Label

Kamis, 29 Oktober 2015











Alloh Melarang Kita
Menyembelih Untuk Selain-Nya















Disusun Oleh:
Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo
'afallohu 'anhu





بسم الرحمن الرحيم
Pengantar Penulis

الحمد لله وأشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وآله وسلم، أما بعد:
            Sesungguhnya di antara penyimpangan dalam praktek peribadatan yang masih banyak terjadi di masyarakat kita adalah menyembelih untuk mengagungkan selain Alloh. Dikarenakan pentingnya pembahasan ini, maka saya akan menyampaikan sedikit nasihat yang terkait dengan pemurnian ibadah kepada Alloh, terutama dalam masalah menyembelih binatang.
Semoga Alloh memberikan taufiq-Nya.




Bab Satu: Penyembelihan dan Hukumnya


            Penyembelihan dalam bahasa Arobnya adalah dzabh (الذبح).
            Secara bahasa dzabh adalah: pemotongan tenggorokan hewan. (lihat "Al Mufrodat"/hal. 355/karya Ar Roghib Al Ashfahaniy رحمه الله).
            Dalil yang menunjukkan bahwasanya penyembelihan merupakan bagian dari ibadah adalah firman Alloh ta'ala:
﴿قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ دِيناً قِيَماً مِّلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفاً وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ * قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي الله رَبِّ الْعَالَمِينَ * لاَ شَرِيكَ لَه وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ﴾
"Katakanlah: sesungguhnya aku telah diberi petunjuk oleh Robb (Tuhan)ku kepada jalan yang lurus, yaitu agama yang lurus, yaitu agama Ibrohim yang hanif, dan bukanlah Ibrohim itu termasuk dari orang-orang yang musyrik. Katakanlah: sesungguhnya sholatku, nusukku (penyembelihan yang aku lakukan), kehidupanku dan kematianku adalah milik Robbul alamin, tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan itulah Aku diperintahkan, dan aku adalah orang pertama dari muslimin (dari umat ini)." (QS. Al An'am: 161-163).

