Label

Senin, 09 November 2015

Julukan “imam” Bagi Al Albaniy, Ibnu ‘Utsaimin dan yang lainnya


بسم الله الرحمن الرحيم
Apakah boleh menjuluki ulama zaman ini sebagai “imam” seperti Al Imam Al Albaniy dan Al Imam Ibnu ‘Utsaimin dan yang lainnya?



Pertanyaan: apakah boleh menjuluki ulama zaman ini sebagai “imam” seperti Al Imam Al Albaniy dan Al Imam Ibnu ‘Utsaimin dan yang lainnya?
Jawabannya dengan memohon pertolongan pada Alloh:
الحمد لله وأشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله اللهم صل وسلم على محمد وعلى آله أجمعين، أما بعد
Jika yang dimaksudkan dengan IMAM di sini adalah imam dalam masalah ilmu syariat dan kebaikan agama, maka hal itu boleh, dengan bimbingan para ulama.
Itu dikarenakan sesungguhnya imamah (menjadi imam) dalam suatu perkara adalah keteladanan dalam perkara itu, orangnya diteladani dalam perkara tadi. Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِين﴾ [البقرة/124].
“Dan ingatlah ketika Ibrohim diuji oleh Robbnya dengan beberapa kalimat, lalu dia menunaikannya dengan sempurna. Alloh berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikan engkau sebagai imam bagi manusia. Dia menjawab: Dan juga dari keturunan saya. Alloh berfirman: perjanjian-Ku ini tidak mengenai orang-orang yang zholim.”
            Al Imam Al Baghowiy  berkata: Alloh ta’ala berfirman: “Alloh berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikan engkau sebagai imam bagi manusia” yaitu engkau diteladani dalam kebaikan.” (“Ma’alimut Tanzil”/1/hal. 162).
Dan para ulama Salafiyyin adalah panutan dan teladan bagi Ahlussunnah dalam masalah ilmu, kebaikan dan ketaqwaan. Maka mereka adalah para imam di zaman mereka.
Alloh subhanahu berfirman:
﴿وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا﴾ [الفرقان/74].
“Dan orang-orang yang berkata: Wahai Robb kami, berilah kami dari istri-istri kami dan keturunan kami penyejuk hati, dan jadikanlah kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertaqwa.”
            Al Imam Makhul Asy Syamiy رحمه الله berkata dalam tafsir ayat ini: “Para imam dalam ketaqwaan, yang mana orang-orang yang bertaqwa itu meneladani kami.” (“Jami’ Bayanil ‘Ilmi Wa Fadhlih”/1/hal. 564/Dar Ibnil Jauziy/sanadnya shohih).
Al Imam Al Qurthubiy رحمه الله berkata: “Firman Alloh ta’ala:
﴿وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا﴾ [الفرقان: 74]
“Dan jadikanlah kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertaqwa.”
Yaitu sebagai teladan yang orang-orang mengikuti kami dalam kebaikan. Dan ini tidak terjadi kecuali orang yang berdoa tadi adalah orang yang bertaqwa dan menjadi teladan, dan ini adalah maksud orang yang berdoa tadi.” (“Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an”/13/hal. 83).
Maka orang yang paling beruntung dengan keimaman dalam agama adalah para ulama. Al Imam Al Ajurriy رحمه الله berkata: “Dan sifat ini dan semisalnya di dalam Al Qur’an menunjukkan kepada keutamaan para ulama, dan bahwasanya Alloh عز وجل menjadikan mereka sebagai imam bagi para makhluk yang mana mereka itu meneladani para ulama tadi.” (“Akhlaqul Ulama”/karya Al Ajurriy/hal. 11/cet. Darul Atsar).
Maka dari itu bolehlah bagi kita untuk berkata bahwasanya Asy Syaikh Al ‘Allamah Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albaniy rohimahulloh adalah imam.
