:
أَنَّ رَسُولَ الله - صلى الله عليه وسلم - قَضَى فِى
امْرَأَتَيْنِ مِنْ هُذَيْلٍ اقْتَتَلَتَا ، فَرَمَتْ إِحْدَاهُمَا الأُخْرَى
بِحَجَرٍ ، فَأَصَابَ بَطْنَهَا وَهْىَ حَامِلٌ ، فَقَتَلَتْ وَلَدَهَا الَّذِى
فِى بَطْنِهَا فَاخْتَصَمُوا إِلَى النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - فَقَضَى
أَنَّ دِيَةَ مَا فِى بَطْنِهَا غُرَّةٌ عَبْدٌ أَوْ أَمَةٌ ، فَقَالَ وَلِىُّ
الْمَرْأَةِ الَّتِى غَرِمَتْ كَيْفَ أَغْرَمُ يَا رَسُولَ الله مَنْ لاَ شَرِبَ ،
وَلاَ أَكَلَ ، وَلاَ نَطَقَ ، وَلاَ اسْتَهَلَّ ، فَمِثْلُ ذَلِكَ يُطَلّ فَقَالَ
النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « إِنَّمَا هَذَا مِنْ إِخْوَانِ
الْكُهَّانِ » (أخرجه البخارى (5758) ومسلم (4485))
"Bahwasanya Rosululloh صلى الله عليه وسلم pernah memutuskan kasus dua orang wanita dari Hudzail yang baku
bunuh, salah satunya melempar lawannya dengan batu dan mengenai perutnya –dalam
keadaan dia hamil-. Tewasnya janin yang ada di dalam perutnya. Merekapun
berselisih di hadapan Nabi صلى الله عليه وسلم.
Beliau memutuskan kewajiban untuk membayar diyat janin tersebut berupa
pembayaran dengan budak laki-laki atau perempuan. Maka berkatalah wali
perempuan yang terkena denda,"Wahai Rosululloh, bagaimana janin yang belum
bisa minum itu mendatangkan denda? Dia itu belum bisa makan, belum bisa bicara
ataupun melengking. Dan yang seperti itu adalah batal." Maka Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda tentang orang itu: "Orang ini hanyalah
saudaranya dukun." (HR. Al Bukhori/ 5758 dan Muslim/ 4485)
Imron
bin Hushoin رضي الله عنه berkata:
أَنَّ رَجُلاً عَضَّ يَدَ رَجُلٍ فَانْتَزَعَ يَدَهُ فَسَقَطَتْ ثَنِيَّتُهُ أَوْ ثَنَايَاهُ فَاسْتَعْدَى رَسُولَ الله -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ رَسُولُ الله -صلى الله عليه وسلم- «
مَا تَأْمُرُنِى تَأْمُرُنِى أَنْ آمُرَهُ أَنْ يَدَعَ يَدَهُ فِى فِيكَ تَقْضَمُهَا كَمَا يَقْضَمُ الْفَحْلُ ادْفَعْ يَدَكَ حَتَّى يَعَضَّهَا ثُمَّ انْتَزِعْهَا ».
"Bahwasanya ada
seseorang yang menggigit tangan
seseorang, lalu yang digigit itu mencabut tangannya dari gigitan itu sehingga
terjatuhlah gigi serinya. Maka dia memanggil Rosululloh صلى الله عليه وسلم. Maka Rosululloh صلى الله عليه وسلم
bersabda:"Apa yang hendak kau perintahkan kepadaku? Apakah engkau akan
memerintahkan aku agar aku memerintahkannya untuk membiarkan tangannya ada di
mulutmu untuk engkau kunyah sebagaimana onta jantan mengunyah? Coba sodorkan
tanganmu agar dia menggigitnya, lalu cabutlah tanganmu itu." (HR. Muslim/
4473)
Pada
saat beliau صلى الله عليه وسلم melihat api kecemburuan
A'isyah رضي الله عنها, beliau bersabda:
أَقَدْ جَاءَكِ شَيْطَانُك
"Apakah setanmu telah
mendatangimu?" (HR. Muslim/ 2815)
Dan
para shahabatpun terkenal punya kecemburuan yang tinggi untuk agama Alloh dan
Rasul-Nya, dan bersikap keras terhadap orang berilmu yang melakukan pelanggaran. Misalnya adalah:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه أَنَّ رَسُولَ الله - صلى الله عليه وسلم – قَالَ: « لاَ يَمْنَعُ جَارٌ جَارَهُ أَنْ يَغْرِزَ خَشَبَهُ فِى جِدَارِهِ » . ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ: مَا لِى أَرَاكُمْ عَنْهَا مُعْرِضِينَ وَالله لأَرْمِيَنَّ بِهَا بَيْنَ أَكْتَافِكُمْ. (أخرجه البخاري
(996) و مسلم (4215)).