            Al Imam Al Qurthubiy –semoga Alloh merohmatinya- berkata: "Manakala Alloh ta'ala menjelaskan bahwasanya orang-orang kafir itu bercerai-berai, Alloh ta'ala menjelaskan bahwasanya Dia telah member petunjuk kepada Nabi-Nya kepada agama yang lurus, yaitu agama Ibrohim." ("Al Jami' Li Ahkamil Qur'an"/7/hal. 152).
            Al Imam Ibnu Katsir –semoga Alloh merohmatinya- berkata: "Agama yang lurus adalah agama yang tegak dan kokoh." ("Tafsirul Qur'anil 'Azhim"/3/hal. 380).
            Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –semoga Alloh merohmatinya- berkata: "Maka agama yang hanif adalah menghadapkan diri kepada Alloh semata, dan berpaling dari selain-Nya. Dan inilah keikhlasan yang diterjemahkan oleh kalimat kebenaran dan kalimat yang bagus: LA ILAHA ILLALLOH (tiada sesembahan yang benar kecuali Alloh)." ("Majmu'ul Fatawa"/9/hal. 319).
            Perlu diingat: bahwasanya perintah untuk mengikuti agama Ibrohim عليه السلام bukanlah berarti bahwasanya syariat beliau lebih sempurna daripada syariat Muhammad صلى الله عليه وسلم .
            Al Imam Ibnu Katsir –semoga Alloh merohmatinya- berkata: "Bahwasanya Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم diperintahkan untuk mengikuti agama Nabi Ibrohim, yaitu hanifiyyah- tidaklah mengharuskan bahwasanya agama beliau lebih sempurna daripada agama Muhammad صلى الله عليه وسلم dalam masalah hanifiyyah, karena beliau telah melaksanakan agama yang lurus tadi dengan penegakan yang agung, dan agama yang lurus ini telah disempurnakan untuk beliau dengan penyempurnaan yang lengkap yang belum pernah ada orang yang mendahului beliau kepada kesempurnaan ini. Oleh karena itulah beliau menjadi penutup para Nabi, dan menjadi pemimpin anak Adam secara mutlak, dan beliau adalah pemilik maqom Mahmud (posisi yang terpuji) yang para makhluk takut padanya, sampai bahkan Ibrohim عليه السلام . ("Tafsirul Qur'anil 'Azhim"/3/hal. 381).
            Kemudian, sisi pendalilan dari ayat di atas dalam bab ini adalah:
﴿وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لله رَبِّ الْعَالَمِينَ لا شريك له﴾ [الأنعام/162]
"Dan nusukku (penyembelihan yang aku lakukan), kehidupanku dan kematianku adalah milik Robbul alamin, tiada sekutu bagi-Nya"
            Bahwasanya "nusuk" adalah bagian dari ibadah, sehingga tidak boleh diberikan kecuali untuk Alloh semata.
            Dan termasuk dari makna "nusuk" adalah:
-penyembelihan
- haji
- keumuman ibadah
            Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –semoga Alloh merohmatinya- berkata: "Firman Alloh ta'ala: " Dan nusukku " para ahli tafsir telah menyebutkan dalam tafsirnya: penyembelihan untuk Alloh, dan haji ke Baitulloh. Mereka juga menyebutkan bahwasanya lafazh "nusuk" juga mencakup ibadah secara mutlak. Dan Alloh Yang Mahasuci telah menjelaskan dalam Al Qur'an bahwasanya penyembelihan dan haji, keduanya merupakan "mansak (منسك)". Alloh ta'ala berfirman:
﴿وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ الله عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ﴾ [الحج/34].
"Dan setiap umat itu telah Kami jadikan mansak (penyembelihan dan haji) untuk mereka menyebut nama Alloh terhadap apa yang Alloh berikan pada mereka, yang berupa bahimah (binatang ternak onta, sapi dan kambing)." (QS. Al Hajj: 34)
(selesai penukilan dari "Majmu'ul Fatawa"/27/hal. 368).
            Dan ayat yang di dalam surat Al An'am (162) tadi mengandung pengumuman bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم menghadapkan diri pada pemurnian ibadah pada Alloh dan menyelisihi agama musyrikin, dan inilah dia agama Ibrohim yang lurus.
            Al Imam Ibnu Katsir –semoga Alloh merohmatinya- berkata: "Alloh ta'ala memerintahkan beliau untuk mengabari kaum musyrikin yang menyembah selain Alloh itu dan menyembelih untuk selain nama-Nya, bahwasanya beliau menyelisihi mereka dalam masalah ini, dan bahwasanya sholat beliau adalah untuk Alloh, penyembelihan yang beliau lakukan adalah dengan nama Alloh semata tanpa ada sekutu bagi-Nya. Dan ini adalah seperti firman Alloh ta'ala:
﴿فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ﴾ [الكوثر:2]
"Maka sholatlah untuk Robbmu, dan sembelihlah untuk Robbmu."
Yaitu: ikhlaskanlah untuk-Nya sholatmu dan sembelihanmu, karena sesungguhnya kaum musyrikin itu menyembah patung-patung, dan menyembelih untuk patung itu. Maka Alloh ta'ala memerintahkan beliau untuk menyelisihi mereka dan menyimpang dari ajaran agama mereka, serta menghadapkan diri pada Alloh dengan tujuan, niat dan tekad agar ikhlas untuk Alloh ta'ala." ("Tafsirul Qur'anil 'Azhim"/3/hal. 381).