Al Imam Muhammad bin Sholih AL ‘Utsaimin rohimahulloh berkata: “Al Albaniy adalah seorang pria dari Ahlussunnah –semoga Alloh merohmati beliau-, pembela sunnah, imam dalam hadits. Kami tidak mengetahui ada seseorang yang menandinginya di masa kita ini. Akan tetapi sebagian orang, -kita mohon pada Alloh keselamatan- di dalam hatinya ada kedengkian, jika melihat seseorang itu diterima, dia mulai menyindir-nyindirnya dengan sesuatu, seperti perbuatan para munafiqin, … dst.” (sebagaimana dalam risalah “Ats Tsamrud Dani Bi Jam’i Tsanai Ahlil ‘Ilm ‘Alasy Syaikh Muhammad Nashiriddin Al Albaniy”/karya Mahir Al Qohthoniy).
Kementrian Waqf dan Urusan Islamiyyah Negri Kuwait mengeluarkan pernyataan: “Kementrian Waqf dan Urusan Islamiyyah Negri Kuwait, di samping mereka beriman pada ketentuan dan ketetapan Alloh ta’ala, mereka juga mengharapkan pahala atas wafatnya Al ‘Allamah Al Mauhub Muhaddits zaman ini, imam para ulama, salah satu tokoh dari para tokoh Ahli Hadits Samahatusy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albaniy, … dst.” (sebagaimana dalam risalah “Ats Tsamrud Dani Bi Jam’i Tsanai Ahlil ‘Ilm ‘Alasy Syaikh Muhammad Nashiriddin Al Albaniy”/karya Mahir Al Qohthoniy).
Dan boleh juga untuk kita mengatakan: sesungguhnya Asy Syaikh Al ‘Allamah Al Faqih Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rohimahulloh adalah imam.
Fadhilatusy Syaikh Sa’d bin Abdillah Al Humayyid rohimahulloh berkata tentang beliau: “Beliau adalah Al Imam Syaikhul Islam, Faqih zaman ini, Al Wari’ Al ‘Abid Az Zahid.” (sebagaimana dalam risalah “Al ‘Allamah Al Imam Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin”/karya Muhammad Ziyad At Tuklah).
Demikian pula boleh bagi kita untuk mengatakan: “Sesungguhnya Asy Syaikh Al ‘Allamah Al Muhaddits Muqbil bin Hadi Al Wadi’iy rohimahulloh adalah imam.”
Al Imam Ibnu ‘Utsaimin رحمه الله berkata: “Asy Syaikh Muqbil Imam” maka beberapa orang membantah beliau dengan perkataan yang berisi cercaan pada Asy Syaikh Muqbil, maka Al Imam Ibnu ‘Utsaimin رحمه الله berkata: “Asy Syaikh Muqbil Imam, Asy Syaikh Muqbil Imam.” (diceritakan oleh Asy Syaikh Abdulloh bin ‘Utsman Adz Dzammariy وفقه الله sebagaimana dinukilkan oleh Asy Syaikh Abdul Hamid Al Hajuriy حفظه الله dalam kitab “Al Bayanul Hasan” hal. 33 cet. Darul Imam Ahmad).
Abul Hasan Al Mishriy al hizbiy pernah bertanya pada Al Imam Ibnu ‘Utsaimin رحمه الله saat di Mina tentang Asy Syaikh Muqbil: “Di sana ada orang yang mengabari Asy Syaikh bahwasanya Anda berbicara tentang beliau. Apakah ini benar?” maka beliau menjawab: “Ini tidak benar. Demi Alloh! Sungguh aku berkeyakinan bahwasanya Asy Syaikh Muqbil itu adalah imam dari kalangan para imam Muslimin.” (“Al Qoulul Amin Fi Rotsai Ibni ‘Utsaimin”/ “I’lamul Ajyal” hal. 27, cet. Darul Atsar).
Fadhilatusy Syaikh Al ‘Allamah Hammad Al Anshoriy رحمه الله berkata: “Sesungguhnya Muqbil Al Wadi’iy adalah muridku, dan akulah yang memilihkan untuknya judul pembahasan untuk gelar Majister, dan dulu dia selalu membacakan untukku pada hari-hari hurroh syarqiyyah. Dan dulu kukatakan padanya: “Aku berharap engkau di Yaman di masa ini seperti Asy Syaukaniy di masa beliau.” Dan Muqbil itu, belum pernah aku melihat ada seorang murid yang seperti dia dalam kerajinannya dalam menuntut ilmu.” (“Al Majmu’ Fi Tarjumatil ‘Allamatil Muhadditsisy Syaikh Hammad bin Muhammad Al Anshoriy”/2/hal. 606-607/karya anak beliau Abdul Awwal bin Hammad).