Abu Huroiroh رضي الله عنه berkata bahwasanya Rosululloh صلى الله عليه وسلم
bersabda: "Janganlah seorang tetangga menghalangi tetangganya untuk
memasang kayunya di dindingnya." Lalu Abu Huroiroh
berkata,"Kenapa kulihat kalian berpaling darinya? Demi Alloh sungguh aku
akan melemparkan kayu tadi di antara kedua pundak kalian." (HR. Al
Bukhori/ 996 dan Muslim/ 4215)
سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ قَالَ قُلْتُ لاِبْنِ عَبَّاسٍ إِنَّ نَوْفًا الْبِكَالِىَّ يَزْعُمُ أَنَّ مُوسَى لَيْسَ بِمُوسَى بَنِى إِسْرَائِيلَ ، إِنَّمَا هُوَ مُوسَى آخَرُ . فَقَالَ كَذَبَ عَدُوُّ الله
Sa'id bin Jubair
-rahimahulloh- berkata,"Aku berkata kepada Ibnu Abbas رضي الله عنهما: "Sungguhnya Nauf Al Bikali menyangka bahwasanya Musa -
yang bersama Khidhr- bukanlah Musa Bani Isroil, akan tetapi hanya dia itu Musa
yang lain." Maka beliau berkata,"Musuh Alloh itu bohong." (HR.
Al Bukhori/ 112 dan Muslim/ 6313)
عَنْ أَبِى مَعْمَرٍ قَالَ قَامَ رَجُلٌ يُثْنِى عَلَى أَمِيرٍ مِنَ الأُمَرَاءِ فَجَعَلَ الْمِقْدَادُ يَحْثِى عَلَيْهِ التُّرَابَ وَقَالَ أَمَرَنَا رَسُولُ الله –صلى الله عليه وسلم- أَنْ نَحْثِىَ فِى وُجُوهِ الْمَدَّاحِينَ التُّرَابَ. (أخرجه مسلم (7697))
Abu Ma'mar -rahimahulloh-
berkata,"Seseorang berdiri memuji seorang amir (pemimpin/pejabat) dari
umaro, lalu Al Miqdad –bin Aswad- (رضي الله عنه)
menyiramnya dengan pasir dan berkata," Rosululloh صلى الله عليه وسلم memerintahkan kami untuk menyiramkan pasir ke wajah-wajah para
tukang puji." (HR. Muslim/ 7697)
عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِى رَبَاحٍ قَالَ كَانَ رَجُلٌ يَمْدَحُ ابْنَ عُمَرَ - قَالَ- فَجَعَلَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ هَكَذَا يَحْثُو فِى وَجْهِهِ التُّرَابَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ الله -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « إِذَا رَأَيْتُمُ الْمَدَّاحِينَ فَاحْثُوا فِى وُجُوهِهِمُ التُّرَابَ » (مسند أحمد - (5817))
'Atho bin Abi Robah
-rahimahulloh- berkata,"Dulu ada seseorang yang memuji Ibnu Umar (رضي الله عنه), maka Ibnu Umar berbuat demikian: menyiram wajahnya dengan
pasir dan berkata,"Aku mendengar Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda: "Jika kalian melihat para tukang puji maka
siramkanlah pasir ke wajah mereka." (HR. Ahmad/ 5817/shohih).