            Maka dari penjelasan ini kita mengetahui bahwasanya penyembelihan itu tidak boleh kecuali diserahkan kepada Alloh saja. Barangsiapa menyembelih untuk selain Alloh maka dia itu telah terjatuh ke dalam syirik besar, menyerupai agama kaum musyrikin.
            Syaikhul Islam –semoga Alloh merohmati beliau- : "Dulu para penyembah setan dan patung itu menyembelih binatang sembelihan untuknya juga. Maka penyembelihan untuk dzat yang diibadahi itu merupakan puncak kehinaan dan ketundukan untuk dzat tersebut. Maka dari itu sembelihan itu tidak boleh untuk selain Alloh, dan tidak boleh pula nama selain Alloh disebut pada sembelihan. Dan Alloh Yang Mahasuci mengharomkan binatang yang disembelih untuk berhala, dan itu adalam sesuatu yang disembelih untuk selain Alloh, dan sesuatu yang disebutkan untuknya nama selain Alloh, sekalipun orang tadi hanyalah memaksudkan untuk mendapatkan daging saja, bukan untuk korban.
            Dan Nabi صلى الله عليه وآله وسلم melaknat orang yang menyembelih untuk selain Alloh, beliau juga melarang sembelihan untuk jin. Orang-orang dulunya menyembelih untuk jin. Bahkan Alloh mengharomkan apa yang tidak disebutkan nama Alloh padanya secara mutlak, sebagaimana Al Qur'an dan As Sunnah menyebutkan yang demikian itu di beberapa tempat." ("Majmu'ul Fatawa"/17/hal. 484-485).
            Adapun firman Alloh tadi:
﴿وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ﴾
"Dan untuk yang demikian itulah aku diperintahkan, dan aku adalah orang pertama dari muslimin (dari umat ini)."
            Rosululloh صلى الله عليه وسلم adalah muslim yang pertama dari umat ini secara mutlak, kemudian sahabat beliau, kemudian generasi yang berikutnya, kemudian generasi yang berikutnya lagi. Dan para Nabi عليهم السلام semuanya juga beragama Islam.
            Al Imam Ibnu Katsir –semoga Alloh merohmatinya- berkata: "Ucapan beliau: "Dan aku adalah orang pertama dari muslimin (dari umat ini)." Qotadah berkata: yaitu: dari umat ini. Dan itu memang seperti yang beliau katakan, karena seluruh Nabi sebelum beliau dakwah mereka semuanya adalah kepada Islam. Dan asalnya adalah peribadatan pada Alloh saja tiada sekutu bagi-Nya." ("Tafsirul Qur'anil 'Azhim"/3/hal. 382).
            Al Imam Ash Shon'aniy –semoga Alloh merahmati beliau- berkata: "Setiap darah yang ditumpahkan untuk selain Alloh adalah harom. Itu adalah ibadah, dan setiap ibadah untuk selain Alloh adalah diharomkan. Dan dengan ini engkau mengetahui bahwasanya yang benar adalah pendapat Asy Syafi'iy tentang haromnya setiap hewan yang disembelih untuk selain Alloh." ("Majmu' Rosailish Shon'aniy"/hal. 544/cet. Maktabah Auladisy Syaikh).
            Penyembelihan punya beberapa hukum:
            Barangsiapa menyembelih kambing atau yang lainnya dengan nama Alloh dengan tujuan untuk menjual dagingnya, atau memakan dagingnya semata, maka ini tidak apa-apa. Alloh ta'ala berfirman:
﴿وَالْأَنْعَامَ خَلَقَهَا لَكُمْ فِيهَا دِفْءٌ وَمَنَافِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُون﴾ [النحل/5].
"Dan binatang ternak itu Alloh ciptakan untuk kalian, di antaranya untuk menghangatkan, dan manfaat-manfaat, dan di antaranya untuk kalian makan."
            Al Imam Ibnul Qoyyim –semoga Alloh merohmatinya- berkata: "Karena sesungguhnya binatang itu menjadi halal jika disembelih untuk dimakan, dan menjadi harom jika disembelih untuk selain Alloh." ("I'lamul Muwaqqi'in"/3/hal. 109).
            Adapun orang yang menyembelih sapi dan semisalnya dengan nama Alloh dalam rangka memuliakan tamu, maka sungguh dia telah berbuat baik, berdasarkan keumuman dalil tentang wajibnya memuliakan tamu, dan berdasarkan firman Alloh ta'ala:
﴿هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ * إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَامًا قَالَ سَلَامٌ قَوْمٌ مُنْكَرُونَ * فَرَاغَ إِلَى أَهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِينٍ * فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ﴾ [الذاريات/24-27].
"Apakah telah datang padamu berita tentang para tamu Ibrohim yang dimuliakan? Ketika mereka masuk mengunjungi dia seraya berkata: "Salam sejahtera", beliau menjawab: "Salam sejahtera juga, kalian adalah kaum yang tidak dikenal." Lalu dia masuk menemui keluarganya, lalu datang lagi dengan membawa daging anak sapi yang gemuk. Lalu dia mendekatkannya kepada mereka dan berkata: "Makanlah."."