Demikian pula boleh bagi kita untuk mengatakan bahwasanya Fadhilatusy Syaikh Al ‘Allamah Al Muhaddits Al Mujahid Al Faqih Yahya bin Ali Al Hajuriy hafizhohulloh itu adalah seorang imam.
Dan Syaikh Robi’ -hafidhahulloh- berkata tentang beliau –sebelum munculnya kedengkiannya pada Asy Syaikh Yahya-: "Dan keyakinan yang dengannya aku menghambakan diri kepada Alloh bahwasanya Syaikh Al Hajuri itu adalah orang yang bertaqwa, waro', zuhud, -  kemudian beliau mulai memuji Syaikh Yahya- dan beliau telah memegang dakwah Salafiyyah dengan tangan dari besi. Dan tidaklah pantas untuk memegang dakwah tersebut kecuali beliau dan yang semisalnya" ("Tsana' Imamil Jarh Wat Ta'dil ala Syaikh Yahya Al Hajuri"/Abu Hammam Al Baidhoni/1426 H).
            Akhunal Fadhil Abdulloh Al Duba'i -hafidhahulloh- bercerita padaku bahwasanya dirinya pernah mendengar Muhammad Al Imam –hadahulloh- berbicara tentang keluar untuk dakwah. Maka salah seorang hadirin berkata,"Wahai Syaikh, Syaikh Yahya nggak keluar dakwah?". Maka Syaikh Muhammad Al Imam berkata: "Tunggu dulu, Al Hajuri imam." (dinukilkan juga dalam "Muammarotul Kubro"/Abdul Ghoni Al qo'syami/hal. 24).
Asy Syaikh Abdul 'Aziz Al Buro'i هداه الله berkata: "Kami mengetahui bahwa Syaikh Yahya itu ada di atas ketaqwaan dan muroqobah (senantiasa merasa diawasi Alloh ta’ala), dan beliau adalah saudara kami di dalam agama Alloh, dan kami mencintainya karena Alloh. Dan beliau adalah seorang alim dari kalangan ulama sunnah. Alloh memberikan manfaat dengannya. Beliau adalah seorang singa dari singa-singa sunnah, serta mahkota di atas kepala-kepala Ahlussunnah. kami mencintainya karena Alloh." (dari kaset "Asilah Ashabi Qushoi'ar" tanggal 28/7/1428)
Dia juga berkata,"Maka Syaikh Yahya adalah  ciri khas  di wajah ahlussunnah dan mahkota di atas kepala mereka." ("Muammarotul Kubro"/Abdul Ghoni Al qosy'ami/hal. 24).
Fadhilatu Syaikhina Al ‘Allamah Al Faqih Muhammad bin Ali bin Hizam Al Ba’daniy hafizholulloh berkata: Saya telah melihat kitab saudara kita yang agung, penyeru ke jalan Alloh –‘Azza Wajalla-: *** yang dinamai dengan: “Tadzkirul ‘Ibad ‘Ala Ahliyyatil ‘Alamain Al Wadi’iy Wal Hajuriy Lil Ijtihad Wa Baroatuhuma Min Juhaiman Wa Jama’atil Fasad” maka saya melihat bahwasanya kitab ini adalah kitab yang memberikan faidah, di dalamnya ada pembelaan untuk para pembawa kebenaran dan pemikul sunnah, yaitu: Al Imam Al ‘Allamah Syaikhuna Muqbil Al Wadi’iy, dan Al Imam Al ‘Allamah Syaikhuna Yahya Al Hajuriy.
Dan ini adalah kewajiban kita di hadapan para ulama kita untuk kita membela mereka dengan benar, karena sungguh para pelaku kebatilan itu jika ingin menjatuhkan kebenaran, mereka berupaya untuk menjatuhkan para pemikul kebenaran tersebut agar menjadi mudahlah bagi mereka untuk mewujudkan cita-cita mereka tadi. Akan tetapi Alloh tidak mau kecuali menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membenci.
Maka semoga Alloh membalas saudara kita *** dengan kebaikan, dan memberikan manfaat dengannya Islam dan Muslimin.
Selesai.
والله تعالى أعلم بالصواب
والحمد لله رب العالمين.
Malaysia, 25 Muharrom 1437 H


Tidak ada komentar:

Posting Komentar