Para
Tabi'in dan yang setelah mereka juga terkenal punya kecemburuan yang tinggi
untuk agama Alloh dan Rasul-Nya صلى الله عليه وسلم, dan
bersikap keras terhadap orang berilmu yang melakukan pelanggaran. Misalnya adalah:
Imam Hammad bin Salamah
-rahimahulloh- berkata:
حَدَّثَنَا ثَابِتٌ الْبُنَانِىُّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فِى قَوْلِهِ تَعَالَى (فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ) قَالَ قَالَ هَكَذَا يَعْنِى أَنَّهُ أَخْرَجَ طَرَفَ الْخِنْصَرِ. قَالَ أَبِى أَرَانَا مُعَاذٌ قَالَ فَقَالَ لَهُ حُمَيْدٌ الطَّوِيلُ مَا تُرِيدُ إِلَى هَذَا يَا أَبَا مُحَمَّدٍ قَالَ فَضَرَبَ صَدْرَهُ ضَرْبَةً شَدِيدَةً وَقَالَ مَنْ أَنْتَ يَا حُمَيْدُ وَمَا أَنْتَ يَا حُمَيْدُ يُحَدِّثُنِى بِهِ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَتَقُولُ أَنْتَ مَا تُرِيدُ إِلَيْهِ.
(مسند أحمد -
12592)
Tsabit Al Bunani
menceritakan kepada kami hadits dari Anas bin Malik dari Nabi صلى الله عليه وسلم tentang firman Alloh ta'ala:"Manakala Robbnya
menampakkan diri-Nya ke gunung itu.." beliau bersabda:"Berbuat
demikian: Mengeluarkan ujung kelingkingnya.
-Ayahku Ahmad berkata:
Mu'adz menunjukkan gambarannya kepada kami-
Humaid Ath Thowil berkata
kepada Tsabit,"Apa yang anda maukan dengan ini, wahai Abu Muhammad?"
Maka dipukulnya dadanya dengan pukulan yang keras dan berkata,"Siapa kamu
wahai Humaid? Dan apa kamu ini? Anas bin Malik menceritakan hadits ini dari
Nabi صلى الله عليه وسلم lalu engkau berkata: "Apa yang anda mau?"" (HR.
Ahmad/ 12592/shohih).
Muhammad
bin Wasi' –rahimahulloh- berkata:
رأيت صفوان بن محرز وأشار بيده إلى ناحية من المسجد ، وشببة قريب منه ، يتجادلون ، فرأيته ينفض ثوبه وقام وقال : إنما أنتم جرب إنما أنتم جرب
"Aku melihat Shofyan
bin Muhriz –dan mengisyaratkan ke salah satu sisi masjid- sementara itu
beberapa pemuda berdebat di dekatnya. Maka kulihat beliau mengibaskan bajunya
dan berdiri seraya berkata," Kalian itu hanyalah penyakit kudis."
("Asy Syari'ah"/ Imam Al Ajurri -rahimahulloh-/114)
Abu
Ishaq Ath Tholiqoni -rahimahulloh- berkata:
سَمِعْتُ ابْنَ الْمُبَارَكِ يَقُولُ لَوْ خُيِّرْتُ بَيْنَ أَنْ أَدْخُلَ الْجَنَّةَ وَبَيْنَ أَنْ أَلْقَى عَبْدَ الله بْنَ مُحَرَّرٍ لاَخْتَرْتُ أَنْ أَلْقَاهُ ثُمَّ أَدْخُلَ الْجَنَّةَ فَلَمَّا رَأَيْتُهُ كَانَتْ بَعْرَةٌ أَحَبَّ إِلَىَّ مِنْهُ.
Aku mendengar Ibnul
Mubarok berkata,"Andaikata aku diberi pilihan antara masuk ke dalam jannah
ataukah berjumpa dengan Abdulloh bin Muharror, niscaya aku akan memilih untuk
berjumpa dengannya baru kemudian aku masuk Jannah. Ketika aku melihatnya
ternyata kotoran hewan lebih aku sukai daripadanya." (Muqaddimah Shohih
Muslim/1/hal. 104/shohih).