            Adapun  barangsiapa menyembelih dengan nama Alloh, tapi bukan berdasarkan syariat Rosululloh صلى الله عليه وسلم maka sungguh dia telah membuat bid'ah. Dari ‘Aisyah رضي الله عنها yang berkata: Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
«مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ ».
“Barangsiapa membikin dalam urusan agama kami perkara yang tidak ada dalam agama kami, maka dia itu tertolak.” (HR. Al Bukhoriy (2697) dan Muslim (1718)).
            Adapun orang yang menyembelih untuk selain Alloh, maka dia itu adalah musyrik yang terlaknat, sebagaimana dalam hadits Ali bin Abi Tholib رضي الله عنه bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
«لعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ الله».
"Semoga Alloh melaknat orang yang menyembelih untuk selain Alloh." (HR. Muslim (1978)).
            Al Imam An Nawawiy –semoga Alloh merohmatinya- berkata: "Adapun penyembelihan untuk selain Alloh maka yang dimaksudkan adalah orang itu menyembelih dengan nama selain Alloh ta'ala, seperti orang yang menyembelih untuk patung atau salib atau untuk Musa atau untuk Isa عليهما السلام , atau untuk Ka'bah dan yang semisalnya. Maka itu semua adalah harom, dan sembelihan ini tidak halal, asma saja apakah orang yang menyembelih itu Muslim ataukah Kristen, atau Yahudi. Inilah yang ditetapkan oleh Asy Syafi'iy, dan disepakati oleh para sahabat kami. Maka jika dia memaksudkan bersamaan dengan itu pengagungan pada dzat yang untuknyalah sembelihan tadi, selain Alloh ta'ala, dan ibadah untuknya, maka yang demikian itu adalah kekafiran. Jika orang yang menyembelih itu adalah seorang muslim sebelum perbuatannya tadi, maka jadilah penyembelihannya itu sebagai suatu kemurtadan." ("Al Minhaj"/13/hal. 141).
            Al Imam Al Qurthubiy –semoga Alloh merohmatinya- berkata: "Adapun kutukan terhadap orang yang menyembelih untuk selain Alloh, jika orang tadi memang orang kafir yang menyembelih untuk patung, maka perkara ini tidak ada kesamaran padanya. Dan inilah sembelihan untuk selain Alloh, dan yang Alloh ta'ala berfirman tentangnya:
﴿وَلا تأكُلُوا مما لم يذكر اسم الله عليه﴾
"Dan janganlah kalian memakan dari apa yang tidak disebutkan nama Alloh terhadapnya."
            Berdasarkan penjelasan yang telah lalu. Adapun jika dia adalah seorang muslim, maka keumuman kutukan tadi akan menimpanya juga, kemudian sembelihannya itu tidak halal, karena dia tidak memaksudkan dengan sembelihannya itu perkara yang dibolehkan secara syariat, dan telah lewat bahwasanya itu merupakan syarat dalam penyembelihan. Dan mungkin saja tergambarkan adanya penymbelihan yang dilakukan oleh seorang muslim untuk selain Alloh, jika dia itu menyembelih untuk suatu kesia-siaan, atau sekedar mencoba alat sembelih, atau main-main, dan tidak memaksudkan perkara yang dibolehkan, dan yang semisal itu." ("Al Mufhim"/16/hal. 142).

Selesailah nasihat yang singkat ini semoga diberkahi.
Dammaj, 27 Dzul Hijjah 1433 H


Sikap Lembut Ditempatkan Pada Posisinya, Sikap Keras Harus Sesuai Porsinya







Sikap Lembut Ditempatkan Pada Posisinya,
Sikap Keras Harus Sesuai Porsinya







Ditulis Oleh:

Abu Fairuz Abdurrohman
Al Qudsi Al Indonesi ‘afallohu ‘anhu









بسم الله الرحمن الرحيم

               الحمد لله وأشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم أما بعد:
            Sesungguhnya sebagian orang yang menuduh bahwasanya para pembawa Dakwah Salafiyyah itu keras-keras dan berakhlaq buruk.
            Dari sisi lain, sebagian dai bersikap amat lembek dan takut mengumandangkan kebenaran sekalipun dirinya mampu.
            Maka yang benar adalah bahwasanya perkara ini harus dirinci, dan tuduhan yang dusta harus dibantah, sementara pandangan keliru haruslah diluruskan.

Bab Satu: Kelembutan Adalah Dasar Dakwah Islamiyyah Salafiyyah


Kami beriman akan disyariatkannya kelembutan, dan memang inilah asal metode dakwah Salafiyyah, sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah.
Alloh ta’ala berfirman:
{ فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ} [آل عمران: 159] 
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali ‘Imron: 159).
Alloh subhanahu berfirman:
{ اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (43) فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى } [طه: 43، 44]
 “Pergilah kalian berdua kepada Fir'aun, Sesungguhnya Dia telah melampaui batas; Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut". (QS. Thoha: 43-44)
Alloh Jalla dzikruhu berfirman:
{وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا } [البقرة: 83]
 “…Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, ...” (QS. Al Baqoroh: 83)
Juga berfirman:
{ ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ} [النحل: 125]
“Serulah (manusia) kepada jalan Robb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An Nahl: 125)
Alloh ta’ala berfirman:

{ وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا} [الإسراء: 53]
“Dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Al Isro: 53)
Alloh ta’ala berfirman:
{ وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (34) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ } [فصلت: 34، 35]
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS. Fushshilat: 34-35)
Dari ‘Aisyah -rodhiyallohu 'anha- bahwasanya Nabi -shollallohu 'alaihi wasallam- bersabda:
« إن الرفق لا يكون فى شىء إلا زانه ولا ينزع من شىء إلا شانه ».
“Sesungguhnya kelembutan itu tidak ada pada sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidak dicabut dari sesuatu kecuali memperburuknya.” (HR. Muslim/2594).
Dan Ahlussunnah mendorong manusia untuk berhias dengan akhlaq yang mulia.