Imam
Asy Syafi'i -rahimahulloh- berkata:
أخبرني أبو حنيفة بن سماك بن الفضل ، قال : حدثني ابن أبي ذئب ،
عن المقبري ، عن أبي شريح الكعبي ، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال عام الفتح
: « من قتل له قتيل فهو بخير النظرين : إن أحب أخذ العقل ، وإن أحب فله القود » فقال أبو حنيفة : فقلت لابن أبي ذئب ، أتأخذ بهذا يا أبا الحارث ؟ فضرب صدري وصاح علي صياحا منكرا ، ونال مني ، وقال : أحدثك عن رسول الله وتقول : تأخذ به ؟ وذلك الفرض علي وعلى من سمعه ، إن الله تعالى اختار محمدا صلى الله عليه وسلم من الناس فهداهم به وعلى يديه ، واختار لهم ما اختار له على لسانه ، فعلى الخلق أن يتبعوه طائعين أو داخرين ، لا مخرج لمسلم من ذلك قال : وما سكت عني حتى تمنيت أن يسكت ("الفقيه والمتفقه" /للخطيب البغدادي /1 / ص 313)
"Abu Hanifah bin Simak
ibnul Fadhl berkata padaku: Ibnu Abi Dzi'b memberiku hadits dari Al Maqburi
dari Abu Syuroih Al Ka'bi bahwasanya Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda pada tahun fathu Makkah:"Barangsiapa yang salah
satu keluarganya terbunuh, maka dia bisa memilih yang terbaik dari dua pilihan:
Kalau senang, dia bisa mengambil denda. Dan kalu suka dia bisa memilih
qishshosh". Abu hanifah berkata,"Kukatakan pada Ibnu Abi
Dzi'b:"Apakah anda mengambil pendapat ini, wahai Abul Harits?" Maka
beliau memukul dadaku dan meneriaki aku dengan teriakan yang belum kukenal, dan
mencaci maki aku, serta berkata,"Aku memberimu hadits dari Rosululloh dan
engkau berkata: "Apakah anda mengambil pendapat ini?" Yang demikian
itu adalah wajib bagiku, dan bagi orang yang mendengarnya. Sesungguhnya Alloh
ta'ala telah memilih Muhammad صلى الله عليه وسلم dari
kalangan manusia dan memberikan hidayah pada mereka melalui beliau dan dengan
perantaraan tangan beliau. Dan Dia telah memilihkan untuk mereka apa yang
dipilihkan-Nya untuk beliau melalui lisan beliau. Maka wajib atas seluruh
makhluk untuk mengikuti beliau dalam keadaan taat atau terhinakan. Tiada jalan
keluar bagi seorang muslim dari yang demikian itu.
Abu Hanifah
berkata,"beliau tidak mau diam dariku sampai-sampai aku berangan-angan
agar beliau diam." ("Al Faqih wal Mutafaqqih" 1/hal. 313)
Imam Ar
Robi' bin Sulaiman -rahimahulloh- berkata:
سمعت الشافعي يقول وذكر القرآن وما يقول حفص الفرد ، وكان الشافعي يقول : حفص القرد ، وناظره بحضرة وال كان بمصر فقال له الشافعي رضي الله عنه في المناظرة : كفرت والله الذي لا إله إلا هو ، ثم قاموا ، فانصرفوا ، فسمعت حفصا يقول : أشاط والله الذي لا إله إلا هو الشافعي بدمي قال الربيع : وسمعت الشافعي رحمه الله تعالى يقول : القرآن كلام الله غير مخلوق ، ومن قال : مخلوق فهو كافر.
"Aku mendengar Asy
Syafi'i berkata, dan menyebutkan tentang Al Qur'an dan apa yang diucapkan Hafsh
Al Fard. Dulu Asy Syafi'i menyebutnya:"Hafsh Al Qird (Monyet)[1]".
Beliau berdebat dengan Hafsh dihadiri dengan seorang wali yang ada di Mesir.
Beliau berkata pada Hafsh,"Engkau telah kafir, demi Alloh Yang tiada
sesembahan yang benar selain Dia." Kemudian mereka berdiri dan bubar. Lalu
aku mendengar Hafsh berkata,"Asy Syafi'i ingin menumpahkan darahku, demi
Alloh Yang tiada sesembahan yang benar selain Dia."