Bab Dua: SIkap Keras Pada Tempat Yang Tepat Adalah Disyariatkan



Sikap Keras jika diletakkan pada tempatnya, maka yang demikian itu juga bagian dari syariat.
Manakala Fir’aun mulai menampakkan penentangan terhadap kebenaran yang dibawa Nabi Musa alaihis salam, mulailah beliau menampakkan sikap keras padanya.
Alloh ta’ala berfirman:
{ قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنْزَلَ هَؤُلَاءِ إِلَّا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بَصَائِرَ وَإِنِّي لَأَظُنُّكَ يَا فِرْعَوْنُ مَثْبُورًا } [الإسراء: 102]
“Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata; dan Sesungguhnya aku mengira kamu, Hai Fir'aun, seorang yang akan binasa". (QS. Al Isro: 102)
Maka sikap keras yang pada tempatnya adalah disyariatkan oleh Alloh ta’ala.
 ﴿يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ﴾  [التوبة : 73] و]التحريم:9[
“Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka adalah Jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali”. (QS. At Tahrim: 9)
Termasuk dari contoh sikap keras Rosululloh صلى الله عليه وسلم terhadap orang berilmu yang melakukan kesalahan adalah:
Abu Huroiroh رضي الله عنه berkata:
أَنَّ رَسُولَ الله - صلى الله عليه وسلم - قَضَى فِى امْرَأَتَيْنِ مِنْ هُذَيْلٍ اقْتَتَلَتَا ، فَرَمَتْ إِحْدَاهُمَا الأُخْرَى بِحَجَرٍ ، فَأَصَابَ بَطْنَهَا وَهْىَ حَامِلٌ ، فَقَتَلَتْ وَلَدَهَا الَّذِى فِى بَطْنِهَا فَاخْتَصَمُوا إِلَى النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - فَقَضَى أَنَّ دِيَةَ مَا فِى بَطْنِهَا غُرَّةٌ عَبْدٌ أَوْ أَمَةٌ ، فَقَالَ وَلِىُّ الْمَرْأَةِ الَّتِى غَرِمَتْ كَيْفَ أَغْرَمُ يَا رَسُولَ الله مَنْ لاَ شَرِبَ ، وَلاَ أَكَلَ ، وَلاَ نَطَقَ ، وَلاَ اسْتَهَلَّ ، فَمِثْلُ ذَلِكَ يُطَلّ فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « إِنَّمَا هَذَا مِنْ إِخْوَانِ الْكُهَّانِ » (أخرجه البخارى (5758) ومسلم (4485))
"Bahwasanya Rosululloh صلى الله عليه وسلم pernah memutuskan kasus dua orang wanita dari Hudzail yang baku bunuh, salah satunya melempar lawannya dengan batu dan mengenai perutnya –dalam keadaan dia hamil-. Tewasnya janin yang ada di dalam perutnya. Merekapun berselisih di hadapan Nabi صلى الله عليه وسلم. Beliau memutuskan kewajiban untuk membayar diyat janin tersebut berupa pembayaran dengan budak laki-laki atau perempuan. Maka berkatalah wali perempuan yang terkena denda,"Wahai Rosululloh, bagaimana janin yang belum bisa minum itu mendatangkan denda? Dia itu belum bisa makan, belum bisa bicara ataupun melengking. Dan yang seperti itu adalah batal." Maka Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda tentang orang itu: "Orang ini hanyalah saudaranya dukun." (HR. Al Bukhori/ 5758 dan Muslim/ 4485)
            Imron bin Hushoin رضي الله عنه berkata:
أَنَّ رَجُلاً عَضَّ يَدَ رَجُلٍ فَانْتَزَعَ يَدَهُ فَسَقَطَتْ ثَنِيَّتُهُ أَوْ ثَنَايَاهُ فَاسْتَعْدَى رَسُولَ الله -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ رَسُولُ الله -صلى الله عليه وسلم- « مَا تَأْمُرُنِى تَأْمُرُنِى أَنْ آمُرَهُ أَنْ يَدَعَ يَدَهُ فِى فِيكَ تَقْضَمُهَا كَمَا يَقْضَمُ الْفَحْلُ ادْفَعْ يَدَكَ حَتَّى يَعَضَّهَا ثُمَّ انْتَزِعْهَا ».
"Bahwasanya ada seseorang yang  menggigit tangan seseorang, lalu yang digigit itu mencabut tangannya dari gigitan itu sehingga terjatuhlah gigi serinya. Maka dia memanggil Rosululloh صلى الله عليه وسلم. Maka Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:"Apa yang hendak kau perintahkan kepadaku? Apakah engkau akan memerintahkan aku agar aku memerintahkannya untuk membiarkan tangannya ada di mulutmu untuk engkau kunyah sebagaimana onta jantan mengunyah? Coba sodorkan tanganmu agar dia menggigitnya, lalu cabutlah tanganmu itu." (HR. Muslim/ 4473)
Pada saat beliau صلى الله عليه وسلم melihat api kecemburuan A'isyah رضي الله عنها, beliau bersabda:
أَقَدْ جَاءَكِ شَيْطَانُك
"Apakah setanmu telah mendatangimu?" (HR. Muslim/ 2815)
Dan para shahabatpun terkenal punya kecemburuan yang tinggi untuk agama Alloh dan Rasul-Nya, dan bersikap keras terhadap orang berilmu yang melakukan  pelanggaran. Misalnya adalah:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه أَنَّ رَسُولَ الله - صلى الله عليه وسلم قَالَ: « لاَ يَمْنَعُ جَارٌ جَارَهُ أَنْ يَغْرِزَ خَشَبَهُ فِى جِدَارِهِ » . ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ: مَا لِى أَرَاكُمْ عَنْهَا مُعْرِضِينَ وَالله لأَرْمِيَنَّ بِهَا بَيْنَ أَكْتَافِكُمْ. (أخرجه البخاري (996) و مسلم (4215)).
Abu Huroiroh رضي الله عنه berkata bahwasanya Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda: "Janganlah seorang tetangga menghalangi tetangganya untuk memasang kayunya di dindingnya." Lalu Abu Huroiroh berkata,"Kenapa kulihat kalian berpaling darinya? Demi Alloh sungguh aku akan melemparkan kayu tadi di antara kedua pundak kalian." (HR. Al Bukhori/ 996 dan Muslim/ 4215)

سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ قَالَ قُلْتُ لاِبْنِ عَبَّاسٍ إِنَّ نَوْفًا الْبِكَالِىَّ يَزْعُمُ أَنَّ مُوسَى لَيْسَ بِمُوسَى بَنِى إِسْرَائِيلَ ، إِنَّمَا هُوَ مُوسَى آخَرُ . فَقَالَ كَذَبَ عَدُوُّ الله
Sa'id bin Jubair -rahimahulloh- berkata,"Aku berkata kepada Ibnu Abbas رضي الله عنهما: "Sungguhnya Nauf Al Bikali menyangka bahwasanya Musa - yang bersama Khidhr- bukanlah Musa Bani Isroil, akan tetapi hanya dia itu Musa yang lain." Maka beliau berkata,"Musuh Alloh itu bohong." (HR. Al Bukhori/ 112 dan Muslim/ 6313)

عَنْ أَبِى مَعْمَرٍ قَالَ قَامَ رَجُلٌ يُثْنِى عَلَى أَمِيرٍ مِنَ الأُمَرَاءِ فَجَعَلَ الْمِقْدَادُ يَحْثِى عَلَيْهِ التُّرَابَ وَقَالَ أَمَرَنَا رَسُولُ اللهصلى الله عليه وسلم- أَنْ نَحْثِىَ فِى وُجُوهِ الْمَدَّاحِينَ التُّرَابَ. (أخرجه مسلم (7697))
Abu Ma'mar -rahimahulloh- berkata,"Seseorang berdiri memuji seorang amir (pemimpin/pejabat) dari umaro, lalu Al Miqdad –bin Aswad- (رضي الله عنه) menyiramnya dengan pasir dan berkata," Rosululloh صلى الله عليه وسلم memerintahkan kami untuk menyiramkan pasir ke wajah-wajah para tukang puji." (HR. Muslim/ 7697)

عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِى رَبَاحٍ قَالَ كَانَ رَجُلٌ يَمْدَحُ ابْنَ عُمَرَ - قَالَ- فَجَعَلَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ هَكَذَا يَحْثُو فِى وَجْهِهِ التُّرَابَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ الله -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « إِذَا رَأَيْتُمُ الْمَدَّاحِينَ فَاحْثُوا فِى وُجُوهِهِمُ التُّرَابَ » (مسند أحمد - (5817))
'Atho bin Abi Robah -rahimahulloh- berkata,"Dulu ada seseorang yang memuji Ibnu Umar (رضي الله عنه), maka Ibnu Umar berbuat demikian: menyiram wajahnya dengan pasir dan berkata,"Aku mendengar Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda: "Jika kalian melihat para tukang puji maka siramkanlah pasir ke wajah mereka." (HR. Ahmad/ 5817/shohih).
Para Tabi'in dan yang setelah mereka juga terkenal punya kecemburuan yang tinggi untuk agama Alloh dan Rasul-Nya صلى الله عليه وسلم, dan bersikap keras terhadap orang berilmu yang melakukan  pelanggaran. Misalnya adalah:
Imam Hammad bin Salamah -rahimahulloh- berkata:
حَدَّثَنَا ثَابِتٌ الْبُنَانِىُّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فِى قَوْلِهِ تَعَالَى (فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ) قَالَ قَالَ هَكَذَا يَعْنِى أَنَّهُ أَخْرَجَ طَرَفَ الْخِنْصَرِ. قَالَ أَبِى أَرَانَا مُعَاذٌ قَالَ فَقَالَ لَهُ حُمَيْدٌ الطَّوِيلُ مَا تُرِيدُ إِلَى هَذَا يَا أَبَا مُحَمَّدٍ قَالَ فَضَرَبَ صَدْرَهُ ضَرْبَةً شَدِيدَةً وَقَالَ مَنْ أَنْتَ يَا حُمَيْدُ وَمَا أَنْتَ يَا حُمَيْدُ يُحَدِّثُنِى بِهِ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَتَقُولُ أَنْتَ مَا تُرِيدُ إِلَيْهِ. (مسند أحمد -  12592)
Tsabit Al Bunani menceritakan kepada kami hadits dari Anas bin Malik dari Nabi صلى الله عليه وسلم tentang firman Alloh ta'ala:"Manakala Robbnya menampakkan diri-Nya ke gunung itu.." beliau bersabda:"Berbuat demikian: Mengeluarkan ujung kelingkingnya.
-Ayahku Ahmad berkata: Mu'adz menunjukkan gambarannya kepada kami-
Humaid Ath Thowil berkata kepada Tsabit,"Apa yang anda maukan dengan ini, wahai Abu Muhammad?" Maka dipukulnya dadanya dengan pukulan yang keras dan berkata,"Siapa kamu wahai Humaid? Dan apa kamu ini? Anas bin Malik menceritakan hadits ini dari Nabi صلى الله عليه وسلم lalu engkau berkata: "Apa yang anda mau?"" (HR. Ahmad/ 12592/shohih).
Muhammad bin Wasi' –rahimahulloh- berkata:
رأيت صفوان بن محرز وأشار بيده إلى ناحية من المسجد ، وشببة قريب منه ، يتجادلون ، فرأيته ينفض ثوبه وقام وقال : إنما أنتم جرب إنما أنتم جرب
"Aku melihat Shofyan bin Muhriz –dan mengisyaratkan ke salah satu sisi masjid- sementara itu beberapa pemuda berdebat di dekatnya. Maka kulihat beliau mengibaskan bajunya dan berdiri seraya berkata," Kalian itu hanyalah penyakit kudis." ("Asy Syari'ah"/ Imam Al Ajurri -rahimahulloh-/114)
            Abu Ishaq Ath Tholiqoni -rahimahulloh- berkata:
سَمِعْتُ ابْنَ الْمُبَارَكِ يَقُولُ لَوْ خُيِّرْتُ بَيْنَ أَنْ أَدْخُلَ الْجَنَّةَ وَبَيْنَ أَنْ أَلْقَى عَبْدَ الله بْنَ مُحَرَّرٍ لاَخْتَرْتُ أَنْ أَلْقَاهُ ثُمَّ أَدْخُلَ الْجَنَّةَ فَلَمَّا رَأَيْتُهُ كَانَتْ بَعْرَةٌ أَحَبَّ إِلَىَّ مِنْهُ.
Aku mendengar Ibnul Mubarok berkata,"Andaikata aku diberi pilihan antara masuk ke dalam jannah ataukah berjumpa dengan Abdulloh bin Muharror, niscaya aku akan memilih untuk berjumpa dengannya baru kemudian aku masuk Jannah. Ketika aku melihatnya ternyata kotoran hewan lebih aku sukai daripadanya." (Muqaddimah Shohih Muslim/1/hal. 104/shohih).