Ar Robi' berkata,"Aku
mendengar Asy Syafii berkata,"Al Qur'an adalah kalamulloh dan bukan
makhluk. Dan barangsiapa mengatakan
bahwasanya Al Qur'an itu makhluk, maka dia itu kafir." ("Asy
Syari'ah" no. 127)
Maka
tidak bisa kita mengharuskan seseorang itu selalu bersikap lembut dalam dakwah
sementara sikap keras –yang ada pada tempatnya- itu adalah bagian dari syariat.
Dan bukanlah sikap keras terhadap orang yang berilmu yang menyimpang itu
bukanlah suatu bentuk tasyaddud (keras dan berlebihan) sebagaimana sudah antum
tahu itu.
Imam Al
Wadi'i -rahimahulloh- berkata:
كنت وعبدالمجيد الزنداني عند الرئيس، فقلت لهما: أنا أتحداكما أن تثبتا برهانًا على أننا متشددون، لأنّهم يقولون أن أهل السنة متشددون. فسكت الرئيس ويشكر على ذلك فقال عبدالمجيد الزنداني: أما أنا فعندي كلامك في الأشخاص، فقلت له: إن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم يقول لمعاذ: ((أفتان أنت يا معاذ؟)) ويقول لأبي ذر: ((إنك امرؤ فيك جاهليّة)). فالتفت الرئيس إلى عبدالمجيد الزنداني بمعنى ما هو جوابك؟ فما كان من عبدالمجيد الزنداني إلا أن قال: إن هذه الأدلة منسوخة. وأريد أن تسجل هذه الكلمة هنا ليعرفها علماء المسلمين الذين يدافعون عن الحزبيين كيف يحكمون على الأدلة، من سبقك ياعبدالمجيد وقال: إن هذه الأدلة منسوخة؟ اسأل العلماء لو كنت موفقًا، ..إلخ
"Aku pernah bersama Az-
Zindani di sisi bapak presiden, lalu kukatakan kepada keduanya,"Aku
tantang kalian berdua untuk memberikan bukti bahwasanya kami adalah
mutasyaddidun." Karena mereka berkata bahwa Ahlus Sunnah itu
mutasyaddidun. Maka terdiamlah bapak presiden, dan sikap beliau itu patut untuk
disyukuri. Abdul Majid Az Zindani berkata:"Adapun aku, maka dalilku adalah
kritikanmu terhadap para tokoh." Maka kukatakan padanya,"Sesungguhnya
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda pada Mu'adz: "Apakah engkau itu tukan
fitnah wahai Mu'adz?" Dan bersabda pada Abu Dzarr: "Sesungguhnya
engkau adalah orang yang di dalam dirimu ada sifat jahiliyyah."
Maka
bapak presiden berpaling kepada Abdul Majid Az Zindani yang maknanya
adalah,"Apa jawabanmu?" Maka Abdul Majid Az Zindani tak punya pilihan
selain berkata,"Sesungguhnya dalil-dalil ini mansukh (telah
dihapus)."
Aku
ingin ucapan itu direkam agar para ulama muslimin yang membela para hizbiyyun itu
tahu bagaimana mereka menghukumi dail-dalil. Siapakah yang mendahuluimu wahai
Abdul Majid dan berkata,"Sesungguhnya dalil-dalil ini mansukh?"
Tanyalah pada para ulama kalau memang engkau itu muwaffaq (mendapatkan taufiq)."
(selesai dari "Tuhfatul
Mujib" hal. 367)
Sampai di sini dulu, semoga Alloh ta’ala merahmati kita semua.
Walhamdulillahi robbil alamin.
Dammaj Yaman,
10 Shofar 1432 H
Diperbaharui di Kedah Malaysia
16 Muharrom 1437 H
Afwan ustadz sekedar saran dan masukan, mungkin akan lebih profesional klo pake template blogger yg semisal d blog ini http://www.arlinadzgn.com/?m=1 , jazakallahu khoiron
BalasHapus