Imam Asy Syafi'i -rahimahulloh- berkata:
أخبرني أبو حنيفة بن سماك بن الفضل ، قال : حدثني ابن أبي ذئب ، عن المقبري ، عن أبي شريح الكعبي ، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال عام الفتح : « من قتل له قتيل فهو بخير النظرين : إن أحب أخذ العقل ، وإن أحب فله القود » فقال أبو حنيفة : فقلت لابن أبي ذئب ، أتأخذ بهذا يا أبا الحارث ؟ فضرب صدري وصاح علي صياحا منكرا ، ونال مني ، وقال : أحدثك عن رسول الله وتقول : تأخذ به ؟ وذلك الفرض علي وعلى من سمعه ، إن الله تعالى اختار محمدا صلى الله عليه وسلم من الناس فهداهم به وعلى يديه ، واختار لهم ما اختار له على لسانه ، فعلى الخلق أن يتبعوه طائعين أو داخرين ، لا مخرج لمسلم من ذلك قال : وما سكت عني حتى تمنيت أن يسكت ("الفقيه والمتفقه" /للخطيب البغدادي /1 / ص 313)
"Abu Hanifah bin Simak ibnul Fadhl berkata padaku: Ibnu Abi Dzi'b memberiku hadits dari Al Maqburi dari Abu Syuroih Al Ka'bi bahwasanya Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda pada tahun fathu Makkah:"Barangsiapa yang salah satu keluarganya terbunuh, maka dia bisa memilih yang terbaik dari dua pilihan: Kalau senang, dia bisa mengambil denda. Dan kalu suka dia bisa memilih qishshosh". Abu hanifah berkata,"Kukatakan pada Ibnu Abi Dzi'b:"Apakah anda mengambil pendapat ini, wahai Abul Harits?" Maka beliau memukul dadaku dan meneriaki aku dengan teriakan yang belum kukenal, dan mencaci maki aku, serta berkata,"Aku memberimu hadits dari Rosululloh dan engkau berkata: "Apakah anda mengambil pendapat ini?" Yang demikian itu adalah wajib bagiku, dan bagi orang yang mendengarnya. Sesungguhnya Alloh ta'ala telah memilih Muhammad صلى الله عليه وسلم dari kalangan manusia dan memberikan hidayah pada mereka melalui beliau dan dengan perantaraan tangan beliau. Dan Dia telah memilihkan untuk mereka apa yang dipilihkan-Nya untuk beliau melalui lisan beliau. Maka wajib atas seluruh makhluk untuk mengikuti beliau dalam keadaan taat atau terhinakan. Tiada jalan keluar bagi seorang muslim dari yang demikian itu.
Abu Hanifah berkata,"beliau tidak mau diam dariku sampai-sampai aku berangan-angan agar beliau diam." ("Al Faqih wal Mutafaqqih" 1/hal. 313)
Imam Ar Robi' bin Sulaiman -rahimahulloh- berkata:
سمعت الشافعي يقول وذكر القرآن وما يقول حفص الفرد ، وكان الشافعي يقول : حفص القرد ، وناظره بحضرة وال كان بمصر فقال له الشافعي رضي الله عنه في المناظرة : كفرت والله الذي لا إله إلا هو ، ثم قاموا ، فانصرفوا ، فسمعت حفصا يقول : أشاط والله الذي لا إله إلا هو الشافعي بدمي قال الربيع : وسمعت الشافعي رحمه الله تعالى يقول : القرآن كلام الله غير مخلوق ، ومن قال : مخلوق فهو كافر.
"Aku mendengar Asy Syafi'i berkata, dan menyebutkan tentang Al Qur'an dan apa yang diucapkan Hafsh Al Fard. Dulu Asy Syafi'i menyebutnya:"Hafsh Al Qird (Monyet)[1]". Beliau berdebat dengan Hafsh dihadiri dengan seorang wali yang ada di Mesir. Beliau berkata pada Hafsh,"Engkau telah kafir, demi Alloh Yang tiada sesembahan yang benar selain Dia." Kemudian mereka berdiri dan bubar. Lalu aku mendengar Hafsh berkata,"Asy Syafi'i ingin menumpahkan darahku, demi Alloh Yang tiada sesembahan yang benar selain Dia."
Ar Robi' berkata,"Aku mendengar Asy Syafii berkata,"Al Qur'an adalah kalamulloh dan bukan makhluk. Dan barangsiapa mengatakan  bahwasanya Al Qur'an itu makhluk, maka dia itu kafir." ("Asy Syari'ah" no. 127)
Maka tidak bisa kita mengharuskan seseorang itu selalu bersikap lembut dalam dakwah sementara sikap keras –yang ada pada tempatnya- itu adalah bagian dari syariat. Dan bukanlah sikap keras terhadap orang yang berilmu yang menyimpang itu bukanlah suatu bentuk tasyaddud (keras dan berlebihan) sebagaimana sudah antum tahu itu.
Imam Al Wadi'i -rahimahulloh- berkata:
كنت وعبدالمجيد الزنداني عند الرئيس، فقلت لهما: أنا أتحداكما أن تثبتا برهانًا على أننا متشددون، لأنّهم يقولون أن أهل السنة متشددون. فسكت الرئيس ويشكر على ذلك فقال عبدالمجيد الزنداني: أما أنا فعندي كلامك في الأشخاص، فقلت له: إن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم يقول لمعاذ: ((أفتان أنت يا معاذ؟)) ويقول لأبي ذر: ((إنك امرؤ فيك جاهليّة)). فالتفت الرئيس إلى عبدالمجيد الزنداني بمعنى ما هو جوابك؟ فما كان من عبدالمجيد الزنداني إلا أن قال: إن هذه الأدلة منسوخة. وأريد أن تسجل هذه الكلمة هنا ليعرفها علماء المسلمين الذين يدافعون عن الحزبيين كيف يحكمون على الأدلة، من سبقك ياعبدالمجيد وقال: إن هذه الأدلة منسوخة؟ اسأل العلماء لو كنت موفقًا، ..إلخ
"Aku pernah bersama Az- Zindani di sisi bapak presiden, lalu kukatakan kepada keduanya,"Aku tantang kalian berdua untuk memberikan bukti bahwasanya kami adalah mutasyaddidun." Karena mereka berkata bahwa Ahlus Sunnah itu mutasyaddidun. Maka terdiamlah bapak presiden, dan sikap beliau itu patut untuk disyukuri. Abdul Majid Az Zindani berkata:"Adapun aku, maka dalilku adalah kritikanmu terhadap para tokoh." Maka kukatakan padanya,"Sesungguhnya Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda pada Mu'adz: "Apakah engkau itu tukan fitnah wahai Mu'adz?" Dan bersabda pada Abu Dzarr: "Sesungguhnya engkau adalah orang yang di dalam dirimu ada sifat jahiliyyah."
Maka bapak presiden berpaling kepada Abdul Majid Az Zindani yang maknanya adalah,"Apa jawabanmu?" Maka Abdul Majid Az Zindani tak punya pilihan selain berkata,"Sesungguhnya dalil-dalil ini mansukh (telah dihapus)."
Aku ingin ucapan itu direkam agar para ulama muslimin yang membela para hizbiyyun itu tahu bagaimana mereka menghukumi dail-dalil. Siapakah yang mendahuluimu wahai Abdul Majid dan berkata,"Sesungguhnya dalil-dalil ini mansukh?" Tanyalah pada para ulama kalau memang engkau itu muwaffaq (mendapatkan taufiq)."
(selesai dari "Tuhfatul Mujib" hal. 367)

Sampai di sini dulu, semoga Alloh ta’ala merahmati kita semua.
Walhamdulillahi robbil alamin.

Dammaj Yaman,
10 Shofar 1432 H
Diperbaharui di Kedah Malaysia
16 Muharrom 1437 H




[1] Dalam naskah lain:"Al Munfarid (yang menyendiri)"